Share

Bab 3

Author: Husky
Kok bisa kebetulan sekali? Ternyata dia adalah dokter yang dicarikan suamiku! Dan juga teman sekolah suamiku?!

Dia… pasti sudah melihat semua kejadian di jalan tadi. Bagaimana kesannya padaku?

Seketika, rasa malu menyergapku seperti gelombang besar yang menenggelamkan segalanya.

Tanpa sadar, aku pun meraih tangan suamiku. Tapi, dia sudah terlihat agak kesal dan berjalan ke arah pintu.

“Aku ajak kamu ke sini supaya bisa diperiksa, jangan malah drama.”

“Aku menunggumu di luar.”

Usai bicara, suamiku melirik dokter dan tersenyum sebelum akhirnya pergi.

Hatiku semakin gelisah.

Suamiku, kamu sepercaya itu padanya?

Meninggalkan istri yang punya gangguan emosional, berduaan dengan laki-laki asing, kamu benar-benar yakin?

Begitu pintu tertutup, aku baru sadar betapa kedapnya suara ruangan ini.

Sama sekali tak terdengar suara dari luar, yang kudengar hanya suara detak jam dinding dan suara air mengalir entah dari mana. Entah kenapa suara itu terdengar begitu familiar, tapi aku tak ingat pernah mendengarnya di mana.

“Silakan duduk, Bu Selly.”

Daniel langsung mempersilakanku duduk di sofa, lalu ikut duduk di sebelahku.

Sofa dua dudukan ini tak begitu luas. Begitu dia duduk, lututnya langsung bersentuhan dengan lututku.

Baju yang kupakai di musim panas memang sangat tipis. Bagian yang bersentuhan dengan lututnya terasa seperti terbakar.

Rasa hangat itu perlahan menyebar dan akhirnya menjalar ke pahaku.

Secara reflek, aku mencoba bergeser menjauh, tapi ukuran sofa ini memang kecil. Ke mana lagi aku bisa bergeser?

Aku benar-benar gagal paham, padahal masih ada sofa tunggal di sebelah, kenapa dia malah duduk mepet denganku?

“Kata Nathan tadi, kebutuhanmu untuk urusan itu cukup tinggi sekarang? Katanya hampir setiap malam kamu harus melakukannya dan bahkan kadang merasa nggak cukup? Sampai kamu harus memuaskan diri sendiri? Benarkah begitu?”

Perkataan Daniel yang blak-blakan itu langsung membuat wajahku memerah.

Tanganku yang di pangkuan langsung mengepal erat. Wajahku panas seperti terbakar. Tanpa perlu bercermin pun, aku tahu pasti sudah merah merona.

“Jangan menolak pertanyaanku. Aku sedang bertanya sebagai seorang dokter dan ini penting untuk proses pemulihanmu.”

Mendengar kalimat itu, aku hanya bisa mengangguk.

“Dari penilaian awal, kemungkinan ada masalah secara psikologis. Tapi tak menutup kemungkinan kalau tubuhmu memang punya kebutuhan yang sangat tinggi.”

“Lepas bajumu, aku perlu memeriksa.”

Apa?

Aku reflek mendongak menatapnya.

“Bukannya kamu dokter psikolog?”

Kenapa aku harus melepas baju?

“Aku punya dua lisensi, sebagai psikolog dan juga dokter spesialis kandungan. Perlu kuperlihatkan izinnya?”

Nada bicara Daniel terdengar datar, tapi entah kenapa punya tekanan yang membuatku tanpa sadar merasa harus tunduk dan menurut.

“Kalau kamu keberatan, aku bisa bilang ke suamimu kalau kamu nggak kooperatif dalam pengobatan.”

Melihat dia hendak pergi, aku panik dan spontan menarik tangannya.

“Ku… kulepas!”

Suamiku memang sudah sangat kesal dengan masalah ini. Kalau sampai dibilang aku tidak kooperatif, dia pasti tambah marah.

Meski ragu, akhirnya aku tetap berdiri dan mulai bersiap untuk melepas rok pensilku.

“Kamu tengkurap saja di sofa, membelakangiku. Aku bakal periksa sendiri.”

Namun, belum sempat aku melepas semuanya, dia sudah menyuruhku untuk berbaring tengkurap di sandaran sofa.

Aku sempat ragu, tapi akhirnya tetap menuruti arahan itu. Saat bersandar membelakangi, ada rasa aneh yang perlahan muncul di hatiku.

Aku bisa jelas merasakan sepasang tangan mengangkat rok pensil yang kukenakan, memperlihatkan stoking hitam di dalamnya.

Gawat!

Tiba-tiba, aku teringat stoking yang kupakai sebelumnya sempat robek. Dengan gerakan Daniel barusan, dia pasti bisa melihatnya dengan jelas!

Dan benar, tangan Daniel langsung menembus lubang di stoking hitam itu, menyentuh tepat di bagian paling sensitif, membuat tubuhku gemetar tanpa sadar.

