Share

Bab 6

Mila dan Rendi segera menuju rumah kedua orang tua Rendi untuk membawa perlengkapan Calief. Mila gugup dan takut, apalagi jika ia harus bertemu dengan keluarga besar Rendi. Ia takut disangka yang tidak-tidak jika ia terus bersama majikannya itu.

"Pak, saya takut sama keluarga besar Bapak," ucap Rendi.

"Kenapa harus takut? Bilang aja kamu mau jemput Calief sekalian ke pasar. Gak apa-apa kan?" Rendi menenangkan.

"Tapi Pak, saya takut disangka yang aneh-aneh sama keluarga Bapak, apalagi dandanan saya sekarang seperti ini." ujar Mila.

"Udah, tenang aja Mil." ucap Rendi.

Kediaman keluarga Rendi tak terlalu jauh dari rumahnya, hanya butuh waktu setengah jam untuk sampai di rumah Ibunya. Ibu Rendi tinggal bersama Kakaknya dan kedua adik Rendi yang masih kuliah serta yang satu yang telah menikah. Kakak Rendi adalah seorang duda, karena istrinya telah meninggal. Oleh karena itu, Kakak Rendi tinggal bersama Ibunya. Hanya Rendi yang memisahkan diri dari keluarganya.

"Papa ... Sudah datang," ucap Calief memeluk Rendi.

"Sayang, ini Papa bawakan baju dan beberapa mainan kamu. Nanti sore, Papa jemput ya?" ucap Rendi.

"Gak mau, Pa. Gak usah di jemput. Calief mau nginep disini. Mau main sama Diana seharian, ya Na? Kita asyik main kan?" ucap Calief.

"iya, Om. Ana mau sama Alief!" Ujar anak adiknya Rendi.

"Loh, mau menginap saja? Ya sudah kalau begitu. Papa tak bisa lama-lama disini, Papa mau mengantar Mbak Mila ke pasar." ucap Rendi.

Tiba-tiba, Ibu Rendi menghampirinya, "Ren, jangan buru-buru. Disini dulu saja, Calief kan sedang main di rumah Ibu. Kamu kan juga jarang main kesini."

"Rendi mau antar pembantu ke pasar Bu, sekalian Rendi mau ke restoran. Jadi, Rendi gak bisa lama-lama disini. Nanti sore sepulang dari restoran Rendi pasti langsung ke rumah Ibu lagi." Rendi tersenyum.

"Pembantu kok di spesialkan sih, Ren! Segala dianter." celetuk Bima, Kakak Rendi yang tiba-tiba datang.

"Bukan gitu, Bang. Dia mau ke pasar, ya sekalian aja Rendi ajak biar irit ongkosnya juga." Rendi beralasan.

"Sudah, sudah. Ya sudah, hati-hati di jalannya. Nanti kalo sore kamu mau kesini, bawakan ayam goreng dan steak ya, untuk Diana dan Calief." perintah Ibu Rendi.

"Baik, Bu. Rendi pamit ya," Rendi pun berlalu.

๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ

Rendi mengajak Mila pergi ke Mall terbesar di Jakarta ini. Rendi menawarkan apapun yang Mila inginkan. Mila malu, dan berniat untuk menolak, tapi Rendi tetap memaksanya.

"Kamu pasti belum pernah beli baju di Mall ini. Ayo, aku ajak kamu ke toko baju termahal di Mall ini." ucap Rendi.

"Pak, Rendi. Jangan di toko mahal, nanti kalau ada teman Bu Firly gimana? Aku takut, Pak." ucap Mila.

"Iya juga ya! Baiklah, kita ke tempat yang tak mungkin ada yang mengenal kita."

Akhirnya Rendi dan Mila berbelanja di toko baju yang tidak terlalu ramai pembeli. Rendi mempersilahkan Mila untuk memilih apapun yang ia inginkan. Mila kini tak sungkan lagi, karena ia bahagia bisa membeli banyak barang secara gratis. Mulai dari parfum, sepatu, baju, tas dan perlengkapan lain telah Rendi belikan untuk Mila.

Mila mulai terbuai oleh kebaikan yang Rendi berikan padanya. Mila sangat berterima kasih pada Rendi, karena Rendi telah berbaik hati melakukan semua itu padanya. Sebelum pulang, Rendi dan Mila menyempatkan diri untuk makan siang bersama. Mereka makan di restoran yang tempatnya terpencil, karena mereka memang harus sembunyi-sembunyi.

"Mil?" sapa Rendi.

"I-iya, Pak?" jawabnya.

"Nanti Calief gak pulang. Dia nginep di rumah Neneknya." jelas Rendi.

Mila tersenyum, "Oh, begitu ya. Calief pasti betah di rumah Ibunya Bapak."

Rendi menatap Mila dalam-dalam, "Malam ini, hanya kita berdua yang ada di rumah."

DEG. Mila kaget dengan ucapan Rendi, "Uhuk, uhuk, Ah iya Pak. Akan sepi sekali malam ini tanpa Calief dan Bu Firly."

Rendi memegang tangan Mila, "Hari ini, aku akan ke restoran dulu, lalu ke rumah Ibu sebentar untuk mengantar pesanan Calief, kamu sekarang pulang saja, aku antar dulu. Nanti malam aku pulang. Tunggu aku di rumah ya, sayang ..." ucapan Rendi membuat jantung Mila berdebar kencang saking kagetnya.

Ya Tuhan, apa maksudnya ini? Pak Rendi, kenapa anda jadi seperti ini? Aku takut, tapi aku sudah terlanjur basah dengan semua ini. Kenapa Bapak merayuku seperti itu terus? Rasanya, aku seperti sedang merebut Pak Rendi dari Bu Firly. Apakah pantas jika aku dijuluki sebagai pelakor? Bu Firly, maafkan aku ... Batin Mila.

Bersambung...

Ingat, ini hanya cerita. Jangan terlalu emosi yaaa, hehe

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status