Informasi dari interogasi telah mengubah segalanya. Ini bukan lagi tentang bertahan hidup, tapi tentang menyerang. Arjuna Wiratama berdiri di depan peta besar Jakarta yang ia pasang di dinding apartemen, jarinya menunjuk ke sebuah gedung pencakar langit mewah di pusat kota. "Laboratorium bawah tanahnya pasti ada di sini," gumamnya.
Naya Kirana berdiri di sampingnya, matanya mengikuti jari Arjuna. Berbahaya.
"Aku tahu," jawab Arjuna, tanpa perlu mendengar suara Naya Kirana di kepalanya. Ia merasakan kekhawatiran dari telepati Naya Kirana. "Tapi ini satu-satunya cara untuk menghentikannya."
Bagas Prasetya dan Kianjaya bergabung. Suasana tegang menyelimuti ruangan. Ini adalah operasi terbesar dan paling berbahaya yang pernah mereka lakukan.
"Oke, Kian, bisakah kau mendapatkan denah gedung itu?" tanya Arjuna. "Kita perlu tahu jalur masuk, jalur keluar, dan lokasi laboratoriumnya."
Kianjaya segera mengetik di keyboardnya, jari-jarinya menari-nari di atas tombol. "Aku akan mencoba meretas sistem keamanan gedung itu. Ini akan sulit, karena Jagad Buana pasti memperketatnya setelah insiden tadi malam."
"Gas," Arjuna menoleh ke Bagas. "Kita butuh rute pelarian yang mulus begitu kita mendapatkan yang kita cari. Dan siapkan tim cadangan, kalau-kalau terjadi sesuatu."
Bagas mengangguk. "Aku akan menghubungi beberapa kontak lamaku. Mereka bisa disewa, tapi mahal dan berisiko."
"Tidak masalah," kata Arjuna. "Kita akan bayar berapa pun asalkan berhasil."
Naya Kirana mendengarkan semua rencana itu. Ia merasakan kecemasan Arjuna, tetapi juga tekadnya yang membara. Ia tahu Arjuna melakukan ini untuknya. Ia merasakan ikatan yang semakin kuat dengan pria itu, sebuah perasaan yang melampaui rasa aman atau perlindungan. Ini adalah... cinta.
Kilasan Ingatan — Era Majapahit
Adipati Damarjati memegang gulungan peta kuno, yang ia dapatkan dari prajurit Patih Durjana yang tertangkap. Peta itu menunjukkan lokasi tersembunyi markas Patih Durjana dan, yang paling penting, sebuah ruangan rahasia di bawah tanah tempat ia menyimpan kitab-kitab sihir dan artefak gelapnya.
Dewi Tirta berdiri di samping Adipati Damarjati, merasakan aura jahat yang terpancar samar dari peta itu. Tempat itu... penuh kegelapan.
"Ya," kata Adipati Damarjati. "Di sanalah Patih Durjana menyimpan semua rahasianya. Termasuk kitab yang berisi mantra untuk menguasai kekuatanmu."
Ki Sanjaya dan Bagas Prasetya juga ada di sana. Mereka menyadari betapa berbahayanya misi ini.
"Yang Mulia Adipati, kita tidak bisa menyerbu langsung," kata Ki Sanjaya. "Tempat itu dijaga ketat oleh prajurit-prajurit terbaik Patih Durjana dan dilindungi oleh sihirnya."
"Aku tahu," jawab Adipati Damarjati. "Kita harus menggunakan kecerdikan. Kita akan menyusup."
Ki Sanjaya mulai membuat skema. "Aku akan mencari tahu jalur rahasia ke dalam benteng Patih Durjana. Aku juga akan mencoba mengalihkan perhatian para prajurit dan menonaktifkan jebakan sihirnya."
Bagas menggebrak meja. "Aku akan memimpin pasukan kecil dari prajurit kita yang paling setia. Kita akan menciptakan gangguan di luar, dan jika perlu, kita akan membuka jalan bagi Yang Mulia Adipati untuk masuk."
Dewi Tirta menatap Adipati Damarjati. Aku... ingin membantu. Ia mengirimkan gambar dirinya menggunakan kekuatannya untuk membuat kekacauan, mengalihkan perhatian musuh.
Adipati Damarjati menatap Dewi Tirta. Ia melihat tekad di matanya. "Tidak, Dewi. Ini terlalu berbahaya. Kekuatanmu terlalu berharga. Aku tidak ingin kau mengambil risiko."
Namun, Dewi Tirta menggeleng. Aku tidak akan... membiarkanmu... pergi sendirian. Kita... bersama.
Adipati Damarjati tersenyum. Ia tahu ia tidak bisa menghentikan Dewi Tirta. Ia merasakan ikatan yang tak terputuskan dengan wanita ini. Ia hanya bisa bersumpah untuk melindungi Dewi Tirta dengan seluruh jiwanya.
Kilasan itu berakhir dengan Naya Kirana merasakan keberanian, cinta, dan tekad untuk saling melindungi.
