Tergoda Cinta Teman Satu Kantor

Tergoda Cinta Teman Satu Kantor

last updateLast Updated : 2023-01-25
By:  Yuli F. RiyadiCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
10 ratings. 10 reviews
23Chapters
5.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Raya Andara (27 tahun) menaruh curiga kepada suaminya Astaka Wimasusena (30 tahun) lantaran dia mendapat berita bahwa Asta dekat lagi dengan mantannya yang kebetulan baru masuk di perusahaan tempat Asta bekerja. Untuk mempertahankan dan mengawasi Asta dari jerat sang mantan, Raya berniat menyusup menjadi karyawan biasa di perusahaan Asta. Namun, siapa sangka di tengah misinya mencari tahu tentang hubungan suaminya dengan sang mantan, dia malah terlibat skandal cinta dengan Andeas (28 tahun) seorang manajer di divisinya. Di sisi lain dia menemukan fakta yang mengejutkan tentang Asta hingga membuat pernikahannya terancam kandas. Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Yuk, kita mulai semuanya dari sini. Ini adalah novel ketiga saya di GoodNovel, semoga teman-teman suka dan selalu memberi dukungan.

View More

Chapter 1

1. Aku Temani Kamu Tidur

"Kamu tidur aja dulu. Aku masih harus menyelesaikan pekerjaanku." 

Aku lagi-lagi harus menelan kecewa saat Asta mengatakan kalimat yang sama persis seperti malam kemarin. Belum juga aku mengganti pakaian dengan piyama tidur, bahkan membuka lemari saja belum. Tapi, Asta sudah memberi kalimat yang mana bisa juga aku artikan : Aku nggak mau diganggu malam ini. 

Aku membuang napas kasar ketika Asta keluar dari kamar. Lelaki itu sudah pasti akan menuju ruang kerjanya, menjauh dari gangguan yang bisa saja sewaktu-waktu aku lakukan. 

Sudah dari empat bulan lalu, Asta sedikit berubah sikap. Jadi, lebih dingin. Penyebabnya aku sendiri kurang tahu. Selama ini aku berusaha menjadi istri yang baik dan menyenangkan. Bahkan aku memutuskan resign dari kantor hanya agar bisa lebih fokus mengurus Asta. 

"Mas, kamu baik-baik aja, kan?" tanyaku suatu kali saat suamiku itu baru beranjak rebah ke tempat tidur.

"Kamu belum tidur?" Asta melirik jam dinding. "Ini udah hampir pukul dua belas malam. Dari tadi kamu ngapain aja?" tanya Asta melihat mata bulatku yang masih terbuka lebar. 

"Nungguin kamu. Kamu sibuk banget akhir-akhir ini," sahutku manja seraya bergelayut pada lengannya yang kekar.

Asta menghela napas. "Kamu sebaiknya langsung tidur kalau aku lama. Jangan ikut begadang. Perusahaan akan me-launching produk baru jadi kerjaanku menumpuk. Maaf, ya," ucapnya lalu mengusap lembut rambutku yang tergerai. 

Dan, hanya berakhir dengan kecupan singkat lantas Asta memilih memejamkan mata daripada menggauliku. Padahal aku sengaja menunggunya berjam-jam. 

Malam ini pun sama, Asta kembali menyuruhku tidur cepat. Aku menghela napas dan meraih ponsel. Kebiasaanku kalau sedang badmood gara-gara Asta, aku akan curhat sepanjang malam dengan Ralin—sahabatku dari jaman kuliah.

"Ada apa lagi sih, Ra?" tanya Ralin di sana terdengar bosan. Beberapa kali aku mendengar dia menguap.

"Mas Asta, Lin," rengekku seperti biasa. Selain sahabat, Ralin juga sudah seperti kakakku sendiri. Bersama wanita itu aku bisa bermanja-manja. Mengeluarkan semua keluh kesah tanpa malu atau pun ragu. Sebab Ralin akan selalu memberikan saran atau kadang solusi yang tepat pada setiap masalah yang aku hadapi. 

"Kenapa dengan Asta? Lembur lagi?" Ralin di sana menebak. Dia pasti bosan karena akhir-akhir ini sering curhat tentang Asta.

