Share

Terapi Khusus Untuk Kelainan Terlarang
Terapi Khusus Untuk Kelainan Terlarang
Author: Husky

Bab 1

Author: Husky
Aku seorang wanita karir dengan jabatan cukup tinggi, tapi entah sejak kapan aku mulai menderita penyakit memalukan yang sulit dijelaskan.

Saking parahnya, saat bekerja pun aku harus diam-diam ke kamar mandi hanya untuk memenuhi hasrat tubuhku.

Aku tak tahan dengan ganguan ini, sampai akhirnya suamiku membawaku ke seorang dokter ternama. Katanya dokter itu punya cara pengobatan khusus.

Namun, saat proses pengobatan berlangsung, tingkah laku dokter justru membuatku tersipu malu.

….

“Sayang, aku… aku nggak tahan, gatal sekali….”

Dalam perjalanan menuju tempat praktek dokter, jalanan macet total karena lampu merah. Aku duduk di kursi penumpang, tak sadar kedua kakiku saling menyilang. Wajahku mulai memerah dan napasku menjadi berat.

Aku menoleh memandangi suamiku dengan mata berkaca-kaca, dadaku bergerak naik turun mengikuti irama napas yang memburu.

Aku sendiri tidak tahu kapan penyakit ini mulai menyerang. Tapi setiap kali kambuh, aku merasa begitu gelisah dan tak bisa menahan hasratku. Bahkan saat jam kerja pun aku harus diam-diam ke kamar mandi untuk meredakannya.

Pada akhirnya, suamku jadi takut setiap kali melihatku.

“Sialan, kambuh lagi?! Nggak lihat aku lagi menyetir?”

Suamiku mengumpat kesal, menatapku dengan jijik dan rasa muak yang jelas terlihat di matanya.

Aku merasa sedih dan kecewa, tapi aku juga tahu suamiku memang tak bisa membantuku saat ini. Akhirnya, aku membongkar laci mobil dan mulai mencari sesuatu.

Sampai akhirnya, aku menemukan sebuah tongkat peri!

Melihat alat itu, aku seperti menemukan harta karun. Mataku langsung berbinar.

Dengan sedikit terburu-buru, aku menaruh tongkat itu di dekat bibirku, menjilatinya pelan untuk membasahi ujungnya.

Hari ini kami memutuskan pergi ke dokter mendadak, jadi aku masih mengenakan pakaian kerja formal berupa blazer hitam, rok pensil pendek dan stoking hitam.

Tanpa bisa menahan diri, aku langsung mengangkat rokku. Tanganku sampai bergetar karena terlalu bersemangat saat mencoba melepas stoking, tapi beberapa kali mencoba tetap gagal karena gemetaran.

Dalam keadaan panik dan tak tahan, akhirnya aku merobek bagian tengah stoking itu.

Bzzz….

Suara bergetar dari tongkat peri langsung memenuhi ruang mobil. Seketika, rasa lega itu menjalar ke seluruh tubuh, membuat wajahku semakin memerah.

“Sayang… ah… sayang….”

Tanpa sadar, aku ingin menggenggam tangan suamiku, tapi dia malah menepisnya dengan jijik.

“Aku lagi menyetir! Jangan ganggu!”

Aku jadi merasa asik sendiri dan agak sedih. Tapi, sensasi mengguncang itu terus menembus pikiranku, menenggelamkan semua perasaan lainnya.

Semua gejolak itu akhirnya menyatu dalam satu hasrat yang membara.

Aku menginginkannya!

Aku mau lebih banyak lagi!

Tanganku gemetar menggenggam alat itu, mencoba membelai diriku sendiri. Hingga mengeluarkan suara memalukan yang membuat wajah memerah dan jantung berdegup kencang.

Sensasi yang menjalar dari alat itu membuatku merasa seperti melayang.

“Sialan, ini saja nggak bisa ditahan.”

Mungkin karena ruang sempit di dalam mobil membuat aroma yang menguar terasa terlalu kuat, suamiku pun mengumpat pelan, lalu sedikit menurunkan kaca jendela.

Dia sama sekali tidak peduli bahwa istrinya sedang melakukan hal yang begitu memalukan di sebelahnya!

Aku terus menyentuh diriku dengan penuh hasrat, lalu dengan sedikit rasa tidak puas, aku membuka kancing bajuku. Gerakanku begitu keras hingga bajuku tertarik membentuk lekungan yang nyaris sempurna

Rasa sakitnya justru membuatku semakin terangsang. Tubuhku menegang, leherku terangkat tanpa sadar, tapi tatapanku malah melayang keluar jendela.