Kembali ke Masa Kini
Naya Kirana menatap Arjuna. Ia merasakan niat Arjuna untuk melindunginya, tetapi ia juga tahu ia harus menjadi bagian dari rencana itu. Aku ingin... ikut. Aku bisa... membantu.
Arjuna melihat tekad di mata Naya Kirana. Ia tahu Naya Kirana bukan lagi putri duyung yang polos dan tidak berdaya seperti saat pertama kali ia temukan. Ia telah tumbuh.
"Baiklah," kata Arjuna. "Tapi kau harus tetap bersembunyi. Kekuatanmu akan menjadi kartu as kita, jika kita benar-benar membutuhkannya."
Kianjaya, dengan keahliannya, akhirnya berhasil menembus sistem keamanan gedung Jagad Buana. Denah gedung terpampang di layar besar. "Ini dia, Hyung! Laboratoriumnya ada di lantai B3, di bawah tanah. Ada beberapa jalur akses, tapi semuanya dijaga ketat dengan sensor biometrik dan kamera inframerah."
"Dan 'kitab' kuno itu?" tanya Arjuna.
"Itu kemungkinan besar ada di dalam laboratorium itu. Di tempat paling aman," jawab Kianjaya.
Mereka mulai memetakan jalur, mempertimbangkan setiap skenario. Arjuna akan memimpin penyusupan, menggunakan keahliannya untuk melewati sistem keamanan. Bagas akan bertindak sebagai back-up dan pengalih perhatian jika diperlukan, sementara Kianjaya akan memberikan dukungan teknis dari jarak jauh.
"Kita akan menyusup di malam hari," kata Arjuna. "Pada saat Jagad Buana paling tidak menduga. Kita akan menyamar sebagai tim pemeliharaan atau kontraktor. Kian, kau siapkan ID dan access card palsu."
"Beress, Hyung!" Kianjaya tersenyum tipis.
Bagas menunjuk ke denah. "Kita harus bersiap untuk perlawanan. Jagad Buana pasti sudah menempatkan para 'pembersih' terbaiknya di sana."
Arjuna mengangguk. "Aku tahu. Tapi kita tidak punya pilihan lain. Kita harus menghentikannya sebelum dia mendapatkan kekuatannya dan menjadi abadi."
Naya Kirana menatap Arjuna, hatinya dipenuhi campuran ketakutan dan cinta. Ia tahu ini akan menjadi malam yang panjang dan berbahaya. Tapi ia juga tahu, ia tidak akan pernah membiarkan Arjuna pergi sendirian. Takdir mereka terikat, dan ia akan melangkah maju bersamanya, apa pun risikonya.
Di markasnya, Jagad Buana sedang memegang kompas kunonya. Jarum kompas itu berputar liar, bergetar hebat. Itu bukan lagi sinyal palsu. Itu adalah kehadiran Naya Kirana yang sebenarnya, semakin dekat, bersama Arjuna Wiratama.
"Mereka datang," gumam Jagad Buana, seringai puas terukir di wajahnya. "Bodoh. Mereka pikir bisa menghentikanku? Aku sudah menunggumu, putri duyung. Dan kau, penipu. Kalian berdua akan menjadi kunci keabadianku!"
Kembalinya Naya Kirana bukanlah sebuah rahasia yang bisa disimpan selamanya. Setelah pertemuan pertamanya dengan Putri Anggraini, Bagas Prasetya, dan Kianjaya, berita tentang manifestasinya mulai menyebar di kalangan terbatas di dalam Yayasan Pelestarian Lautan. Tidak ada laporan resmi ke media, tetapi di antara mereka yang berdedikasi pada pelestarian laut, gema "melodi lautan" dan "penjaga baru" mulai menjadi bisikan penuh harapan.Naya Kirana kini tidak lagi terbatas pada keberadaan spiritual. Ia dapat bermanifestasi dalam wujud manusia di daratan, meskipun ia masih mempertahankan aura cahaya dan koneksi mendalamnya dengan air. Ia tidak bisa hidup layaknya manusia biasa, tidak membutuhkan makanan atau tidur, namun ia bisa berinteraksi, berbicara, dan yang paling penting, membimbing.Peran Naya Kirana bagi Yayasan Pelestarian Lautan menjadi tak ternilai. Dengan koneksinya yang langsung dengan lautan, ia bisa merasakan kesehatan ekosistem secara global, mendeteksi ancaman polusi, ata
Cahaya biru yang memancar dari dalam teluk terus membesar, memukau Putri Anggraini. Pusaran air yang lembut itu kini berdenyut dengan ritme yang memukau, memancarkan melodi yang hanya bisa ia dengar di dalam hatinya. Aroma asin laut bercampur dengan wangi bunga-bunga tropis yang tiba-tiba bermekaran di sekitar bibir pantai, seolah alam turut merayakan.Dari pusat pusaran cahaya itu, sosok itu perlahan-lahan mengambil bentuk. Bukan lagi siluet transparan, tetapi sebuah wujud yang nyata, meskipun masih diselimuti aura bercahaya. Rambut panjang sebiru samudra, mata yang memancarkan kebijaksanaan dan kerinduan berabad-abad, dan senyum yang lembut namun penuh kekuatan. Itu adalah Naya Kirana, kembali.Putri Anggraini terkesiap. Ia tidak pernah melihat sesuatu seperti ini. Rasa takutnya lenyap, digantikan oleh kekaguman murni dan rasa koneksi yang mendalam, seolah ia telah menunggu momen ini sepanjang hidupnya. Air matanya menetes, bukan karena kesedihan, tetapi karena keindahan yang luar b
