Share

Bab 7

Part Of View Firly.

Firly Syafieka, adalah nama panjangku. Aku biasa dipanggil Firly oleh kerabat dekatku. Aku senang menggambar dan melukis. Hingga suatu hari, aku menemukan jati diriku sebagai seorang fashion designer. Aku mencintai profesiku, dan aku bersungguh-sungguh menekuni karir ini, hingga aku bisa lulus kuliah dengan nilai IP tertinggi, dan berhasil membuka butik serta wedding organizer sendiri.

Pernikahanku dengan Mas Rendi tak menjadi halangan untuk aku berkarir. Ketika aku memilih fokus pada karirku, Mas Rendi selalu mendukungku, dan ia tak keberatan dengan profesiku saat ini. Dengan berkarir, otomatis ada keluarga yang harus aku korbankan. Aku harus membagi waktu antara keluargaku dan pekerjaanku.

Jujur, aku merasa bersalah pada anakku, Calief Adinata. Dia memang kurang kasih sayang dariku, karena aku yang terlalu sibuk. Semua ini kulakukan untuknya juga, walau ada kasih sayang yang tak bisa aku berikan seperti kebanyakan full time mommy di luaran sana.

Karena adanya Mila, aku merasa bahagia. Karena Mila bisa menyayangi Calief seperti aku menyayangi anakku. Mila tak pernah menjauhkan aku dan anakku, ketika aku pulang kerja, Mila selalu menyuruh anakku untuk menghampiriku. Itulah yang aku suka dengan Mila, ia bisa membuat anakku menurut padanya.

Hari ini, adalah jadwal camping bersama karyawan-karyawanku. Aku mempunyai sahabat, Disti namanya. Aku sangat dekat dengannya. Oleh karena itu, aku mempercayakan butik ini pada Disti, walaupun secara keseluruhan, masih sepenuhnya aku handle sendirian.

"Pokoknya, hari ini kita harus seneng-seneng ya guys, kalian lupakan semua pekerjaan, kita have fun disini. Bu Bos sudah mengajak kita berlibur di tempat seindah ini. Makanya, jangan sia-siakan kesempatan ini. Okee?" Disti menyemangati karyawan Firly.

"Oke!"

"Siap, Mbak Disti" seru Angga, karyawan bagian dekorasi wedding.

"Yeay, liburan!" jawab Nia dan Lisa.

"Selamat bersenang-senang ya, kalian semua." Aku melebarkan senyuman pada karyawan-karyawanku.

Karyawanku ada sepuluh, bersama Disti. Empat laki-laki, dan enam perempuan. Mereka berbeda bagian. Ada yang jadi kasir, ada yang membantuku merancang busana, ada juru make up, ada tukang dekorasi dan ada yang jadi tukang bersih-bersih juga, dan semuanya berperan penting dalam kesuksesan karirku selama ini.

"Fir, Calief sama siapa sekarang? Apa dia sama mertua lo?" tanya Disti.

"Enggak, Calief sama pembantu gue. Gue titipin ke dia, karena besok ada tugas dari gurunya." ucapku.

"Gila lu ya, masa lu mempercayakan pembantu serumah sama laki dan anak lo sih? Lo gak takut apa, Fir?" Disti menatap heran padaku.

"Loh, memangnya kenapa? Mila pembantu yang baik, dan nurut sama gue. Selama lima tahun ini, dia gak pernah melakukan kesalahan apapun. Gue udah cocok banget sama dia." tegasku meyakinkan Disti.

"Mila, pembantu lu yang masih muda itu? Okelah kalau pembantu lu gak macem-macem. Tapi, apa lu gak kepikiran apa? Gimana kalo suami lu yang tertarik sama pembantu lu? Gue saranin lu, kalo lu jangan terlalu membebaskan suami lu selalu bersama pembantu di rumah. Itu bahaya, Fir. Lo harus hati-hati. Apalagi lo orang yang sibuk!" Disti menceramahiku.

"Mas Rendi gak akan gitu! Dia suami yang baik. Dia sayang sama gue. Dia gak mungkin ngecewain gue, karena gue tahu, Mas Rendi amat mencintai gue, dan Mila sudah kita anggap sebagai adik kita sendiri. So, kecemasan elu itu gak berdasar, Dis. Gue percaya sama Mas Rendi." Aku meyakinkan Disti.

