TEMEN TAPI DEMEN 16 B
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
Pikiran yang tak menentu membuat kedua tangan Soni bergetar karena gerogi. Nampan yang berisi dua gelas teh menjadi bergoyang hingga menumpahkan sedikit isinya.
Soni mengintip dari celah pintu kamar yang sedikit terbuka. Ia melihat dua wanita itu tengah asyik tertawa dan sesekali tersenyum.
Suara mereka pun terdengar cukup jelas dalam rungunya. Ia mencoba bertahan di samping pintu untuk menguping obrolan mereka berdua.
"Sha, Tante punya sesuatu untukmu. Semoga suka ya?" ucap Tante lalu kedua tangannya membuka kotak yang terbuat dari kayu dengan ukiran antik di tiap sisinya.
"Sesuatu apa, Tante?" tanya Shasa penasaran. Matanya tertuju benda apa yang bersembunyi dalam kotak tersebut.
Tante Niar membuka tutup kotak dengan pelan. Hal itu se
TEMEN TAPI DEMEN 17 AOleh: Kenong Auliya Zhafira Mendengar kabar yang begitu didamba secara mendadak akan selalu menimbulkan rasa tidak percaya. Berharap akan hal yang belum pasti itu rasanya sakit, seakan teriris sembilu.Shasa masih terdiam mendengar ucapan Om Hadi—bapaknya Soni. Tidak mungkin Soni akan melamar dirinya nanti malam, karena jadian saja baru tiga hari. Belum lagi pasti persiapannya belum ada sama sekali."Tidak mungkin ... aku pasti salah tanggap," lirih Shasa. Bahkan ia menggelengkan kepalanya berkali-kali untuk menyadarkan lamunannya.Soni heran melihat tingkah gadis yang sudah berhasil menawannya. Wajahnya tidak menyiratkan bahagia mendengar ucapan bapaknya. "Apa dia tidak suka kalau aku melamarnya sekarang?" pikirnya.Sang ibu yang sempat berpi
TEMEN TAPI DEMEN 17 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraBibirnya mengerucut karena hatinya yang sedikit tidak terima oleh ucapan prianya. "Iya, tapi kalau yang ini aku suka. Karena pemberian dari ibumu," jelas Shasa sambil mengusap gelangnya. Entah sudah yang keberapa kalinya."Oh, jadi karena ini Shasa disuruh ke rumah," batinnya.Soni memberanikan diri meraih jemari milik Shasa. Menatap sejenak pergelangan tangan wanitanya yang sudah tersemat simbol kepemilikan."Sha ...."Panggilan Soni seketika membuat Shasa menatap ke wajah pria yang kini di depannya. Desiran aneh langsung menghampiri tanpa diundang sama sekali. Jantungnya mulai berdetak tidak beraturan. Rasa geroginya langsung naik ke level tertinggi karena namanya disebut."Ya." Shasa menyahut singkat dan lembut."Kamu
TEMEN TAPI DEMEN 18 AOleh: Kenong Auliya Zhafira Mendengar hal yang berhubungan dengan mitos atau kabar yang dibuat menyerupai kebenaran bisa mendatangkan pikiran yang macam-macam. Padahal belum tentu itu akan terjadi. Bisa saja itu hanya sebuah kesalahan dalam ucapan. Namun bisa juga menjadi sebuah kebetulan.Soni masih terdiam mendengar ucapan Ibu yang berada di sebelahnya. Meski takut, ia mencoba berpikir positif. Karena hubungan yang ia jalin dengan Shasa bukanlah hubungan biasa. Ia yakin akan bisa dan mampu menangani setiap badai yang akan menerpa.Semisal itu benar akan ada kejadian yang terjadi, maka ia pastikan selalu siap dan bertahan sekaligus mencari solusi terbaik untuk kebahagiaannya sendiri.Bukankah bahagia itu kita yang menciptakan?Soni hanya bisa berdoa agar s
TEMEN TAPI DEMEN 18 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraAkan tetapi, Soni mulai berpikir kalau tindakan Bapak memang ada benarnya. Toh semua yang sengaja dirahasiakan lama-lama akan ketahuan juga. Jadi sudah tidak ada beban untuk hari ke depannya."Assalamu'alaikum, Pak, Bu ...." Soni akhirnya memberanikan diri menyapa setelah suasana mulai damai.Dua manusia dewasa menjelang tua itu seketika saling melepaskan pelukan. Malu, ketahuan mesra-mesraan di depan anak bujangnya.Ibu terlihat membenahi rambut dan pakaian yang sedikit berantakan karena keributan yang baru saja terjadi. Sedangkan Bapak terlihat canggung dan tidak berani menatap anaknya."Bapak sama Ibu gak jawab salam dariku?" tanya Soni berpura-pura tidak tahu apa-apa."Eh, em, Wa'alaikumsalam." Mereka menjawab bersama dengan canggung. Sun
