"Rio kenapa kamu bisa menyembunyikan masalah sebesar ini dari saya, kenapa kamu tidak menceritakan kehamilan Inara?""Inara yang meminta agar saya tetap merahasiakan ini, Inara melarang saya bercerita kepada siapapun, Inara tidak memperbolehkan saya mengatakan ini kepada Om dan Tante, saya sudah berulang kali mengatakan jika saya akan bertanggung jawab menikahinnya tapi dia tetap menolak, Inara hanya mau menikah bersama Arga." "Sudah berapa bulan kandungan Inara?" "Sudah memasuki dua bulan, Inara meminta saya untuk diam, dia yang tidak mau dengan kehamilannya berusaha untuk menggugurkan kandungannya om dengan meminum obat obatan ini. Dia tidak mau siapapun tahu kehamilannya terutama oleh Arga." "Ya Alloh Inara apa yang kamu lakukan, itu semua sudah tidak mungkin, tidak mungkin Arga menikah dengan Inara dalam keadaan seperti ini, apa yang harus kita katakan ma kepada Arga dan keluarganya?" Mama Inara hanya terdiam dan meneteskan air matanya, dia sudah tahu lagi apa yang harus dilak
"Mama papa." Inara yang telah tersadar memanggil orang tuanya dengan nada lirih dan lemah. Mendengar itu papa dan mama Inara sangat bahagia, bersyukur putri tercintanya telah sadar setelah mengalami masa kritis beberapa hari. Mereka harus bersabar untuk bertemu putrinya karena dokter harus memeriksanya terlebih dahulu. Dengan sabar Rio mendampingi Inara yang sedang diperiksa dokter karena Rio juga merupakan salah satu dokter yang menangani Inara. Tak pernah Rio meninggalkan Inara, dia selalu sabar mendampinginnya melewati masa masa kritis dan juga sabar bersama mendampingi orang tua Inara yang sedang menunggu putrinya. Menyiapkan keperluan orang tua Inara selama menunggu Inara dirawat dirumah sakit. Perlakuan Rio dan tanggung jawabnya membuat hati orang tua Inara tersentuh walaupun sebenarnya masih menyimpan amarah dan kebencian kepada Rio yang telah membuat putrinya hancur. Orang tua Inara mulai mempercayai Rio akan bertanggung jawab penuh kepada putrinya. Perlakuan yang baik Rio
"Sedang apa Rio kenapa berhenti ceritanya malah diam, kamj jangan bikin khawatir mama dan ayah Rio.""Ayah benar benar tidak akan membelamu lagi jika sampai ada apa apa lagi Rio." Ayah dan mama Rio yang mulai panik ini bergantian memberikan pertanyaan kepada Rio. Menvoba menanggapi dan menjawab dengan tenang pertanyaan mama dan ayahnya yang sedang panik, Rio mulai melanjutkan lagi ceritanya yang terputus. "Inara sedang hamil, dan usia kandungannya sudah dua bulan." Rio kembali diam, dia belum lagi melanjutkan ceritanya, sontak mama dan ayahnya sangat terkejut. Kasus Inara yang beberapa bulan ini tidak terdengar kabarnya kini muncul lagi dengan masalah baru yaiti kehamilan Inara. "Apa Rio, hamil dua bulan? Inara hamil sudah dua bulan? dan kamu santai santai saja tidak cerita kepada ayah dan mamamu, bahkan sepertinya kamu juga sempat mengabaikannya akhir akhir ini, kamu gak papa Rio bisa bisanya tenang seperti itu?" "Tolong dengarkan dulu cerita Rio yah, Rio belum selesai bicara.Ri
Ingin rasanya Rio berada disamping Inara, tapi itu semua masih tidak mungkin karena dokter mengatakan Inara masih dalam masa pemulihan dan tidak bisa terlalu banyak beban pikiran yang menekannya. Rio hanya bisa melihatnya dari sebagian jendela kamar Inara yang tak tertutup rapat oleh gorden. Tersenyum ketika melihat wajah Inara yang tampak lemah dan pucat sedang tertidur pulas. Tak berapa lama kemuadian dokter datang untuk melakukan pemeriksaan terakir kalinya sebelum Inara pulang. Mama Inara membangunkan perlahan putrinya yang sedang tertidur pulas. "Inara, bangun ada dokter yang mau check up kondisi kamu." "Oh iya, maaf dokter saya ketiduran.""Tidak papa memang sebaiknya ibu harus banyak banyak istirahat ya dan jangan terlalu banyak pikiran. Permisi saya periksa dulu ya ibu, apa ada yang dikeluhkan sekarang?" Dokter memeriksa dengan teliti kondisi Inara dan memastikan Inara sudah kembali sehat dan siap untuk pulang. "Alhamdulillah ibu keadaan putri ibu sudah pulih , ibu sudah