"Iya, gue harus tidur sendiri lagi. Gue udah tiga minggu loh nggak disentuh."

Terdengar helaan napas lelah dari sana. "Ya udah main solo dulu gih." 

"Mana enak!" 

"Mainnya sambil pantengin poto laki lo dong." 

Aku mendesis. "Enggak. Apaan. Saran lo kali ini sesat," ucapku bersungut. Ralin di ujung telepon terbahak. 

"Ya terus gimana lagi? Udah dua bulan ini lo ngeluhin hal yang sama. Coba dong ajak laki lo ngobrol. Kali aja nemu solusi." 

"Percuma, Lin. Dia malah bilang gue gila seks. Kan nyebelin. Umur pernikahan kami baru dua tahun. Wajar dong kalau gue mau dielus terus. Dia kali yang nggak normal. Udah nggak tertarik sama body gue yang aduhai."

Lagi-lagi Ralin tergelak. Sialan. Bicaraku yang ceplas-ceplos sering membuatnya tertawa. Aku merasa nggak perlu menyembunyikan apa pun darinya. Bahkan urusan ranjang aku berani membeberkan. Saking percaya dan nyamannya aku padanya.

"Sesekali lo datangi ruang kerjanya pake baju haram, plus heels merah merona. Dijamin dia klepek-klepek." 

"Gue ada niatan gitu sih. Tapi, takutnya dia marah kalau gue gituin." 

"Enggak bakal. Gue jadi kasihan lo tiga minggu nggak dipake. Ntar rapet lagi susah jebolnya," ujar Ralin tergelak. 

"Biarin makin rapet makin enak, kan?" 

"Ya udah lo coba saran gue aja. Kali aja berhasil," ujarnya cekikikan.

"Kalau nggak berhasil gue jorogin lo dari lantai sepuluh nanti." 

Memakai baju haram dengan heels? Hal gila yang nggak pernah aku lakuin sebelumnya. Dan sekarang? Lihat! Aku melakukannya. Hanya demi mengalihkan fokus Asta dari pekerjaannya. Aku sudah seperti istri kedua jika dia sudah berhadapan dengan pekerjaannya. 

Beruntunglah aku tinggal di rumah sendiri. Bukan dengan orang tua atau pun mertua. Jadi, saat aku mengenakan baju ala kadarnya seperti ini bisa sesuka hati berkeliaran di dalam rumah. 

Heels lima senti yang kukenakan terantuk membentur lantai granit rumahku yang berkilau. Aku berjalan pelan menuju ruang kerja Asta. Pintunya yang berukir asli Jepara melambai, seolah menyuruhku untuk cepat mendekat dan membukanya. 

Dengan pelan aku tekan gagang pintu itu. Aku menyeringai tipis saat terdengar bunyi 'klik' karena itu artinya pintunya nggak terkunci. Aku nggak langsung masuk dan memutuskan melongokkan kepala sebentar. Ingin tahu apa yang sedang suamiku lakukan. 

Dari sini aku bisa melihat Asta duduk di depan laptop dengan wajah serius. Sesekali membuka sebuah fail yang ada di tangannya. Lalu mengetikkan sesuatu di layar 14 inci di hadapannya. 

"Ada apa, Ra? Aku masih sibuk." 

Aku cukup kaget. Ternyata dia menyadari kedatanganku. Padahal sebisa mungkin aku nggak menimbulkan suara saat membuka pintu. 

Asta sama sekali nggak melirikku bahkan ketika aku bergerak mendekatinya. Dia belum sadar dengan penampilanku yang aneh malam ini. Aku mengitari meja kerjanya. Lalu berdiri bersandar pada tepian meja tepat di sebelah kanannya. Sangat dekat, tapi tetap saja Asta sama sekali nggak tertarik melirikku barang sejenak. Menyebalkan. Kehadiranku nggak bisa menggoyangkan konsentrasinya. 

"Mas, lihat aku sebentar dong," ucapku dengan suara yang mendayu. 

"Iya, sebentar," sahutnya sembari mengetik sesuatu pada tuts laptop. Kacamata yang bertengger di hidung bangirnya sedikit melorot. Aku berusaha sabar untuk beberapa menit lamanya.

"Mas," lirihku lagi. 

