Share

Bab 3 - Hélie dan Susan

Kedua wanita itu terus berjalan, kedua mata mereka sejak tadi tidak bisa berhenti menatap sekeliling. Sementara ekspresi wajah mereka sama sekali tidak bisa tenang. Keduanya terlihat tegang dan cemas. Mereka tidak akan pernah bisa merasa tenang sebelum mereka menemukan wanita yang saat ini sedang mereka cari. Wanita itu tidak lain dan tidak bukan adalah tunangan dari tuan mereka yang beberapa saat yang lalu tidak sengaja terpisah akibat kekacauan yang terjadi di pasar. Sekarang mereka harus bersusah payah mencari, dan menemukannya sebelum masalah lain timbul.

"Apa yang harus kita lakukan Hélie? Kalau tuan sampai tahu kita kehilangan tuan putri, bisa-bisa kita dimarahi habis-habisan." Susan terus melangkah di samping wanita berpakaian ksatria itu. Ekspresi di wajahnya masih sama cemasnya seperti beberapa saat yang lalu. Sudah kesana-kemari mereka mencari, dan sialnya hasil pencarian mereka sama sekali nihil. Mereka tidak bisa mendapatkan hasil yang mereka inginkan, dan wanita yang mereka cari menghilang tanpa jejak entah kemana.

"Tenanglah Susan, kita harus tetap mencari!" ujar Hélie yang masih berusaha tenang. Baginya di saat seperti ini sangat penting agar tetap tenang supaya mereka bisa berpikir jernih, dan mengatasi masalahnya dengan lebih baik.

"Tapi sebentar lagi tuan akan pulang, dan kalau kita sampai tidak bisa menemukan tuan putri sampai beliau pulang, maka beliau akan marah besar."

"Maka dari itu lebih baik kita terus mencari, dan berhenti bicara!" Hélie mulai kesal. Terlebih celotehan Susan sama sekali tidak membantu, bahkan alih-alih membantu, Susan justru malah memperumit keadaan dengan overthinkingnya itu. Hélie yang mulai jengkel lantas memutuskan untuk melangkah lebih dulu, meninggalkan Susan di belakang sementara dirinya menghampiri salah satu penduduk untuk ditanyai. Susan yang sadar wanita itu meninggalkannya lantas bergegas mengejar wanita itu dengan langkah tergesa-gesa. Detik berikutnya, mereka kembali sibuk berjalan sambil terus menyisir daerah sekitar terakhir kali mereka kehilangan wanita yang mereka cari.

Carla Harper De Ophelia namanya, wanita yang tak lain ialah tunangan dari seorang Marquis muda bernama Cruz Odin Spencer. Salah satu bangsawan paling berpengaruh di kerajaan. Wanita itu adalah seorang putri dari salah satu bangsawan di negeri tetangga. Karena hubungan pertunangan mereka, dan beberapa masalah internal lain di keluarga, akhirnya Carla di bawa oleh Cruz dan di minta untuk tinggal bersamanya hingga proses persiapan pernikahan mereka selesai.

Waktu berlalu dan sudah hampir satu jam lebih mereka mencari keberadaan Carla yang mendadak hilang entah kemana, sialnya lagi mereka sudah menanyakan ke para penduduk di sana dan tidak ada satupun di antara mereka yang melihat keberadaan wanita itu. Carla seolah menghilang begitu saja tanpa jejak. Entah kemana wanita itu pergi, yang pasti mereka kehilangan jejaknya karena kekacauan yang terjadi beberapa waktu lalu. Kekacauan yang membuat mereka terseret dan berakhir terpisah satu sama lain. Sepanjang jalan, Hélie dan Susan juga tak berhenti untuk terus berteriak menyerukan namanya. Berharap Carla bisa mendengar suara mereka lalu menjawabnya.

"Bagaimana ini? Kita sudah mencari tuan putri kemana-mana, tapi kita sama sekali tidak bisa menemukan beliau. Bagaimana kalau terjadi sesuatu yang buruk pada beliau? Apalagi beliau sama sekali tidak terlalu hafal dengan kota ini."

"Sejak tadi kau terus saja bicara hal yang tidak-tidak. Itu sama sekali tidak membantu, Susan. Lebih baik kau bantu aku untuk terus mencari. Bicara saja tidak akan membuahkan hasil apa-apa. Terlebih kalau kau terus membicarakan hal yang buruk-buruk!"