"Ah elu, serah deh. Tapi, semoga aja ucapan gue salah. Ini hanya jaga-jaga aja, Fir." Disti tersenyum padaku.

Selang aku mengobrol bersama Disti, karyawan-karyawanku sedang memasang tenda dan membuat makanan. Kita camping di Vila, seandainya dingin dan tak kuat berada di luar, kita bisa masuk kedalam kamar.

Hari sudah sore, dan aku sangat bahagia menghirup udara puncak yang begitu segar dan dingin. Suasana yang tak pernah aku temukan jika berada di Jakarta. Tiba-tiba, ponselku berbunyi. Nama kontak 'My Dear, Husband' memenuhi layar ponselku. Mas Rendi mengirimiku pesan sore ini.

📩 My Dear, Husband

Selamat sore istriku sayang, sudah makan belum? Aku sangat merindukanmu. Jaga diri baik-baik ya. Malam ini, aku ada pertemuan penting. Aku akan makan malam bersama dengan direktur dari hotel bintang lima yang sedang aku incar, agar restoran ku bisa bekerja sama dengan hotelnya. Aku pasti sibuk. Maaf kalau aku tak menghubungimu. Semoga kamu mengerti. I love u, Firly ... Aku sangat mencintaimu ❤

Aku tersipu malu mendapat pesan dari Mas Rendi. Dengan cepat aku membalasnya. Dia memang laki-laki pekerja keras. Bahkan, malam-malam pun masih bertemu dengan rekan bisnisnya. Pantas saja, restoran yang Mas Rendi bangun berkembang pesat dan memiliki banyak cabang.

Kekhawatiran Disti benar-benar tak mendasar. Suamiku adalah orang yang setia dan pekerja keras. Aku tak mungkin mencurigai Mas Rendi ada main dengan Mila. Aku sangat mempercayai mereka. Mereka adalah orang kepercayaanku. Mereka tak akan mengecewakanku, bukan begitu?

Mas Rendi dan aku, walaupun hubungan kita akhir-akhir ini kurang romantis, tapi aku tetap mencintainya. Dan tentu saja, Mas Rendi pun pasti sangat mencintaiku. Apalagi, aku adalah wanita pintar yang pandai mencari uang. Mas Rendi pasti bangga mempunyai istri sepertiku.

Tiba-tiba, Angga menghampiriku, "Bu, Bu Firly! Kita jalan-jalan dulu di kebun teh. Yang lain sudah menunggu Ibu. Ibu malah bengong aja. Ayo, Bu." Angga mengagetkan aku.

"Ah, iya Ga. Baiklah, ayo!" Aku pun beranjak pergi, bersenang-senang bersama karyawanku, dan melupakan sejenak Mas Rendiku.

Par of view Firly selesai.

🌸🌸🌸

Sore ini, Rendi sedang bermain-main dengan Calief. Sudah dua jam lebih, Rendi berada di rumah orang tuanya. Karena hari sudah petang, Ia memutuskan akan pulang. Ia pamit pada Ibunya dan juga Calief. Namun, Rendi akan sedikit berbohong pada Ibunya.

"Bu, Rendi pulang ya. Rendi ada meeting dengan Direktur hotel yang lagi rendi incar. Titip Calief ya, Bu." ucap Rendi.

"Iya, Nak. Hati-hati dijalan ya, semoga karirmu semakin sukses." ucap Ibu.

"Dadah Papa ... Besok jemput aku ya, aku kan harus lari pagi," Calief melambaikan tangannya pada Rendi.

"Iya sayang. Besok pagi Papa jemput. I love u."

Rendi pun bergegas menuju mobilnya. Didalam mobil, ia menyempatkan membuka ponselnya, dan mencari kontak dengan nama 'Mila'. Rendi mulai mengetik pesan pada Mila.

'Mila, aku pulang sekarang. Kamu tunggu aku ya. Aku udah gak sabar pengen ketemu kamu. Dandan yang cantik ya, Mil.'

DEG.

*Bersambung*

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Lenny
lanjut donk jgn beli koin
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status