Share

18. Es Krim

Aku nggak suka melihat wajahnya yang pura-pura polos itu. Dia spontan mengusap lehernya sendiri. Dengan raut bingung, entah itu hanya dibuat-buat atau bingung beneran. Tapi, justru makin membuatku kesal.

"Tanda apa sih, Ra?" tanya dia mengerutkan dahi.

Kenapa sih dia mesti pura-pura? Aku nggak bodoh!

"Tanya aja sama selingkuhan kamu!"

Asta menyipitkan mata. "Selingkuhan apa? Kamu jangan ngadi-ngadi ya, Ra."

"Kamu tau pas aku mual pagi-pagi? itu karena aku jijik melihat tanda merah di leher kamu."

"Tanda merah apa sih, Ra?"

Ternyata Asta menyangkal. Padahal jelas-jelas aku melihat buktinya. Entah itu tanda yang dibuat sadar atau enggak, yang pasti itu tampak dengan jelas di mataku. Dan aku nggak bodoh buat mengsalah-artikan tanda apa itu.

Aku menggeram dan tidak ingin membuang waktu berdebat dengan Asta soal pribadi di kantor. Segera aku mengayunkan kaki menuju pintu keluar.

"Ra... Raya..."

Aku terus melangkah, mengabaikan panggilannya. Kubanting pintu ruangan Asta dengan ke
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status