Namun detik berikutnya, tubuhku langsung membeku di tempat!

Aku melihat sepasang mata tajam di balik kacamata dari mobil sebelah sedang menatap ke arahku.

Matanya bertatapan langsung dengan pandanganku.

Dia melihatku!

Dalam sekejap, aku merasa seperti tersambar petir. Tubuhku langsung membeku di tempat.

Tatapan matanya terlihat sangat tenang, tanpa menunjukkan sedikit pun gelombang emosi.

Dia hanya diam-diam menatapku begitu saja.

Entah karena apa, tanganku justru tidak berhenti bergerak. Sebaliknya, muncul sensasi aneh, seperti semacam gairah dan rasa berdebar yang tak bisa dijelaskan.

Seolah-olah, ditatap sepasang mata asing di depan suamiku sendiri terasa begitu menegangkan, begitu menggairahkan dan membuat kenikmatan semakin meningkat.

Tatapan itu terasa seperti sepasang tangan tak kasatmata yang mengelus wajahku, turun ke tulang selangka, lalu ke seluruh bagian tubuhku.

Mataku terus terpaku pada sepasang mata itu, seolah tak bisa berpaling.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terapi Khusus Untuk Kelainan Terlarang   Bab 7

    Aku benar-benar disiksa habis-habisan hari itu.Begitu jam pulang kerja pukul lima sore, aku langsung bergegas ke kliniknya. Aku begitu haus akan tubuhnya, seperti orang kehilangan akal.Aku disiksa habis-habisan selama lebih dari tiga jam. Kali ini, aku merasa gairah yang membakar tubuhku mulai padam perlahan.Seperti biasa, dia hanya melemparkan sekotak tisu padaku untuk membersihkan tubuh.Lalu, dia menerima panggilan telepon dan keluar ruangan. Saat aku sudah berpakaian dan bersiap untuk pergi, tiba-tiba mataku tertuju pada layar komputer di samping.Tampaknya ada sebuah laporan medis di sana.Karena penglihatanku cukup tajam, aku langsung bisa melihat namaku tertulis di bagian atas.Entah dorongan dari mana, aku pun mendekat dan membacanya.Namun, begitu melihat isi dokumen itu, mataku membelalak dan tubuhku mulai gemetar hebat!Itu bukan laporan diagnosa, melainkan laporan eksperimen!Di dalamnya tertulis bahwa sebenarnya kondisi psikologisku tidak ada gangguan apapun dan semuany

  • Terapi Khusus Untuk Kelainan Terlarang   Bab 6

    Sepertinya pelampiasan emosiku kemarin sore benar-benar luar biasa, jadi sepanjang perjalanan pulang aku merasa lemas.Sesampainya di rumah, aku hanya asal pesan makanan lewat aplikasi, mandi sebentar lalu langsung tidur. Kali ini, aku bahkan tak merengek ke suami seperti biasanya.Saat bangun keesokan paginya, kulihat suamiku menatapku dengan ekspresi sangat puas.“Kelihatannya ini memang masalah psikologis. Pengobatan itu ada gunanya juga. Semalam kamu nggak kambuh sama sekali.”Ujar suamiku sambil menepuk-nepuk pundakku.“Sayang, aku tahu kamu mungkin agak malu, tapi semua ini demi kebaikanmu juga. Penyakit ini sudah benar-benar mengganggu kehidupan dan pekerjaan kita.”Aku dan suamiku bekerja di perusahaan yang sama.Beberapa bulan terakhir ini, aku benar-benar tersiksa karena penyakit ini. Banyak pekerjaan yang terbengkalai.Untungnya masih ada suamiku yang selalu jadi penopang. Kalau tidak, aku mungkin sudah ketahuan atasan sejak lama.Namun, tentu saja menangani dua beban kerja

  • Terapi Khusus Untuk Kelainan Terlarang   Bab 5

    Begitu langit mulai gelap, barulah dia melepas tubuhku dengan wajah puas.Padahal sudah menghabiskan siang penuh dengan aktivitas fisik, tapi Daniel tetap terlihat seperti tak terjadi apa-apa saat mengenakan kembali pakaiannya.Lalu meraih sekantong tisu basah di atas meja dan melemparkannya ke arahku.“Rapikan dirimu.”Kepalaku masih terasa melayang, belum sepenuhnya lepas dari sensasi luar biasa barusan. Tubuhku pun masih menyisakan getaran lembut sisa dari puncak kenikmatan itu.Jari-jariku terus gemetar, bahkan memegang tisu basah pun rasanya tak punya tenaga.Seluruh ruang praktek dipenuhi aroma yang membuat wajah memanas dan jantung berdebar. Aku bahkan bisa melihat beberapa bekas cairan yang belum mengering, menempel di sofa dan lantai.Itu semua adalah jejak dari kenikmatanku tadi.Sekitar lima enam menit kemudian, barulah aku bisa memaksakan diri untuk merapikan diriku.Meski pakaianku agak berantakan, setidaknya masih bisa dipakai. Tapi, stokingku sudah tak bisa diselamatkan

