Home / Romansa / Tergoda Hasrat Ayah Mantanku / Bab 86: Bagaimana Jika Aku Memakanmu Saja?

Share

Bab 86: Bagaimana Jika Aku Memakanmu Saja?

last update Last Updated: 2025-11-09 19:26:47

“Oh! Apakah itu untuk Tuan Adrian?” tanya Tommy sambil menatap heran ke arah Klara yang baru saja turun dari lift dengan membawa kantong kertas berisi makanan.

Aroma lezat dari wadah itu seketika memenuhi area koridor yang biasanya berbau khas kertas dan tinta printer.

Klara tersenyum kecil, memeluk kantong makanan itu di depan dadanya. “Ya. Adrian belum makan siang, kan?” tanyanya sambil menatap Tommy yang berdiri di depan meja resepsionis dengan berkas-berkas di tangannya.

Tommy mengangguk cepat, seperti merasa diselamatkan dari rasa bersalah. “Belum, Nona Klara. Aku baru saja hendak keluar untuk membelikan beliau setidaknya roti atau sandwich untuk mengganjal perutnya. Tapi kebetulan kau datang membawa makan siang untuknya.”

Klara terkekeh kecil, senyumnya canggung tapi manis. Ia bisa merasakan detak jantungnya mulai berdebar tanpa alasan yang jelas. “Kalau begitu, aku antarkan langsung saja,” ujarnya dengan nada pelan namun mantap.

Tommy menundukkan kepala sopan. “Silakan, Nona.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (5)
goodnovel comment avatar
SumberÃrta
hayukkk gass... di kantor wkwkkwkww bener-bener ke can du an adrian
goodnovel comment avatar
SumberÃrta
leb8h enakan Klara ya dekan ketimbang makanan yg lezat itu
goodnovel comment avatar
yesi rahmawati
Eh Adrian jangan makan klara nanti semakin lama kerjaan mu selesai
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Tergoda Hasrat Ayah Mantanku   Our Happy Ending

    Dua minggu kemudian. Jam di dinding kamar menunjukkan pukul dua tepat ketika Klara terbangun dengan tarikan napas yang terputus.Keringat dingin membasahi pelipisnya. Rasa nyeri itu datang tiba-tiba, menekan dari dalam, membuatnya meringis dan refleks memegangi perutnya yang sudah sangat besar.“Adrian,” panggilnya dengan nada lirih.Adrian yang tertidur di sampingnya langsung terjaga. Begitu melihat wajah Klara yang pucat dan menahan sakit, rasa kantuknya lenyap seketika. “Kenapa, Sayang?” tanyanya panik sambil bangkit duduk.“Sakit … perutku sakit sekali,” jawab Klara dengan napas yang tersengal.Jantung Adrian dengan berdegup kencang. Ia langsung meraih ponsel di meja samping ranjang, tangannya sedikit gemetar saat menghubungi sopirnya. “Nyalakan mobil, kita ke rumah sakit sekarang juga!”Dia lalu kembali ke sisi Klara untuk membantu istrinya duduk. Wajah Klara meringis saat kontraksi kembali datang, kali ini lebih kuat.Adrian menelan ludah, lalu menggendong tubuh Klara dengan hat

  • Tergoda Hasrat Ayah Mantanku   Kini sudah Selesai

    Satu bulan setelah penangkapan itu, ruang sidang kembali dipenuhi suasana tegang. Kali ini bukan Patryk yang duduk di kursi terdakwa, melainkan James, pria yang selama bertahun-tahun hidup dalam bayang-bayang dendam, kebohongan, dan kejahatan yang terakumulasi seperti bom waktu.Penyelidikan mendalam membuka satu demi satu lapisan dosanya: penipuan berlapis lintas negara, pemalsuan identitas, penggelapan dana dalam jumlah besar, pembunuhan, dan keterlibatan dalam jaringan kriminal yang selama ini luput dari jerat hukum.Semua bukti mengarah pada satu kesimpulan yang tak terbantahkan.Hukuman mati.Adrian duduk di bangku pengunjung dengan punggung tegak dan rahang yang mengeras. Ia menyimak setiap kata yang keluar dari mulut hakim, kalimat demi kalimat yang terasa panjang, berat, namun tegas.Ketika palu diketuk dan vonis itu resmi dibacakan, ruangan seketika hening. Tidak ada sorak, tidak ada isak. Hanya keheningan yang memadat, seolah semua orang di sana menyadari bahwa sebuah babak