"Aku hanya membicarakan kemungkinan terburuknya saja..."

"Itu dia. Berhenti memikirkan hal terburuk itu atau apa yang kau pikirkan akan benar-benar menjadi nyata." Hélie benar-benar sudah kehabisan kesabaran menghadapi Susan yang terus bicara hal yang tidak-tidak. Itu membuat kupingnya penuh, dan dia mulai jengkel.

Tep!

Susan tiba-tiba saja menghentikan langkah kakinya di tempat ketika secara tidak sengaja kedua irisnya menangkap sosok tak asing yang kini sedang menunggang kuda. Bergerak menuju arahnya. Susan menyipitkan kedua matanya guna memperjelas apa yang dia lihat. Namun begitu sadar, kedua matanya langsung membulat dengan air muka kaget yang sama sekali tidak bisa dia sembunyikan. Susan bahkan bisa langsung sadar begitu melihat pesona, dan kharismanya dari kejauhan. Sosok itu tampak bersinar walau wajahnya tampak serius sekalipun, dan tidak ada seorangpun yang mampu berpaling begitu sosoknya datang dan menyita seluruh perhatian. Susan yang sadar akan hal itu lantas menarik-narik wanita yang berada tepat di sebelahnya. Hélie masih belum menyadari sosok itu datang karena terlalu sibuk menanyai beberapa penduduk lain di dekat mereka berjalan.

"Hélie..." panggilnya dengan nada lirih. Hélie yang sadar wanita itu kembali bersuara lantas menepis tangannya dari pundaknya. Memberikan isyarat pada Susan untuk berhenti mengeluarkan ocehan yang tidak penting. Alih-alih berhenti setelah kalimatnya diabaikan Hélie, Susan justru malah semakin menjadi-jadi. Wanita itu bahkan sekarang bukan hanya menarik-narik pakaiannya, melainkan mengguncang pundaknya dengan sedikit bertenaga. "Hélie!"

"Diam sebentar, aku sedang bertanya!"

"Hélie! Aku rasa ini gawat. Kita benar-benar dalam masalah besar sekarang."

"Apa maksudmu? Berhenti bicara omong kosong dan bantu aku mencari tuan putri. Atau kita akan benar-benar terjebak dalam masalah!"

"Aku rasa itu sudah terlambat, karena masalahnya berada tepat di hadapan kita," ujar Susan yang sejak tadi fokus perhatiannya tidak bisa beranjak dari Cruz yang menunggang kuda terus mendekat ke arahnya. Jarak lelaki itu semakin lama semakin mendekat. Di sisi lain, Hélie yang mendengar rekannya semakin meracau tidak jelas lantas berhenti, dan menoleh ke arahnya yang entah sejak kapan berada selangkah di belakangnya. 

"Aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang kau--" Belum sempat Hélie menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba saja tanpa peringatan lebih dulu, Susan mendekat dan menarik kepalanya, mengarahkan pandangannya tepat ke arah yang sejak tadi di tatap olehnya. "Lihat itu!" katanya dengan nada panik. Baru sepersekian dekit berikutnya, Hélie tersadar dengan apa yang dilihatnya. Wanita itu membelalakkan matanya saat sadar siapa yang sekarang sedang berkuda melaju menuju arah mereka.

"T-tuan?!" Hélie berucap dengan nada terbata-bata. Dia benar-benar tidak menyangaka kalau lelaki itu akan muncul di hadapan mereka lebih cepat dari yang diperkirakan. Sadar dengan apa yang mereka lihat, membuat Hélie dan Susan sama-sama gelagapan. Mereka benar-benar takut sekaligus bingung harus bagaimana, dan harus menjawab apa kalau sampai lelaki itu benar-benar berhenti di hadapan mereka untuk menanyakan tunangannya yang sekarang posisinya sedang tidak bersama mereka.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" ujarnya dengan panik sambil menatap Susan.

"Kenapa kau tanya aku? Memanganya aku tahu apa yang harus kita lakukan? Cepat cari ide!" Susan sama paniknya dengan wanita itu, terlebih dia semakin panik begitu mendengar Hélie yang berubah panik begitu sadar Cruz menghampiri mereka.

"Tenang! Kita harus tenang agar kita bisa berpikir jernih dan menemukan jalan keluar dari situasi ini." Hélie memegangi kepalanya sambil mencoba tenang. Namun alih-alih berhasil tenang, dia justru makin panik karena melihat Cruz makin mendekat. "AKU TIDAK BISA TENANG!" teriaknya panik.

