"ARGHH! DARWIN!" Enrique berteriak penuh amarah. Memanggil lelaki yang menjadi orang kepercayaannya untuk segera masuk ke dalam kamarnya. Darwin yang menjadi tangan kanan atau orang kepercayaannyaitu bergegas melangkah masuk bersama anak buahnya. Wajah mereka tampak panik. Terlebih saat mereka sadar suara teriakan dari tuannya merupakan bukanlah sebuah pertanda baik. Dalam artian, telah terjadi sesuatu yang tidak diinginkan di dalam sana. Begitu tiba di dalam kamar, Darwin mengedarkan pandangannya ke sekeliling, berusaha mencari Enrique dan Carla yang semula mereka tinggalkan berdua di dalam sana.
"Tuan..." Wajah mereka kian berubah cemas begitu menyadari tuannya itu hanya seorang diri di dalam sana dengan keadaan berdiri di dekat jendela.
"DIA MELARIKAN DIRI! CEPAT CARI DAN TANGKAP DIA BAGAIMANAPUN CARANYA!" pekiknya penuh emosi. Mendengar hal itu spontan membuat Darwin dan anak buahnya panik. Segera mereka berlari keluar kamar setelah mendengar Enrique memberitahukan kalau Carla berlalu menuju salah satu kamar yang posisinya persis bersebelahan dengan kamar tersebut. Mereka berlari dan dengan segera berusaha untuk masuk ke dalam kamar tersebut.
*
Tep!
Carla mendarat di dalam kamar yang berada bersebelahan dengan kamar tadi. Beruntung jendela kamar tersebut dalam keadaan terbuka dan di dalamnya kosong. Sepertinya orang yang menyewa kamar di sana sedang pergi dan lupa untuk menutup jendela. Begitu menyadari kamar dalam keadaan kosong, Carla bergegas lari ke arah pintu keluar. Dia berniat untuk lari menuju tangga atau lift begitu keluar dari kamar tersebut. Sialnya begitu tiba di depan pintu, Carla baru menyadari bahwa pintunya dalam keadaan terkunci. Tak lama setelah Carla menyadari pintunya terkunci, wanita itu mendengar suara beberapa orang yang berlarian di koridor. Suaranya semakin jelas mengarah ke kamarnya. Sial! Aku seperti mendengar suara beberapa orang berlari. Apakah jangan-jangan yang berlarian itu adalah penjaga yang dimaksud oleh si mesum tadi? Kalau itu benar, maka aku tidak mungkin bisa melarikan diri lewat pintu ini. Aku harus mengubah rencanaku!
Carla kembali menghampiri jendela dan kembali melompat keluar. Bersamaan dengan dirinya yang telaj berhasil keluar, Carla mendengar suara pintu dan teriakkan dari arah kamar, Carla yakin itu adalah suara dari para penjaga yang dimaksudnya. Carla berniat melarikan diri ke arah kamar lain. Namun itu adalah satu-satunya jendela yang terbuka. Carla mau tidak mau harus memikirkan cara lain untuk lari, dan kemudian Carla melihat ada sesuatu yang mungkin bisa dipergunakan untuk melarikan diri.
Carla menatap ke bawah untuk pertama kalinya dan menyadari betapa tingginya dia berada sekarang. Namun tidak ada waktu untuk rasa takutnya. Carla berusaha mengambil ancang-ancang, sebelum akhirnya melompat menuju sebuah alat semacam tenda yang biasa digunakan untuk berdagang.
Brukk!
Tepat ketika Carla menjatuhkan diri ke bawah sana, tubuhnya langsung merosot jatuh di depan toko tersebut. Pemiliknya melongo saking terkejutnya saat melihat seorang wanita tiba-tiba saja jatuh dari atas seperti seorang bidadari yang seolah baru saja turun dari khayangan, namun dengan posisi jatuh yang tidak sempuna alias gagal. Bukan hanya si pemilik toko, tapi begitu juga dengan para pengunjung toko yang tengah berbelanja di sana. Mereka sama kagetnya melihat Carla jatuh di hadapan mereka.
Setelah sempat membuat semua orang kaget dengan kemunculannya, Carla lalu bergegas bangun sambil membersihkan pakaiannya yang kotor.
"Dia di sana!" Tiba-tiba saja Carla mendengar suara Darwin dari arah gedung tadi. Dia mendengarnya dari salah satu jendela yang sepertinya berada di koridor. Sadar akan masalahnya yang belum usai, Carla kembali melangkahkan kedua kakinya dengan tergesa-gesa tanpa memperdulikan ucapan dan tatapan heran semua orang. Aku benar-benar tidak mengerti dengan semua yang terjadi. Siapa sebenarnya mereka, dan kenapa mereka menculikku?
Carla terus berlari dengan sekuat tenaganya. Tetapi beberapa saat berikutnya Carla mulai mendengar suara derap kaki kuda yang berlari dengan begitu cepat. Arahnya tepat berasal dari belakangnya. Carla menoleh. Dia begitu ia melihat ke belakang. Carla melihat Enrique yang kini mengejarnya dengan menggunakan kuda. Pria itu mengejarnya bersama Darwin dan kedua anak buahnya yang tadi berteriak dan mengejarnya.