"Oke, ada apa?" tanya seraya mengalihkan atensinya padaku. 

Yes! Kali ini berhasil.

Tapi, bersamaan dengan itu dia terlonjak kaget. "Astaga, Raya! Apa-apaan kamu?!" pekiknya seperti tengah melihat hantu. 

Aku nggak mengharapkan reaksinya yang seperti itu. Harusnya dia senang atau sekadar menyeringai jail saat melihatku berbusana transparan yang memamerkan bentuk sintal tubuhku. Tapi, apa? Dia malah seperti orang kena serangan jantung dadakan. 

"Kamu dapat dari mana baju itu? Memangnya nggak dingin?" tanya Asta meneliti lingerie yang aku kenakan. 

Bibirku maju satu senti. "Nggak penting aku dapat baju ini dari mana. Yang penting itu Mas suka enggak?" tanyaku tersenyum seduktif.

Asta meringis lalu menggeleng. "Kamu aneh." 

Apa? Gimana aku nggak menyangka kalau dia sudah nggak selera padaku? Dia sama sekali nggak tergoda dengan penampilanku. Apa suamiku sudah nggak normal?! Ya Tuhan! Aku mengerang frustrasi dan itu makin membuat Asta heran menatapku. 

"Are you okay?" 

Sejujurnya aku sudah sangat emosi menghadapi sikap datar Asta belakangan. Puncaknya mungkin sekarang. 

"Mas, bisa enggak sih kamu berhenti sebentar ngurusin kerjaan? Emang nggak capek, udah seharian kerja malamnya harus lembur lagi?" tanyaku sebal. Alisku sudah keriting dibuatnya, tapi dia masih saja nggak tahu kalau aku butuh dibelai. 

"Raya, ini kerjaan urgent. Kalau enggak, buat apa aku ngoyo-ngoyo kerja begini? Semua juga demi kamu." 

Jawabannya membuatku makin meradang. Aku melepas heels dan melemparnya sembarang. Biar dia tahu aku nggak selamanya bisa bersabar. 

"Kalau gitu jangan salahkan aku kalau aku pulang ke rumah Mama karena suamiku sudah malas menemaniku tidur," tandasku lantas bergerak menjauhi Asta. 

"Raya!" 

Aku nggak peduli dan terus bergegas keluar dari ruang kerjanya. Kita lihat, apa setelah ini dia akan menolakku? 

Tungkai panjangku baru akan menaiki anak tangga, ketika dari belakang sebuah tangan mendekapku erat. Bukan hanya itu, bahkan aku merasakan sebuah kecupan mendarat di bahuku yang terbuka.

"Aku minta maaf. Oke, aku temani kamu tidur sekarang," bisiknya, yang lantas sanggup membentuk seulas senyum pada bibirku yang kemerahan.

________________

Jangan lupa dukung terus cerita ini ya....