  • Terapi Khusus Untuk Kelainan Terlarang   Bab 4

    “Kamu… jangan….”Ukurannya jelas dua kali lipat lebih besar dari milik suamiku, membuat aku takut seketika.Rasa bersalah pada suamiku juga membuat pikiranku jadi sedikit kacau.Tanpa sadar aku ingin menjauh, tapi Daniel sama sekali tidak menghentikanku.Dia hanya berdiri tegak di sana, sepasang matanya sama sekali tak menunjukkan hasrat apa pun, hanya menatapku dengan dingin.“Aku nggak akan memaksamu, mau lanjut perawatan atau nggak, itu tergantung kamu sendiri.”Mau atau tidak?Tanpa sadar, aku merapatkan kedua kakiku dan merasakan bagian sensitifku seperti dipenuhi semut yang terus-menerus merayap!Aku sangat menginginkan sesuatu yang bisa menenangkan perasaan itu.Dan benda itu tepat ada di depanku….Ukurannya bahkan lebih besar dari tongkat peri yang biasa kupakai!Aku merasa seolah seluruh cairan dalam tubuhku semakin terkuras.Dalam sekejap, tenggorokanku terasa kering. Sementara, mataku tak bisa lepas dari tempat yang memancarkan panas itu.Tak apa-apa, ini hanya pengobatan. D

  • Terapi Khusus Untuk Kelainan Terlarang   Bab 3

    Kok bisa kebetulan sekali? Ternyata dia adalah dokter yang dicarikan suamiku! Dan juga teman sekolah suamiku?!Dia… pasti sudah melihat semua kejadian di jalan tadi. Bagaimana kesannya padaku?Seketika, rasa malu menyergapku seperti gelombang besar yang menenggelamkan segalanya.Tanpa sadar, aku pun meraih tangan suamiku. Tapi, dia sudah terlihat agak kesal dan berjalan ke arah pintu.“Aku ajak kamu ke sini supaya bisa diperiksa, jangan malah drama.”“Aku menunggumu di luar.”Usai bicara, suamiku melirik dokter dan tersenyum sebelum akhirnya pergi.Hatiku semakin gelisah.Suamiku, kamu sepercaya itu padanya?Meninggalkan istri yang punya gangguan emosional, berduaan dengan laki-laki asing, kamu benar-benar yakin?Begitu pintu tertutup, aku baru sadar betapa kedapnya suara ruangan ini.Sama sekali tak terdengar suara dari luar, yang kudengar hanya suara detak jam dinding dan suara air mengalir entah dari mana. Entah kenapa suara itu terdengar begitu familiar, tapi aku tak ingat pernah m

  • Terapi Khusus Untuk Kelainan Terlarang   Bab 2

    Sepasang mata itu seakan terus menatapku, tanpa emosi dan tanpa kehangatan.Otakku sudah sepenuhnya dikuasai.Seluruh sel perasa dalam tubuhku seolah terkumpul di bagian bawah perut.“Sayang… sayang… tolong bantu aku. Kumohon… bantu aku….”Mungkin karena tatapan asing itu, emosiku malah semakin memuncak.Aku terus meminta bantuan suamiku, tapi pandanganku tetap tertuju pada sepasang mata asing di balik jendela mobil seberang.“Sialan, bisa nggak tahan dirimu?”Suamiku mengumpat, lalu dengan kesal membunyikan klakson. Tapi, jalanan di depan sudah benar-benar macet total, sama sekali tak bisa bergerak.Dengan kesal, suamiku mengambil tongkat peri itu dan langsung menusuknya ke dalam!“Aaa!”Seketika, rasa sakit dan rangsangan yang tiba-tiba membuatku menjerit tanpa sadar, tubuhku menegang seperti udang yang melengkung!Punggungku menegang dan jari-jariku ikut mengerut.Aku pun tak bisa menahan diri dan mengeluarkan teriakan nyaring!Aku benar-benar sudah tak peduli lagi, padahal ini masi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status