TEMEN TAPI DEMEN 9 B
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
Setengah jam berlalu, akhirnya mereka sampai di Pantai Suwuk. Karena bukan hari Minggu suasana sedikit sepi. Tidak seramai akhir pekan.
Baru saja memarkir motor, angin khas pantai yang sepoi-sepoi membelai wajah Shasa. Ia dapat melihat air yang bewarna biru menempel di langit nan jauh di sana.
Sementara bebatuan yang tertata rapi membuat debur ombak tak menghantam begitu kuat. Juga pegunungan yang berjarak begitu dekat menambah indahnya pemandangan.
Sedang di sisi lain terlihat ada beberapa orang memancing ikan di atas bebatuan. Suasana seperti ini yang kadang Shasa rindukan. Ketenangan.
"Duduk dulu sebentar di sini ya?" pinta Shasa. Ia ingin menikmati suasana tenang ini sebentar saja.
"Boleh. Emang kenapa gak langsung mainan air?" tanya Rey y
TEMAN TAPI DEMEN 10Oleh: Kenong Auliya Zhafira Berpura-pura memang hal yang tidak enak dalam hidup. Karena bisa membuat semangat meredup. Shasa masih duduk seperti patung mendengar ajakan pulang dari Rey. Ia merasa tidak enak hati dan bersalah."Ayo ...! Jangan sampai aku berubah pikiran nih?" ajak Rey untuk kedua kali.Shasa pun segera bangkit dan berdiri di dekat Rey. Sungguh hatinya merasa tidak enak."Maaf ...," ucap Shasa lirih. Hanya kata itu yang bisa keluar dari bibirnya.Rey mengembuskan napasnya. Mencoba menerima keadaan hatinya sendiri. Ia memang sudah berani memasuki rumah yang sudah berpenghuni."Maaf untuk apa, Sha? Kamu kan gak salah," jawab Rey sambil menaiki motornya."U
TEMEN TAPI DEMEN 11 AOleh: Kenong Auliya Zhafira Mengabaikan seseorang itu bencana. Sedangkan diabaikan juga bencana. Sama-sama membuat darah semakin tinggi. Hingga sampai pada satu emosi yang ingin memaki juga menghakimi.Shasa merasakan emosinya kini mulai memuncak melihat Soni mengabaikan dirinya. Padahal ia sudah memberikan luka untuk Rey agar bisa bertemu dengannya. Akan tetapi, ia justru malah sibuk bermain gitarnya."Aku pulang aja, kalau kamu begini!" ucap Shasa sambil meletakkan pisau di meja."Kok, ngambek? Iya maaf ... soalnya nanggung dikit lagi lancar. Ya udah, sini, aku suapin? Mau apel atau pir?" tawar Soni dengan senyum-senyum tak jelas.Senyum Soni memang selalu mengandung sihir. Itu bisa menyulap marah menjadi rasa be
TEMEN TAPI DEMEN 11 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraShasa pun merasa demikian. Ia merasa kalau Soni sedang mengungkapkan isi hatinya. "Haruskah aku menjawab yang sebenarnya?" batin Shasa. Pikirnya tidak ada salahnya kalau dicoba."I love you too ...!" Shasa mengucapkan itu dengan sedikit keras agar Soni bisa mendengar. Dan itu terbukti. Ia langsung menatapnya tajam. Sorot matanya seolah mempertanyakan kebenaran dan keasliannya."Jangan becanda, Sha! Gak lucu," jawab Soni seolah ingin kejelasan yang nyata. Bahkan hatinya sudah ia persiapkan sekuat mungkin."Aku nggak becanda. Apa wajahku terlihat tertawa?"Soni menyelidik wajah Shasa dengan teliti. Memang tidak ditemukan senyum sedikit pun. Akan tetapi, akalnya masih tidak percaya dengan apa yang terjadi. Tidak mungkin hanya dengan candaan sereceh ini bisa di
