Share

Bab 5

SUBSCRIBE YA GUYSSS 💗💗💗

Mila menangis, air matanya jatuh tak tertahankan, setelah ia memberikan surat pengunduran diri pada Rendi. Ia meratapi bagaimana nasib kehidupannya nanti. Hidupnya sudah hancur, mana ada laki-laki yang mau pada wanita yang sudah tak perawan lagi seperti dirinya. Ia sempat ragu menuliskan surat pengunduran diri, tapi mau bagaimana lagi? Semua sudah terjadi, jika diteruskan bekerja disini pun akan sangat menyakitkan sekali.

Tiba-tiba, ketika Mila sedang membersihkan dapur, datanglah Rendi, lalu Rendi menghampiri dirinya. Rendi melihat Mila yang sedang menangis tersedu-sedu.

"Mila ... Maafkan aku," Rendi menghampiri Mila yang terlihat menangis.

Mila berbalik, ia tak bergeming. Mila segera mengusap air matanya dengan cepat. Ia tak menjawab ucapan Rendi, ia segera berjalan pergi dan meninggalkan Rendi. Mila sudah tak mau lagi berurusan dengan majikannya itu. Namun, Rendi tak tinggal diam, ia segera menarik tangan Mila dan mendekap Mila kedalam pelukannya.

"Aaaarrgghhhh, Pak Rendi! Lepasin! Aaarrhhhh!" Mila meronta.

Rendi tetap memeluk Mila dengan erat. Ia mendekatkan kepala Mila pada dadanya yang bergemuruh kencang. Rendi ingin, Mila merasakan detak jantungnya yang berpacu sangat cepat ketika Mila di sampingnya. Mila tak kuat menahan tangisnya. Ia benar-benar sedih, dan tak menyangka nasib hidupnya akan berakhir seperti ini.

"Pak, saya bilang lepas ya lepas! Bapak bisa denger gak sih?" Mila memberanikan diri membentak Rendi.

Rendi sadar, Mila pasti kecewa dan marah besar padanya. Rendi tahu, semua ini salahnya. Ia menyetubuhi Mila karena kesal pada Firly. Rendi ingat, ketika Rendi masuk ke kamar Mila dan mulai mendekap tubuh Mila, Rendi mengucapkan nama Firly. Rendi sedang mabuk kala itu, yang ia ingat hanyalah Firly. Padahal, jelas-jelas ia berhubungan dengan Mila.

Rendi melepaskan pelukannya, ia memegang lengan Mila, "Mila, aku telah ingat sekarang. Aku sadar, apa yang telah aku lakukan padamu semalam. Maafkan aku, aku dalam kondisi mabuk malam itu. Aku berjanji, aku akan bertanggung jawab, jika terjadi sesuatu padamu. Kumohon, kamu jangan pergi dari rumah ini. Aku tak sanggup jika kamu pergi." ujar Rendi penuh harap.

Mila menunduk lesu, air matanya masih saja mengalir deras. Jika ada bahu yang bisa ia gunakan untuk bersandar, ia pasti bersandar dan menangis meluapkan semua kekesalan dan kekecewaan. Rendi meyakinkan Mila, ia mengusap rambut Mila berkali-kali. Rendi tahu, bagaimana perasaan Mila saat ini.

"Aku tahu, aku telah mengambil kehormatan mu semalam, dan aku baru menyesal melakukannya. Mila, apapun yang terjadi padamu, aku akan bertanggung jawab. Jangan pergi, kamu sudah tak punya siapa-siapa lagi selain aku." tegas Rendi.

"Pak Rendi jahat, Pak Rendi tega! Kenapa dengan mudahnya melakukan hal itu pada saya, ha? Pak Rendi bilang akan bertanggung jawab. Lalu, bagaimana dengan Bu Firly? Saya bukan pelakor, Pak! Saya gak mau merebut lelaki yang bukan hak saya! Kenapa Bapak jahat sekali menghancurkan hidup saya?" Mila menangis lagi, ia menutup mukanya, hatinya sudah hancur berkeping-keping.

"Mil, Mila! Kamu dengarkan aku, kamu bukan pelakor. Kamu tidak menggodaku, aku yang tergoda padamu! Untuk itu, jangan pergi. Tetaplah disini, aku akan memikirkan semuanya, aku akan bertanggung jawab karena telah mendirimu. Jangan pergi, aku tak bisa jauh darimu, Mila." ucap Rendi.

Mila hanya terdiam. Sebenarnya, ia pun berat meninggalkan rumah ini. Ia tak punya tempat tinggal lagi, hanya rumah ini yang berbaik hati menerimanya sejak ia masih berusia 19 tahun. Mila menguatkan dirinya, dan Mila tetap berharap, bahwa dirinya tidak hamil. Semoga saja, semua ini bisa berlalu.

"Sudah, jangan sedih. Ada aku untukmu, Mila. Aku akan membayar semua yang telah kulakukan padamu. Aku tahu, kesucianmu tak akan bisa aku bayar, karena kamu tak akan bisa kembali perawan lagi. Tapi, sebagai gantinya, apapun maumu, aku pasti akan menurutinya. Minta saja padaku, aku akan mengabulkannya. Asalkan, kamu mau memaafkan kesalahanku, Mila. Bagaimana?" Rendi bernegosiasi.

"Aku takut sama Bu Firly, Pak." Mila menunduk.

"Firly gak akan tahu. Kalau kamu ingin sesuatu, minta saja padaku saat Firly tidak ada. Atau, hubungi saja aku, ya? Asalkan, kamu jangan bersedih lagi. Jangan pernah berniat untuk pergi dari rumah ini. Kumohon, lupakan kejadian semalam. Aku akan membalasnya dengan apa yang kamu mau. Mila, aku serius dengan ucapanku." Rendi mengusap rambut panjang Mila yang diikat.

Mila terdiam. Ia berpikir keras. Mungkinkah ini pilihan terbaik? Mungkinkah ini negosiasi Rendi padanya? Tapi, Mila pun sebenarnya tak ingin pergi dari sini. Ia butuh tempat tinggal, dan ia butuh pekerjaan. Satu hal yang membuatnya ragu, bagaimana jika Firly tahu?

"Mila, maukah kamu ikut bersamaku? Aku akan mengantarkan baju Calief ke rumah Neneknya. Setelah itu, aku akan membelikan apapun yang kamu mau. Bagaimana?" ajak Rendi.

"A-aku takut, Pak." Mila masih menunduk takut.

"Gak usah takut, cantik. Firly hari ini sibuk, dia akan camping bersama karyawannya ke Puncak. Ayo, kamu dandan yang cantik. Kita antar dulu baju untuk Calief, setelah itu, aku akan ajak kamu jalan-jalan." Rendi tersenyum halus.

"Ta-tapi, Pak ..." Mila keberatan.

"Mil, aku akan menebus dosaku padamu. Apapun yang kamu inginkan, akan aku kabulkan. Ayo, aku tunggu sekarang. Bersiaplah," ucap Rendi.

"Ba-baiklah, Pak." Mila.pasrah, tak ada pilihan lain.

*Bersambung*

Percikan api dalam rumah tangga berawal dari hal sepele ..

Oh iya, ini kisah yang akan menguras emosi, jadi kalian tetep santuy ya bacanya. Setiap kisah, pasti terselip pembelajaran didalamnya. Untuk itu, ini hanya fiksi semata, kita cari pembelajaran hidup pada kisah ini nantinya. Jangan terlalu mendalami, ini hanya sebuah kisah halu yang ada dikepalaku😘

Makasih udah mau baca 💗

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status