Sial. Kenapa mereka harus menggunakan kuda? Dasar curang. Kalian pikir aku juga tidak akan bisa berbuat curang hanya karena aku tidak bisa berkuda?! Lihat saja, aku akan membuat kalian kebingungan! Carla terus melangkah masuk ke dalam pasar. Berjalan di antara keramaian sambil terus menyelinap ke dalam gang-gang kecil yang ada. Carla memanfaatkan tempat itu untuk melarikan diri, ia lantas mengambil arah secara acak agar mereka tidak bisa menemukannya.
***
Kedua wanita itu terus berjalan, kedua mata mereka sejak tadi tidak bisa berhenti menatap sekeliling. Sementara ekspresi wajah mereka sama sekali tidak bisa tenang. Keduanya terlihat tegang dan cemas. Mereka tidak akan pernah bisa merasa tenang sebelum mereka menemukan wanita yang saat ini sedang mereka cari. Wanita itu tidak lain dan tidak bukan adalah tunangan dari tuan mereka yang beberapa saat yang lalu tidak sengaja terpisah akibat kekacauan yang terjadi di pasar. Sekarang mereka harus bersusah payah mencari, dan menemukannya sebelum masalah lain timbul. "Apa yang harus kita lakukan Hélie? Kalau tuan sampai tahu kita kehilangan tuan putri, bisa-bisa kita dimarahi habis-habisan." Susan terus melangkah di samping wanita berpakaian ksatria itu. Ekspresi di wajahnya masih sama cemasnya seperti beberapa saat yang lalu. Sudah kesana-kemari mereka mencari, dan sialnya hasil pencarian mereka sama sekali nihil. Mereka tidak bisa mendapatkan hasil yang mereka inginkan, dan wanita yang mere
Carla terus berlari hingga akhirnya keluar dari pasar. Napasnya terengah-engah dan dia benar-benar merasa begitu kelelahan. Sayangnya tidak ada waktu untuk berhenti karena dia harus terus berlari agar bisa lolos dari mereka semula. Begitu dirinya tersadar, Carla baru sadar bahwa dia telah tersesat di antara gang gelap yang kumuh nan kotor. Gang yang posisinya berada jauh dari keramaian sekaligus tempat yang jauh dari area pasar. Wanita itu sejenak berhenti guna mengatur napasnya yang tersengal sekaligus memastikan sesuatu. Dia harus memastikan bahwa Enrique dan anak buahnya tidak lagi mengejarnya. "A-aku benar-benar tidak mengerti. Siapa mereka semua, dan kenapa mereka bisa tiba-tiba menculik lalu mengejarku? Ini benar-benar aneh. Padahal aku sama sekali tidak mengenal mereka. Dan apa ini? Baju aneh macam apa yang mereka pakaikan padaku? Kenapa mereka memasangkan baju yang menyusahkanku untuk bergerak seperti ini?" Carla menatap pakaian yang dikenakannya. Benar-benar pakaian yang bahk
Ketemu! Cruz membuka kedua matanya begitu akhirnya dia bisa melacak keberadaan Carla dengan kemampuan yang dimilikinya. Lelaki itu lantas memacu laju kudanya, mengarahkan kudanya ke tempat di mana posisi wanita yang menjadi tunangannya itu berada. Cruz sebisa mungkin pergi dengan menggunakan jalan pintas. Tak lama setelah usahanya melewati jalan tikus, akhirnya Cruz bisa melihat Carla yang kini sedang digendong oleh Enrique yang berusaha membawa wanitanya itu perg. Cruz juga bisa melihat Carla yang sebisa mungkin berjuang untuk meloloskan diri. Wanita itu bahkan terus meronta guna melawannya. Cruz yang melihat itu seketika berubah kesal. Lelaki itu mencengkram erat tali yang menjadi kendali untuk kudanya lalu memacu kudanya lebih cepat menuju arahnya. Dia tidak mungkin bisa membiarkan ada pria lain yang menyentuh wanitanya. Tidak sedikitpun, walau hanya sehelai rambutnya. Cruz juga akan melakukan apapun untuk menghancurkan siapapun yang berani menyentuhnya. Terlebih, kalau dia melakuka
"Turunkan aku!" Carla memberontak. Jujur saja dia merasa sangat asing dengan tempat yang di maksud Cruz sebagai rumahnya itu. Lagipula sejak kapan rumah sebagus dan semewah itu menjadi rumahnya? Carla rasa itu semua tidak masuk akal sama sekali. "Kalau kau terus memberontak, kau bisa jatuh." "Kalau begitu cepat turunkan aku!" ujarnya lagi. Cruz menghela napas dalam. Ia tidak mendengarkan ucapannya dan terus membawa Carla hingga akhirnya mereka tiba di depan sebuah pintu yang kemudian dia dorong dengan tubuhnya lalu membawa Carla masuk. Wanita itu kian panik saat sadar ruangan yang mereka masuki ternyata adalah sebuah kamar berukuran super besar dengan ranjang yang juga tidak kalah besarnya. "Kenapa kau membawaku kemari?!" teriaknya. Cruz hanya diam tanpa menjawab. Ia membawa Carla menuju sofa dan mendudukkannya di sana. Begitu berhasil bebas dari Cruz, Carla segera bangkit dan menjauh dari Cruz dengan raut wajah kesal, namun Cruz punya refleks yang lebih cepat. Dalam satu gerkan, le