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Ratna Ningsih
ayo di up lg dong kak,,nanggung bacanya, padahal ceritanya bagusd
2024-10-19 08:31:04
1
user avatar
Vera Puspita
kak yuli g upd lg ...
2023-05-25 15:32:58
1
user avatar
Vera Puspita
kak yuliiii upd lg doooonk ceritanya jgn bikin penasaran sm ceritanya raya
2023-01-11 13:34:18
0
user avatar
Vera Puspita
kak yuliiii ditunggu updnya.....
2023-01-09 17:27:27
0
user avatar
Vera Puspita
di tunggu upd nya thor ...
2023-01-05 17:49:15
0
default avatar
m_pickolo
lanjut yuk kak
2022-07-15 15:57:45
1
user avatar
Meg Mymoon
cerita Mb Yuli sih pasti bagus dong
2021-08-27 19:32:05
0
user avatar
Cnsdav_
Semangat terus, Kak Yulll ......
2021-08-26 17:36:50
0
user avatar
Yuli F. Riyadi
Ini adalah cerita ketiga-ku di GoodNovel jangan lupa dukung ya teman-teman.
2021-08-07 23:49:33
3
user avatar
Sasariah Riah
loh kok ngak tamat mbak jadi penasaran
2024-10-02 04:09:35
1
23 Chapters
1. Aku Temani Kamu Tidur
"Kamu tidur aja dulu. Aku masih harus menyelesaikan pekerjaanku."    Aku lagi-lagi harus menelan kecewa saat Asta mengatakan kalimat yang sama persis seperti malam kemarin. Belum juga aku mengganti pakaian dengan piyama tidur, bahkan membuka lemari saja belum. Tapi, Asta sudah memberi kalimat yang mana bisa juga aku artikan : Aku nggak mau diganggu malam ini.    Aku membuang napas kasar ketika Asta keluar dari kamar. Lelaki itu sudah pasti akan menuju ruang kerjanya, menjauh dari gangguan yang bisa saja sewaktu-waktu aku lakukan.    Sudah dari empat bulan lalu, Asta sedikit berubah sikap. Jadi, lebih dingin. Penyebabnya aku sendiri kurang tahu. Selama ini aku berusaha menjadi istri yang baik dan menyenangkan. Bahkan aku memutuskan resign dari kantor hanya agar bisa lebih fokus mengurus Asta.    "Mas, kamu baik-baik aja, kan?" tanyaku suatu kali saat suamiku itu baru beranjak rebah
last updateLast Updated : 2021-07-22
Read more
2. Pulang Cepat
Raline : [ Ra, ternyata mantan Mas Asta masuk ke divisi marketing. Gue baru tau kabar ini. ]  Aku mengerutkan kening membaca pesan dari Ralin. Mantan Asta yang aku tahu itu cuma satu nama. Tania. Mereka pernah pacaran lumayan lama sebelum Asta menikah denganku. Aku mengedikkan balasan cepat.  Aku : [ Maksud lo Tania? ]  Ralin : [ Siapa lagi? ] Mendadak perasaanku nggak enak. Apa gara-gara itu Asta nggak selera padaku lagi? Tanpa sadar aku menggigit bibir. Semalam servis Asta sangat memuaskan. Tapi, itu pun karena aku yang memulai duluan. Kalau tidak mana mungkin dia mau menjamahku seperti tadi malam.  Ralin : [ mending lo tanya langsung sama dia. Siapa tau gara-gara itu dia berubah sama kamu. Mungkin kamu bisa memintanya untuk memindahkan Tania ke divisi lain. Bila perlu depak sekalian. Biar aman. Mantan itu lumayan bahaya loh.]  Aku kembali membaca pesan Ralin. Ternyata dia punya pemikiran yang sama denganku.
last updateLast Updated : 2021-07-26
Read more
3. Gara-gara Privasi
Aku memilih tempat duduk dengan lantai pasir dekat kolam renang. Pendar cahaya dari lampu di dasar kolam terlihat cantik. Sudah aku duga sih kolam renang itu memang sengaja tidak difungsikan sebagaimana mestinya. Aku tergiur untuk melepas wedges yang aku kenakan, membiarkan telapak kaki menginjak pasir putih. Sudah lama sekali aku tidak bermain pasir di bibir pantai. Terakhir ketika aku dan Asta bulan madu ke Labuan Bajo. Sudah hampir dua tahun lalu.    "Mas, kapan-kapan kita ke pantai lagi yuk," ajakku seraya melukis pasir dengan kakiku yang terbuka.    Asta menutup buku menu, dia baru saja memesan makan malam kami. Dan waiter yang mencatat pesanan kami pun sudah pergi.    "Anggap aja ini sekarang lagi di pantai, Ra."    Aku mencebik dan melihat sekitar. Di seberang kananku, sisi lain kolam, terdapat bangunan ala-ala Yunani. Bangunan itu digunakan sebagain play ground. . Di belak