TEMEN TAPI DEMEN 18 COleh: Kenong Auliya ZhafiraDi rumah, Shasa tak pernah berhenti tersenyum. Bibir tipisnya bahkan sering mendendangkan lagu favoritnya. Gelang di tangan pun tak pernah lepas dari pandang.Ayah dan ibunya ikut merasa senang melihat anak gadisnya bisa bahagia. Tidak ada hal lain lagi yang paling berarti selain kebahagiaan anak.Godaan dan ledekan kini menjadi suguhan yang terasa begitu lezat di rungu Shasa."Cie ... cie ... cie ... yang habis diajakin ketemu calon mertua," goda Ayah sambil senyum-senyum tak jelas.Sang ibu pun tidak mau kalah. "Iya, nih ... mentang-mentang dapat lampu hijau sampai lupa cerita sama Ibu," ledek Ibu.Shasa yang tengah duduk di sofa berbeda, menjadi mendekat ke tempat duduk mereka. Masih dengan senyum yang terus menempel di wajah seperti lem.
TEMEN TAPI DEMEN 18 DOleh: Kenong Auliya ZhafiraJam tujuh malam, Soni sudah mulai bersiap untuk ke rumah calon mantennya. Senyumnya terus membentuk lesung pipi di kedua pipi. Dadanya melega tentang hal yang terjadi tadi siang bisa mendapat penyelasaian. Ketakutannya ternyata hanya berasal dari pikirannya.Dengan menggunakan baju batik dan celana jeans, ketampanannya semakin terpancar. Dua kali sudah ia berlenggak-lenggok berdiri di cermin. Soni tak lupa membawa cincin yang sudah dibeli. Setelah semuanya terlihat sempurna, ia keluar menuju ruang tamu. Mungkin Bapak dan Ibu sudah menunggu.Soni dapat melihat kegantengan bapaknya dari jauh. Memang benar, ia tampan karena menurun dari sang bapak. Ibu juga terlihat masih cantik meski usianya sudah hampir lima puluh."Ganteng banget kamu, Son. Pakai baju begitu kaya beneran mau
TEMEN TAPI DEMEN 19 AOleh: Kenong Auliya Zhafira Mencari keputusan yang tepat untuk kebaikan semua orang itu tidaklah mudah. Apalagi untuk orang Jawa. Harus melihat baik dan buruknya dari berbagai sudut, termasuk bulannya. Tidak boleh asal, karena sebentar lagi akan memasuki bulan Sura. Di mana bukan bulan yang baik untuk mengadakan pernikahan. Ini berarti kemungkinan besar akan menunggu bulan berikutnya sampai menemukan bulan yang baik.Akan tetapi, tidak semua bulan Sura itu tentang ketidakbaikkan untuk menikah. Bulan Sura juga bisa menjadi bulan yang baik untuk memberikan sedekah bagi anak yatim piatu. Meskipun lebih baik lagi jika dilakukan setiap hari tanpa memandang bulan ini dan itu. Karena sedekah atau berbagi bisa dilakukan setiap hari sesuai kemampuan.Ditambah lagi jika datang bulan Sura akan banyak k
TEMEN TAPI DEMEN 19 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraSeketika wajah Shasa berbinar menatap cincin yang berkilauan di matanya. Ia tidak menyangka kalau Soni mempersiapkan pertemuan malam ini persis seperti acara pertunangan. Padahal ia mengatakan hanya pertemuan biasa."Tante pakaikan ya, Sha?" Ibunya Soni menawarkan diri untuk memakaikan cincin itu ke jari manisnya.Dengan malu-malu, Shasa mengulurkan tangannya. Seketika cincin itu melingkar cantik di jari manisnya. Senyumnya semakin merekah menatap jemarinya yang dipenuhi tanda kalau dirinya sudah kepunyaan orang."Punya calon mantu juga Tante pakaikan ya?" ucap Tante Weni tak mau kalah.Soni mengulurkan tangannya dengan ragu. Mungkin malu tepatnya. Akan tetapi ketika cincin itu melingkar di jari manisnya, hatinya merasa lega. Seolah beban yang selama ini bersarang dala