Ini bukan tubuhku. Tapi kenapa aku bisa tiba-tiba berada di tubuh wanita ini? Apa yang terjadi? Okay, Carla. Tenang... Jangan panik. Pertama, aku harus memperjelas situasinya terlebih dulu, dengan begitu aku bisa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi... Carla mengatur napasnya, berusaha untuk menenangkan diri yang semula panik bukan main. "Carla!" Cruz menyadarkannya dari lamunan. Wanita itu melirik Cruz dan beradu tatap dengannya lewat cermin. Dari cermin itu, dirinya bisa dengan sangat jelas melihat pria itu berdiri di sampingnya sambil menatapnya. Menyadari hal itu, Carla lantas berbalik ke arahnya. "Katakan sekali lagi!" ujar Carla, yang seketika membuat Cruz kebingungan dengan kalimatnya. Carla mendekatkan tubuhnya sambil kembali berujar. "Katakan sekali lagi! Panggil namaku." "Carla, kau benar-benar bersikap aneh. Cepat katakan apa yang sebenarnya sudah dilakukan oleh si berengsek itu padamu? Akan aku berikan dia pelajaran karena sudah membuat tunanganku bersikap aneh begini?
"Aku akan melepaskannya seperti yang kau ingin kan, tapi kau bisa keluar sebentar, kan? Aku akan menggantinya segera," tuturnya dengan panik. Tubuhnya bahkan sampai gemetar. Sama gemetarnya dengan suara yang keluar dari mulutnya. Perlahan Cruz melunak. Pria itu melepaskan cengkraman tangannya dari Carla lalu bergerak mundur, memberikan ruang untuknya bergerak. "Akan aku panggilkan maid untuk membantumu," katanya. Cruz beranjak dari tempatnya, menarik pintu itu lantas melangkah pergi meninggalkan Carla yang masih berusaha menenangkan diri di dalam kamarnya. Carla termangu, dia kini di buat bingung dengan kalimat yang dituturkan Cruz barusan. "Apa maksud dari perkataannya? Maid?" Carla mengedikan bahu, berusaha menghiarukan kalimatnya. Sekarang yang terpenting baginya adalah pria itu telah meninggalkannya, dan sekarang dia merasa aman. Dengan segera setelah Cruz pergi, Carla menutup pintu dan berjalan menghampiri sofa yang sama yang tadi mereka duduki. Dia duduk terhenyak, berusaha me
Carla menghela napas panjang. Ia membuka lemari pakaian yang ada di dalam kamarnya. Begitu pintu itu terbuka dan dirinya melangkah masuk, Carla bisa melihat ruangan yang di buat khusus untuk pakaiannya. Di dalam sana yang bisa Carla lihat hanyalah gaun, gaun, dan gaun. Tidak ada pakaian lain selain gaun yang super panjang hingga menutupi kakinya. Layaknya gaun yang semula dia kenakan. Selain itu, dia juga melihat sepatu, pakaian dalam dan aksesoris tambahan lainnya. Di etalase khusus yang terbuat dari kaca, Carla melihat ada begitu banyak perhiasan cantik yang belum pernah dilihatnya. Etalase itu terletak di tengah-tengah ruangan. Setelah melihat semua ini, Carla semakin merasa jelas bahwa dirinya memang tinggal di rumah ini bersama Cruz. Jadi... Ini semua adalah pakaian milik gadis pemilik tubuh ini? Carla melangkah secara perlahan dengan mata yang kini terus menatap sekeliling dengan begitu takjub, semua gaun yang dilihatnya terlihat mewah. Ini adalah pertama kalinya Carla melihat
Cruz melangkah masuk ke dalam kamar Carla yang berada dalam keadaan tidak terkunci. Dan di sana dia tidak melihat Carla maupun para maid yang dia perintahkan. Ruangannya kosong, dan menyadari hal itu membuat Cruz kebingungan. Pria itu lantas berjalan sambil terus menatap ke sekeliling. "Kemana dia pergi? Para jug maid tidak ada, apakah dia memutuskan untuk jalan-jalan? Tapi tidak mungkin." Cruz memonolog. Lelaki itu baru saja berbalik hendak melangkah pergi, namun langkahnya langsung terhenti saat kedua telinganya secara tidak sengaja mendengar suara Carla yang bergumam di balik layar tempat berganti pakaian. Cruz yang menyadari hal itu spontan terdiam dan menoleh ke arah dimana siluet Carla terlihat secara samar. Lelaki itu beranjak dari tempatnya, melangkah menghampiri suara yang dia dengar. "Aduh, pakaian ini benar-benar menyiksaku. Kenapa aku harus mengenakan pakaian seperti ini? Ini sungguh berbanding terbalik dengan apa yang aku bayangkan, ternyata gaunnya tidak semudah itu un