last updateLast Updated : 2021-07-29
Read more
4. Andeas
Aku datang tepat pukul sepuluh pagi ke restoran orang tua Lula. Restoran yang menyediakan menu-menu khas Indonesia itu belum terlalu ramai saat aku datang. Mungkin karena sekarang belum waktunya jam makan siang.  Restoran yang terletak di jalan Setiabudi ini terbilang unik. Mengusung konsep tempo dulu Javanese. Dari luar memang tidak terlihat seperti restoran mewah. Tapi, kalau masuk ke dalamnya kamu bisa merasakan hal dan suasana yang berbeda.  Interior restoran dibuat seperti museum tanah jawi. Di salah satu sudutnya terdapat koleksi-koleksi foto jadul lengkap dengan pernak-pernik jaman dulu kala, yang mungkin susah didapatkan di jaman sekarang. Bahkan di sudut lain ada koleksi botol kecap dari jaman orde lama sampai orde baru. Belum lagi koleksi wayang, itu hal yang wajib ada karena orang tua Lula sendiri memang gemar wayang.  "Sukanya gue sama lo tuh gini. Kalau janjian enggak pernah ngaret."  Aku serta merta menoleh mendengar
last updateLast Updated : 2021-08-03
Read more
5. Pilihan Untuk Asta
Foto yang Ralin kirim beberapa saat lalu membuat dadaku sesak. Aku mendadak kesulitan mengambil napas. Foto yang memperlihatkan Asta dan Tania sedang jalan berdua dalam satu payung yang sama. Aku ingat kembali. Kemarin sore memang hujan turun lebat. Dan Asta pulang malam berdalih lembur. Seketika pikiranku lintang pukang. Benarkah Asta lembur? Lembur di mana? Di kantor atau tempat mantan? Aku gusar, gelisah. Beberapa kali duduk dan berdiri. Beberapa detik lalu Ralin kembali mengirimiku pesan. Dan, aku belum membalas lantaran tidak tahu harus membalas apa. Ralin : [ kamu harus segera bertindak, Ra]Bertindak. Kata itu yang sedang aku pikirkan saat ini. Bertindak yang bagaimana? Apa yang harus aku lakukan? Melabrak Asta sampai dia mau ngaku, atau datang langsung ke kantor memporak-porandakan isi kantornya? Ah! Kepalaku rasanya ingin meledak saja. Derum mobil terdengar memasuki halaman rumah. Itu suara mobil Asta aku sudah sangat hapal. Aku masih duduk di kursi meja makan saat mendenga
last updateLast Updated : 2021-08-03
Read more
6. Hari Pertama
Aku menyunggingkan senyum saat pada akhirnya bisa mengenakan setelah outfit bekerja seperti dulu. Aku berdiri di depan cermin melihat diri sendiri pada pantulan cermin. Tubuhku tidak berubah, masih sama seperti dua tahun lalu. Tidak ada perubahan yang berarti meski aku sudah menyandang gelar sebagai istri Asta. Aku memutar pinggang kiri-kanan, memastikan penampilanku sudah sempurna. Hari ini pertama kalinya aku bekerja, di perusahaan yang sama dengan Asta. Sebisa mungkin aku akan meninggalkan kesan yang bagus di hari pertama bekerja dengan rekan-rekan nanti. Setelah memastikan semuanya rapi aku bergegas turun ke bawah untuk membuat sarapan. Asta masih di kamar mandi ketika aku keluar. Aku menyiapkan sarapan simpel. Roti bakar isi dan susu segar serta kopi untuk Asta. Meski aku sudah membayangkan akan begitu sangat melelahkan, tapi aku harus melakukannya. Demi menguak misteri perubahan sikap Asta dan dugaan-dugaan Ralin tentang kedekatan Asta dengan mantannya.Aku melihat Asta turun d
last updateLast Updated : 2021-08-25
Read more
7. Asta vs Andeas
Begini, aku tahu nama manajer advertising itu Andeas Pratama. Tapi aku enggak pernah menyangka kalau Andeas manajerku sama dengan Andeas sepupunya Lula yang beberapa waktu lalu sempat berkenalan denganku di restoran ibunya Lula. Aku baru percaya kalau kota Jakarta sesempit ini. Senyum Andeas masih sama manis seperti saat pertama kali aku melihatnya. Matanya penuh binar ketika melihatku di depannya. "Ternyata staf baru itu kamu?" tanya pria itu. Lalu dia mempersilakan aku duduk di kursi tamu. "Selamat datang di kantor divisi marketing. Semoga kamu betah di sini. Kalau kamu menemukan kesulitan, kamu bisa bertanya sama rekan kamu atau saya juga bisa," sambut Andeas ramah. Sebenarnya aku agak khawatir bertemu pria itu di sini. Apa dia tahu statusku yang sudah menikah dengan Asta? Kira-kira Lula memberitahu tentang statusku enggak ya? "Terima kasih, Pak. Mohon bimbingannya." Andeas kembali tersenyum manis. "Nanti saya suruh Debi buat ajarin kamu beberapa hal. Sambil jalan aja kamu pel