TEMEN TAPI DEMEN 12 AOleh: Kenong Auliya Zhafira Ketahuan karena melakukan sesuatu hal yang tidak diperbolehkan pasti akan menimbulkan kegugupan yang berakhir ketakutan. Itulah yang sekarang Soni rasakan.Sang bapak masih saja berdiri mematung melihat kelakuan bujangnya yang dengan berani menyentuh anak gadis orang. Belum lagi tentang kalimat calon manten yang terlanjur terdengar. Meski dalam hati merasa senang, tetapi Soni tetap salah di matanya."Bapak tanya kalian sedang ngapain? Siapa yang jadi calon manten?" Bapak mengulangi pertanyaannya. Bahkan tatapan matanya masih tajam melebihi silet."I--itu, Om ... Shasa yang mau jadi calon manten." Akhirnya Shasa memberanikan diri menjawab. Meski tangannya gemetaran dan jantungnya berjedag-jedug tidak karuan. Ia tidak peduli lagi kalau Om Hadi akan marah. Y
TEMEN TAPI DEMEN 12 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraSoni tahu jika sudah menjadi pasangan pasti ada rasa ingin bertemu untuk saling melepas rindu dengan canda tawa. Atau hanya sekedar ingin melihat wajahnya. Semoga saja memang Shasa tidak akan berubah sama sekali. Ia pasti mengerti jika semua ini juga untuknya."Soni ...," panggil Bapak yang membuat Soni tersadar."Eh, iya, Pak. Kenapa?" jawab Soni kaget. Kepalanya menerawang memikirkan kemungkinan yang bisa terjadi."Kamu sanggup kan, kalau tidak bertemu Shasa selama beberapa waktu?" tanya Bapak lagi. Kali ini sorot matanya terlihat serius."InsyaAllah sanggup, Pak. Kan nanti bisa kirim pesan atau teleponan. Bapak tenang aja ...." jawab Soni. Senyumnya pun ia kembangkan agar Bapak tidak merasa bersalah. Meskipun sebenarnya hatinya mulai meragu. 
TEMEN TAPI DEMEN 13 AOleh: Kenong Auliya Zhafira Menahan rindu memang hal yang berat. Mungkin benar hanya Dilan yang sanggup. Shasa belum tahu sanggup atau tidaknya. Namun langkahnya tidak mau berhenti hanya karena rindu. Dengan rindu maka kadar cinta yang ada semakin besar.Akan tetapi, rasa takut pun juga tiba-tiba menghampiri kalau berpikir dari sisi buruknya. Ia tidak mau kepalanya dipenuhi firasat yang tidak-tidak. Karena rindu bisa beralih fungsi menjadi cemburu dalam sekejap.Shasa masih menatap sang ibu yang menunggu jawabannya. Bibirnya hanya bergeming, tidak tahu harus mengatakan apa."Aku gak tahu, Bu ... semoga aja sanggup." Akhirnya Shasa menjawab semampunya.Sang ibu pun mulai mengerti kalau anaknya belum terbiasa akan keadaan y
TEMEN TAPI DEMEN 13 BOleh: Kenong Auliya Zhafira** Pagi sekali, sebelum matahari terbit, Soni dan bapaknya sudah mulai menyusun kerangka tarub ke mobil bak. Sang ibu pun menyiapkan cemilan dan minuman untuk dua lelaki terhebat di hidupnya.Kebetulan urusan dapur sudah selesai. Bahkan sarapan seadanya pun sudah siap. Pagi ini menunya sederhana, yakni nasi goreng.Sang ibu membawa minuman dan cemilan di teras depan. "Pak, Son ... minum dulu," titah sang ibu yang sudah duduk di bangku panjang.Soni dan Bapak yang sudah selesai pun langsung mendekati sang ibu. Mata Soni berbinar melihat teh manis hangat ditemani oleh pisang goreng dan mendoan. Masih panas pula. Pasti akan terasa sangat enak."Wah, Ibu tahu aja kalau Bapak haus," goda Bapak
TEMEN TAPI DEMEN 14 AOleh: Kenong Auliya Zhafira Perjodohan yang disembunyikan sedemikan dalam bisa saja seperti hadiah. Akan tetapi bisa menjadi seperti kotak Pandora yang bisa saja isinya tidak terduga.Dengan bayangan yang sudah berkelana jauh, Soni membantu Bapak menyusun semua kerangka besi hingga menjadi tenda. Tidak ada kata sama sekali. Hanya kata tolong dan terima kasih yang sering mereka ucapkan.Sesekali Soni melirik sang bapak yang tengah mengambil seng untuk atap tenda. Ia terus berpikir kalau Bapak memang mengenal ibunya Shasa.Peluh dan keringat yang menetes di dahi tak dihiraukan Soni. Cuaca memang lumayan panas, bahkan angin yang bertiup hanya memberikan kesejukan sementara.Setelah hampir setengah hari bergelut dengan kerangka besi, akhirn