“Bu Selly, kebutuhanmu benar-benar kuat sekali.”

Hangatnya sentuhan ujung jarinya membuat tubuhku hampir lemas. Kalau saja aku tidak sedang bertumpu di sandaran kursi, mungkin sekarang aku sudah terkulai di sofa.

“Apa… yang terjadi padaku sebenarnya?”

Suaraku terdengar gemetar, aku bisa jelas merasakan ujung jarinya sedang memeriksa dengan seksama di bagian paling tersembunyiku.

Dia bahkan sempat membuka bagian luarnya yang lembut!

Di tempat yang asing, oleh seorang pria asing, aku….

Pikiran itu melintas di benakku.

Dalam sejekap, aku seperti disambar petir. Kepalaku langsung kosong tak bisa berpikir!

Akal sehatku bilang aku harus segera pergi, tapi tubuhku justru tanpa sadar menengadah ke belakang, seolah menginginkan lebih!

Gluk gluk….

Suara keluar masuk jari-jari itu terdengar begitu jelas dan memalukan, membuat wajahku semakin memanas. Tapi, tak ada lagi pikiran lain di kepalaku, aku hanya menginginkannya lebih dan lebih!

Pinggangku bahkan mulai bergerak sendiri, menganggap jari-jari ramping yang kuat itu seperti tongkat periku.

Rasa malu bercampur dengan gairah, memberiku kenikmatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya.

“Bu Selly, kamu bersemangat sekali.”

Tepat saat aku hampir mencapai puncaknya, tiba-tiba kedua tangan itu menjauh.

“Gejalamu memang cukup parah. Pengobatan biasa nggak bisa menyembuhkan kondisimu.”

Rasa kosong yang tiba-tiba muncul justru membuat api di dalam diriku semakin membara.

Srek!

Detik berikutnya, terdengar suara kain yang tersobek.

Stoking hitamku terkoyak dan sobekannya begitu besar.

Aku reflek menoleh ke belakang dan mataku langsung membelalak.

Daniel menekan senjatanya tepat ke titik paling sensitifku!

Kok… kok bisa sebesar dan sepanas ini?!
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terapi Khusus Untuk Kelainan Terlarang   Bab 7

    Aku benar-benar disiksa habis-habisan hari itu.Begitu jam pulang kerja pukul lima sore, aku langsung bergegas ke kliniknya. Aku begitu haus akan tubuhnya, seperti orang kehilangan akal.Aku disiksa habis-habisan selama lebih dari tiga jam. Kali ini, aku merasa gairah yang membakar tubuhku mulai padam perlahan.Seperti biasa, dia hanya melemparkan sekotak tisu padaku untuk membersihkan tubuh.Lalu, dia menerima panggilan telepon dan keluar ruangan. Saat aku sudah berpakaian dan bersiap untuk pergi, tiba-tiba mataku tertuju pada layar komputer di samping.Tampaknya ada sebuah laporan medis di sana.Karena penglihatanku cukup tajam, aku langsung bisa melihat namaku tertulis di bagian atas.Entah dorongan dari mana, aku pun mendekat dan membacanya.Namun, begitu melihat isi dokumen itu, mataku membelalak dan tubuhku mulai gemetar hebat!Itu bukan laporan diagnosa, melainkan laporan eksperimen!Di dalamnya tertulis bahwa sebenarnya kondisi psikologisku tidak ada gangguan apapun dan semuany

  • Terapi Khusus Untuk Kelainan Terlarang   Bab 6

    Sepertinya pelampiasan emosiku kemarin sore benar-benar luar biasa, jadi sepanjang perjalanan pulang aku merasa lemas.Sesampainya di rumah, aku hanya asal pesan makanan lewat aplikasi, mandi sebentar lalu langsung tidur. Kali ini, aku bahkan tak merengek ke suami seperti biasanya.Saat bangun keesokan paginya, kulihat suamiku menatapku dengan ekspresi sangat puas.“Kelihatannya ini memang masalah psikologis. Pengobatan itu ada gunanya juga. Semalam kamu nggak kambuh sama sekali.”Ujar suamiku sambil menepuk-nepuk pundakku.“Sayang, aku tahu kamu mungkin agak malu, tapi semua ini demi kebaikanmu juga. Penyakit ini sudah benar-benar mengganggu kehidupan dan pekerjaan kita.”Aku dan suamiku bekerja di perusahaan yang sama.Beberapa bulan terakhir ini, aku benar-benar tersiksa karena penyakit ini. Banyak pekerjaan yang terbengkalai.Untungnya masih ada suamiku yang selalu jadi penopang. Kalau tidak, aku mungkin sudah ketahuan atasan sejak lama.Namun, tentu saja menangani dua beban kerja