last updateLast Updated : 2021-08-26
Read more
8. Makan Siang dengan Ralin
Ralin menemuiku saat istirahat makan siang. Hari ini dia terlihat wow di mataku. Mengenakan baggy pants sebatas mata kaki dengan motif kotak-kotak dipadu dengan kemeja putih yang ujungnya dimasukkan ke dalam celana. Rambutnya yang pendek ala-ala polisi wanita terlihat rapi dan shiny. Dia tampak lebih segar dengan rambut barunya itu. "Gue beneran nggak nyangka akhirnya lo gabung di perusahaan ini," ucapnya setelah mencium pipiku. Aku tersenyum sumringah. "Iya dong. Misi kan nggak boleh setengah-setengah," bisikku. Ralin mengangguk semangat. "Sip! Di mana dia?" Tatapannya mengedar dan berhenti tepat di kubikel Tania yang saat ini sedang menyantap makan siang. "Lo awasi terus aja dari sini," bisik Ralin. "Kan emang itu tujuannya." "So, kita makan siang bersama?" tanya Ralin menunjukkan deretan giginya yang putih dan rapi. "Ayo!" Aku gamit lengan sahabatku itu lalu pamit kepada Debi yang masih saja betah di depan laptop. "Deb, gue duluan ya." Debi hanya mengangguk dan tersenyum sing
last updateLast Updated : 2021-08-27
Read more
9. Mampir ke Bakeri Lula
Dugaanku meleset. Tania tidak lembur. Dia pulang cepat seperti karyawan lainnya. Aku sedikit lega, meski belum sepenuhnya. "Nggak pulang lo, Ra?" tanya Debi mencolek bahuku. Dia sudah bersiap untuk pulang. "Pulang kok, bentar lagi." Aku tersenyum sekilas sembari menarik kabin bawah, tempat di mana aku menyimpan tas. "Mau bareng?" "Kayaknya enggak. Lo duluan aja." "Ok, gue balik ya." Debi beranjak dari kursinya dan meninggalkan kantor.Selain aku, ada beberapa staf lain yang masih bertahan di mejanya. Aku mengembuskan napas sebelum mengeluarkan alat cermin dan sisir dari dalam tas. Untuk beberapa lama aku menyisir rambut lalu mengikatnya ke belakang. Satu per satu staf yang berada di kantor pun meninggalkan mejanya. Tinggal aku sendiri yang masih belum bergerak. Entah apa yang aku tunggu. Jelas-jelas Asta bilang dia akan pulang terlambat. Tidak mungkin juga aku menunggu. "Loh, Raya. Kamu belum pulang?" Aku menoleh mendengar sapaan itu. Andeas tampak baru keluar dari ruangannya.
last updateLast Updated : 2021-08-28
Read more
10. Tania
Sudah seminggu aku bekerja di kantor Asta. Namun, nggak ada hal berarti yang patut aku curigai. Tania dan Asta terlihat baik-baik saja. Maksudnya aku nggak pernah melihat mereka bersama atau melakukan hal yang mencurigakan. Tania tampak profesional menjalankan tugasnya sebagai staf. Begitu pun sebaliknya. Mataku masih memperhatikan gerak-gerak Tania pada mejanya. Untuk ukuran mantan model, Tania tampak biasa-biasa saja saat berpenampilan. Tidak ada yang menonjol. Dia bahkan mengenakan outfit yang sangat tertutup. Kulot panjang dengan kemeja yang agak longgar. Setiap hari aku nggak melihat dia mengubah tatanan rambutnya. Masih sama diikat satu ke belakang dengan poni rapi menyamping. Satu lagi, dia sekarang mengenakan kacamata yang lensanya lumayan tebal. Meski begitu nggak mengurangi kadar kecantikannya. Aku refleks berdiri dan mengambil sembarang map yang ada di meja saat Tania tampak berdiri. "Ini!" Mataku bergeser ke sisi tangan Debi yang memegang bundel kertas di pembatas kubik
last updateLast Updated : 2021-08-28
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status