"Apalagi aku! Sudahlah, kita lari dan menghidar saja!" Susan berbalik siap untuk meninggalkan Hélie sendiri di sana.

"Tunggu, itu bukanlah ide yang bagus. Tapi, tidak buruk." Hélie ikut berbalik dan siap untuk melarikan diri, mengikuti saran dari Susan. Sayangnya keberadaan mereka sudah lebih dulu di sadari oleh Cruz yang langsung mengarahkan kuda yang di tungganginya itu ke arah mereka. Lelaki itu langsung memanggil keduanya saat sadar Susan dan Hélie tak bersama dengan tunanganya. 

"Susan! Hélie!" Cruz memanggil mereka. Mendengar suara Cruz yang berteriak menyerukan namanya, seketika membuat Susan dan Hélie membatu ditempatnya dengan jantung yang seolah berhenti berdetak sesaat saking kagetnya. Keringat tanpa sadar mulai mengucur membasahi kening mereka, dan wajah mereka langsung memucat begitu Cruz menghentikan kudanya di depan mereka.

"T-tuan..." Dengan suara terbata dan nyaris tanpa suara, mereka menjawab teriakan dari Cruz barusan.

"Apa yang kalian lakukan di sini? Bukankah aku meminta kalian untuk menjaga putri?"

"I-itu..." Susan semakin guggup. Sementara itu tiba-tiba saja Hélie membungkuk di hadapan Cruz, membuat Cruz dan Susan terkejut oleh tindakannya.

"Ampuni saya, tuan. Kami sebenarnya sudah berusaha untuk melarang tuan putri, namun karena beliau terlalu lembut, kami jadi luluh dan mau menerima ajakan beliau ketika beliau meminta kami mengantarkannya berkeliling kota. Beliau bilang bosan karena terus berada di kediaman Marquis tanpa bisa bertemu dengan orang-orang baru, maka dari itu kami terpaksa mengantarkan tuan putri untuk berkeliling. Namun di luar dugaan, tadi terjadi kekacauan di pasar yang membuat kami terpisah dengan tuan putri..."

Susan melongo, dia sungguh tidak percaya dengan apa yang baru saja dilakukan oleh rekannya itu. Hélie baru saja menceritakan masalah mereka pada Cruz. Dia benar-benar tidak tahu apa yang ada di pikiran wanita itu yang langsung menjerumuskan mereka dalam masalah baru yang lain. Tapi karena semuanya sudah terlanjur terbongkar, tidak ada pilihan lain selain Susan ikut membungkuk dan meminta ampun padanya sebelum terlambat. 

"Kami sungguh meminta maaf atas kecerobohan kami, tuan. Tapi kami sungguh sudah mencari tuan putri kemana-mana. Namun kami tidak berhasil menemukan beliau dimanapun." Susan menimpali. Tak lama setelah mendengar ucapan mereka, ekspresi Cruz seketika berubah. Aura gelap langsung menyelmuti sosok pria itu.

"APA? BAGAIMANA KALIAN BISA MELAKUKAN HAL SECEROBOH INI! CEPAT CARI PUTRI SAMPAI KETEMU, KALAU PERLU PANGGIL BANTUAN! AKU TIDAK AKAN MEMAAFKAN KALIAN KALAU SAMPAI PUTRI TIDAK DI TEMUKAN ATAU KEMBALI DALAM KEADAAN TERLUKA. AKU AKAN MENGHUKUM KALIAN, INGAT ITU!" 

"Kami bersalah, tuan..." Susan dan Hélie sama sekali tidak bisa mengelak. Tak lama, dengan wajah kesal bercampur cemas. lelaki itu beranjak dengan menunggangi kudanya. Memacu laju kudanya meninggalkan mereka di sana.

Sepeninggalan Cruz, Susan dan Hélie segera melakukan apa yang telah diperintahkan oleh Cruz. Susan segera kembali untuk meminta bantuan, sementara Hélie terus berusaha mencari, dan tidak pernah bosan menanyakan pada para penduduk, apakah mereka pernah melihat Carla atau tidak.

Di sisi lain, Cruz terus memacu laju kudanya. Sial. Firasatku jadi tidak enak. Bagaimana kalau Carla sampai bertemu dengan Enrique? Aku harus cepat-cepat menemukannya.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status