  • Terapi Khusus Untuk Kelainan Terlarang   Bab 5

    Begitu langit mulai gelap, barulah dia melepas tubuhku dengan wajah puas.Padahal sudah menghabiskan siang penuh dengan aktivitas fisik, tapi Daniel tetap terlihat seperti tak terjadi apa-apa saat mengenakan kembali pakaiannya.Lalu meraih sekantong tisu basah di atas meja dan melemparkannya ke arahku.“Rapikan dirimu.”Kepalaku masih terasa melayang, belum sepenuhnya lepas dari sensasi luar biasa barusan. Tubuhku pun masih menyisakan getaran lembut sisa dari puncak kenikmatan itu.Jari-jariku terus gemetar, bahkan memegang tisu basah pun rasanya tak punya tenaga.Seluruh ruang praktek dipenuhi aroma yang membuat wajah memanas dan jantung berdebar. Aku bahkan bisa melihat beberapa bekas cairan yang belum mengering, menempel di sofa dan lantai.Itu semua adalah jejak dari kenikmatanku tadi.Sekitar lima enam menit kemudian, barulah aku bisa memaksakan diri untuk merapikan diriku.Meski pakaianku agak berantakan, setidaknya masih bisa dipakai. Tapi, stokingku sudah tak bisa diselamatkan

  • Terapi Khusus Untuk Kelainan Terlarang   Bab 4

    “Kamu… jangan….”Ukurannya jelas dua kali lipat lebih besar dari milik suamiku, membuat aku takut seketika.Rasa bersalah pada suamiku juga membuat pikiranku jadi sedikit kacau.Tanpa sadar aku ingin menjauh, tapi Daniel sama sekali tidak menghentikanku.Dia hanya berdiri tegak di sana, sepasang matanya sama sekali tak menunjukkan hasrat apa pun, hanya menatapku dengan dingin.“Aku nggak akan memaksamu, mau lanjut perawatan atau nggak, itu tergantung kamu sendiri.”Mau atau tidak?Tanpa sadar, aku merapatkan kedua kakiku dan merasakan bagian sensitifku seperti dipenuhi semut yang terus-menerus merayap!Aku sangat menginginkan sesuatu yang bisa menenangkan perasaan itu.Dan benda itu tepat ada di depanku….Ukurannya bahkan lebih besar dari tongkat peri yang biasa kupakai!Aku merasa seolah seluruh cairan dalam tubuhku semakin terkuras.Dalam sekejap, tenggorokanku terasa kering. Sementara, mataku tak bisa lepas dari tempat yang memancarkan panas itu.Tak apa-apa, ini hanya pengobatan. D

  • Terapi Khusus Untuk Kelainan Terlarang   Bab 3

    Kok bisa kebetulan sekali? Ternyata dia adalah dokter yang dicarikan suamiku! Dan juga teman sekolah suamiku?!Dia… pasti sudah melihat semua kejadian di jalan tadi. Bagaimana kesannya padaku?Seketika, rasa malu menyergapku seperti gelombang besar yang menenggelamkan segalanya.Tanpa sadar, aku pun meraih tangan suamiku. Tapi, dia sudah terlihat agak kesal dan berjalan ke arah pintu.“Aku ajak kamu ke sini supaya bisa diperiksa, jangan malah drama.”“Aku menunggumu di luar.”Usai bicara, suamiku melirik dokter dan tersenyum sebelum akhirnya pergi.Hatiku semakin gelisah.Suamiku, kamu sepercaya itu padanya?Meninggalkan istri yang punya gangguan emosional, berduaan dengan laki-laki asing, kamu benar-benar yakin?Begitu pintu tertutup, aku baru sadar betapa kedapnya suara ruangan ini.Sama sekali tak terdengar suara dari luar, yang kudengar hanya suara detak jam dinding dan suara air mengalir entah dari mana. Entah kenapa suara itu terdengar begitu familiar, tapi aku tak ingat pernah m

  • Terapi Khusus Untuk Kelainan Terlarang   Bab 2

    Sepasang mata itu seakan terus menatapku, tanpa emosi dan tanpa kehangatan.Otakku sudah sepenuhnya dikuasai.Seluruh sel perasa dalam tubuhku seolah terkumpul di bagian bawah perut.“Sayang… sayang… tolong bantu aku. Kumohon… bantu aku….”Mungkin karena tatapan asing itu, emosiku malah semakin memuncak.Aku terus meminta bantuan suamiku, tapi pandanganku tetap tertuju pada sepasang mata asing di balik jendela mobil seberang.“Sialan, bisa nggak tahan dirimu?”Suamiku mengumpat, lalu dengan kesal membunyikan klakson. Tapi, jalanan di depan sudah benar-benar macet total, sama sekali tak bisa bergerak.Dengan kesal, suamiku mengambil tongkat peri itu dan langsung menusuknya ke dalam!“Aaa!”Seketika, rasa sakit dan rangsangan yang tiba-tiba membuatku menjerit tanpa sadar, tubuhku menegang seperti udang yang melengkung!Punggungku menegang dan jari-jariku ikut mengerut.Aku pun tak bisa menahan diri dan mengeluarkan teriakan nyaring!Aku benar-benar sudah tak peduli lagi, padahal ini masi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status