Malam yang ditunggu tunggu telah tiba, Rio dan orang tuanya bersiap menuju rumah Inara. Berniat datang untuk melamarnya, Rio tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya dia tidak menyangka malam ini bisa datang kerumah wanita yang bisa membuatnya hatinya yang begitu dingin bisa jatuh cinta lagi. Memandangi satu set kotak perhiasan yang telah dia persiapkan dari tadi siang dengan membayangkan dia meberikannya pada Inara. Mama Rio tersenyum senyum melihat putra semata wayangnya bahagia seperti ini. Baginya Rio tetaplah anak laki laki yang baik walaupun dia pernah melakukan sebuah kesalahan besar. Hari ini mama Rio berharap lamaran Rio bisa diterima dengan sepenuh hati oleh Inara dan keluarganya. "Rio, mama sudah siap semua?" tanya ayah Rio yang sudah bersiap untuk berangkat. "Sudah ayah, sudah siap, doakan Inara bisa terbuka hatinya ya bisa menerima lamaran Rio malam ini." "Aamiin, ayah juga sudah datang tadi pagi ke kantor papanya sebelum kamu meminta ijin ke papanya untuk datang melam
Seakan tak berani menatap wajah Rio dan orang tuanya, Inara hanya melihat sesekali disaat Rio menyapanya. Pikiran dan tatapan kosong, raganya sedamg beeada dihadapan Rio saat ini namun pikirannya dan hatinya melayang entah kemana. Ingin kakinya melangkah jauh lari meninggalkan ini semua, namun merasa seperti orang yang sedang terpasung yang tak dapat melakukan apa apa. "Selamat malam, saya orang tua Rio datang kemari bermaksud ingin meminta dan melamar Inara putri bapak untuk menjadi menantu dan istri putra kami Rio." Ayah Rio mulai berbicara menyampaikan niatannya datang pada malam itu. "Selamat malam juga bapak, terima kasih atas kedatangannya, kami selaku orang tua Inara hanya menerima kedatangan bapak dan ibu saja kemari, namun untuk bagaimana jawaban pinangan itu hanya Inara yang berhak menjawabnya, Inara bagaimana nak apa kamu mau menerima lamaran Rio?" Dengan tatapan mata kosong dan entah pikirannya melayang kemana. Inara hanya mengangguk pasrah, tak ada senyum dan juga kata
Sehari berlalu setelah prosesi lamaran Rio dan Inara, Rio nampak sangat bahagia sekali karena wanita yang sangat dia cintai kini telah dia dapatkan meskipun belum seutuhnya menjadi miliknya. Perhatian dan rasa sayang Rio bertambah besar untuk Inara, meskipun dia tau belum ada kata cinta untuknya dari Inara namun dia akan berusaha menumbuhkan rasa itu perlahan di hati Inara. Beda halnya dengan Rio, hati Inara masih dipenuhi perasaan cinta hanya untuk Arga yang masih belum bisa tergantikan oleh kehadiran Rio. Sebelum mengawali rutinitasnya sebagai dokter di sebuah rumah sakit, Rio menyempatkan untuk menghubungi meskipun hanya sekedar berpamitan. Mencoba menelpon Inara beberapa kali namun panggilan Rio tak dianggap oleh Inara. Meskipun begitu dia tetap besabar menanggapi sikap Inara. Dia kirimkan sebuah pesan singkat untuk Inara."Hay pagi calon istriku dan ibu anakku, aku pergi dulu ya, hari ini aku tidak ada jadwal piket jaga di IGD mungkin nanti bisa pulang agak cepat, nanti aku kerum
Rio tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, mengapa keluarga Inara tak membatalkan pertunangan Inara dengan Arga disaat mereka menerimanya. Pertanyaan itu memenuhi pikiran Rio, namun dia tetap berusaha untuk berpikir jernih menghadapi ini semua. Dia tak ingin rencana pernikahannya bersama Inara yang telah ditentukan berantakkan. "Inara, apa yang sebenarnya terjadi apa kamu belum membatalkan pertunanganmu dengan Arga?" Tanya Rio karena dia tak ingin rasa penasarannya mengganggu pikirannya dan merusak hubungan yang telah dia perjuangkan selama ini. "Belum Rio, kami bingung apa yang harus kami katakan kepada keluarga Arga untuk memutuskan pertunangan kami dalam keadaanku yang seperti ini." Penjelasan Inara membuat Rio tercengang, bagaimana bisa ini semua terjadi. Keluarga Inara menerimanya disaat mereka belum memutuskan pertunangan Arga dan Inara. Tapi Rio memahami ini semua terjadi juga karena kesalahannya yang masuk secara paksa dalam kehidupan Inara. Sadar bahwa dirinya masih bel