Puluhan tahun telah berlalu sejak kepergian Arjuna Wiratama. Warisannya hidup subur melalui Yayasan Pelestarian Lautan, yang kini dipimpin oleh Bagas Prasetya, dengan Kianjaya sebagai kepala penelitian global. Giok Penjaga Takdir yang pernah menjadi jimat pribadi Arjuna, kini tersimpan di sebuah museum maritim yang didirikan untuk menghormati dedikasinya. Giok itu diletakkan di dalam vitrin kaca khusus, memancarkan cahaya biru samar yang hampir tak terlihat, namun selalu menarik perhatian para pengunjung yang paling peka.Dunia telah banyak berubah. Teknologi semakin maju, namun ancaman terhadap lautan juga semakin kompleks. Meski begitu, berkat fondasi yang diletakkan Arjuna, kesadaran global akan pentingnya menjaga ekosistem laut telah meningkat pesat. Namun, di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, lautan mulai menunjukkan fenomena yang tidak dapat dijelaskan secara ilmiah.Di berbagai belahan dunia, para pelaut melaporkan mendengar melodi aneh dari kedalaman laut, sebuah lagu yang
Kembalinya Naya Kirana bukanlah sebuah rahasia yang bisa disimpan selamanya. Setelah pertemuan pertamanya dengan Putri Anggraini, Bagas Prasetya, dan Kianjaya, berita tentang manifestasinya mulai menyebar di kalangan terbatas di dalam Yayasan Pelestarian Lautan. Tidak ada laporan resmi ke media, tetapi di antara mereka yang berdedikasi pada pelestarian laut, gema "melodi lautan" dan "penjaga baru" mulai menjadi bisikan penuh harapan.Naya Kirana kini tidak lagi terbatas pada keberadaan spiritual. Ia dapat bermanifestasi dalam wujud manusia di daratan, meskipun ia masih mempertahankan aura cahaya dan koneksi mendalamnya dengan air. Ia tidak bisa hidup layaknya manusia biasa, tidak membutuhkan makanan atau tidur, namun ia bisa berinteraksi, berbicara, dan yang paling penting, membimbing.Peran Naya Kirana bagi Yayasan Pelestarian Lautan menjadi tak ternilai. Dengan koneksinya yang langsung dengan lautan, ia bisa merasakan kesehatan ekosistem secara global, mendeteksi ancaman polusi, ata
Cahaya biru yang memancar dari dalam teluk terus membesar, memukau Putri Anggraini. Pusaran air yang lembut itu kini berdenyut dengan ritme yang memukau, memancarkan melodi yang hanya bisa ia dengar di dalam hatinya. Aroma asin laut bercampur dengan wangi bunga-bunga tropis yang tiba-tiba bermekaran di sekitar bibir pantai, seolah alam turut merayakan.Dari pusat pusaran cahaya itu, sosok itu perlahan-lahan mengambil bentuk. Bukan lagi siluet transparan, tetapi sebuah wujud yang nyata, meskipun masih diselimuti aura bercahaya. Rambut panjang sebiru samudra, mata yang memancarkan kebijaksanaan dan kerinduan berabad-abad, dan senyum yang lembut namun penuh kekuatan. Itu adalah Naya Kirana, kembali.Putri Anggraini terkesiap. Ia tidak pernah melihat sesuatu seperti ini. Rasa takutnya lenyap, digantikan oleh kekaguman murni dan rasa koneksi yang mendalam, seolah ia telah menunggu momen ini sepanjang hidupnya. Air matanya menetes, bukan karena kesedihan, tetapi karena keindahan yang luar b
Puluhan tahun telah berlalu sejak kepergian Arjuna Wiratama. Warisannya hidup subur melalui Yayasan Pelestarian Lautan, yang kini dipimpin oleh Bagas Prasetya, dengan Kianjaya sebagai kepala penelitian global. Giok Penjaga Takdir yang pernah menjadi jimat pribadi Arjuna, kini tersimpan di sebuah museum maritim yang didirikan untuk menghormati dedikasinya. Giok itu diletakkan di dalam vitrin kaca khusus, memancarkan cahaya biru samar yang hampir tak terlihat, namun selalu menarik perhatian para pengunjung yang paling peka.Dunia telah banyak berubah. Teknologi semakin maju, namun ancaman terhadap lautan juga semakin kompleks. Meski begitu, berkat fondasi yang diletakkan Arjuna, kesadaran global akan pentingnya menjaga ekosistem laut telah meningkat pesat. Namun, di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, lautan mulai menunjukkan fenomena yang tidak dapat dijelaskan secara ilmiah.Di berbagai belahan dunia, para pelaut melaporkan mendengar melodi aneh dari kedalaman laut, sebuah lagu yang