Samudera adalah keheningan, rahasia, dan rumah. Namun, bagi Naya Kirana, samudera juga adalah penjara, kini terbentang jauh di belakangnya. Ia terdampar. Bukan di daratan asing yang indah, melainkan di beton keras, bising, dan penuh aneh di pusat kota Jakarta. Kakinya terasa nyeri, sebuah adaptasi yang tidak biasa dari ekor bersisik peraknya yang telah berubah. Ia menyentuh kulitnya, memastikan tidak ada lagi sisik yang tersisa. Ajaib, tetapi juga mengerikan.Ia tidak tahu persis bagaimana ia sampai di sini. Ingatannya tentang transisi dari air ke darat bagaikan kabut tebal, hanya ada sensasi pening dan desakan kuat untuk melarikan diri dari sesuatu—atau seseorang. Yang ia ingat hanyalah kilatan cahaya, gelombang energi, dan desakan untuk mencari perlindungan.Tubuhnya kini terasa berbeda, asing. Pakaian lusuh yang entah bagaimana melekat pada tubuhnya basah dan dingin. Ia lapar, haus, dan bingung. Bau aneh menyeruak di mana-mana: bau asap, bau keringat, bau makanan yang tak ia kenali
Last Updated : 2025-06-16 Read more