  • Tergoda Hasrat Ayah Mantanku   Penangkapan James

    Sirene meraung memecah keheningan lorong tua itu. Cahaya merah-biru memantul di dinding kusam, membuat bayangan bergerak liar seperti kenangan buruk yang berusaha kabur.James tertegun, matanya melebar saat beberapa sosok berseragam menyerbu dari dua arah.Dalam hitungan detik, moncong senapan dengan bidikan infra merah mengunci seluruh tubuhnya, dada, bahu, tangan yang masih menggenggam pistol.“Letakkan senjata!” bentak seorang polisi dengan suara tegas.James langsung membeku. Tangannya bergetar, keringat mengalir dari pelipisnya. Tatapannya beralih dari bidikan merah ke wajah Adrian yang berdiri tak jauh darinya. Ada kebencian yang menggelegak, ada pula ketidakpercayaan.Namun di hadapan kekuatan yang mengepungnya, kesombongan itu runtuh. Dengan gerakan lambat dan enggan, James menjatuhkan pistol ke lantai berdebu. Senjata itu memantul sekali, lalu berhenti seperti akhir dari sebuah pelarian panjang.Adrian mengembuskan napas yang sedari tadi tertahan. Ia menoleh ke sisi lorong, m

  • Tergoda Hasrat Ayah Mantanku   Kau sudah Kalah

    Gedung itu berdiri seperti bangkai masa lalu begitu kusam, berdebu, dan nyaris runtuh. Cat dindingnya mengelupas, memperlihatkan beton kelabu yang retak-retak. Bau apek bercampur tanah lembap memenuhi udara, membuat siapa pun yang masuk akan langsung tahu bahwa tempat ini sudah lama ditinggalkan. Tak ada kehidupan di sana, kecuali satu bayangan dendam yang bersembunyi di dalamnya.Adrian berdiri di ujung lorong sempit, langkahnya terhenti sejenak. Matanya menyapu sekitar, memastikan setiap sudut. Lampu-lampu tua menggantung mati, hanya cahaya senja yang menembus dari celah jendela pecah, menciptakan bayangan panjang di lantai yang dipenuhi puing. Di ujung lorong itu, sebuah sosok berdiri membelakanginya, James.Adrian melangkah maju. Sepatu kulitnya menginjak pecahan kaca dan debu, menghasilkan bunyi pelan namun cukup untuk membuat James menoleh. Seketika itu juga, wajah James berubah. Matanya melebar, jelas terkejut.“Kau?” desis James, suaranya serak. “Bagaimana kau bisa tahu aku

  • Tergoda Hasrat Ayah Mantanku   Harus Menemui James

    Ruang kerja itu dipenuhi cahaya temaram dari lampu meja ketika Klara berdiri di ambang pintu.Langkahnya terhenti begitu matanya menangkap satu pemandangan yang membuat jantungnya seakan jatuh ke perut.Adrian sedang berdiri di depan meja kerjanya dengan laci terbuka, dan di tangannya sebuah pistol hitam mengilap yang selama ini tak pernah ia lihat dikeluarkan.Klara menelan salivanya. Tenggorokannya terasa kering.Adrian memiringkan badan sedikit, fokusnya tertuju pada pistol itu. Dengan gerakan tenang namun penuh presisi, ia mengisi amunisi satu per satu. Bunyi logam beradu terdengar jelas di ruangan yang sunyi, terdengar jauh lebih keras di telinga Klara.“Adrian …,” panggilnya dengan suara yang terdengar lirih dan nyaris bergetar. Ia melangkah mendekat, meski setiap langkah terasa berat. “Kau mau pergi ke mana?” tanyanya ingin tahu.Adrian menoleh sekilas ke arahnya, wajahnya dingin, rahangnya mengeras. Tangannya tetap sibuk dengan pistol itu. “Menemui James.”Jawaban itu seperti

  • Tergoda Hasrat Ayah Mantanku   Pemburuan telah Berakhir

    “Argghh! Sial! Berengsek!” teriak James.Ruangan sempit itu bergema oleh suara benda-benda yang dibanting dengan brutal. Sebuah televisi tua terlempar ke lantai, pecahannya berserakan.Kursi kayu dibalikkan, meja kecil dihantam hingga bergeser kasar. James berdiri di tengah ruangan dengan napas memburu, dadanya naik turun tajam, matanya merah oleh amarah yang tak lagi bisa ia kendalikan.Di layar ponsel yang kini tergeletak di lantai, berita itu masih terbuka.PATRYK ANDREAS DIHUKUM PENJARA SEUMUR HIDUP.James menggeram. Tangannya mengepal keras hingga buku-buku jarinya memutih. “Sialan kau, Adrian Wijck!” bentaknya penuh kebencian, seolah pria itu berdiri tepat di hadapannya.Ia meraih botol kosong dan melemparkannya ke dinding. Botol itu pecah dan membuat cairan sisa di dalamnya mengalir di lantai. James tidak peduli. Amarahnya terlalu besar untuk diwadahi oleh ruang sekecil ini.“Bodoh!” teriaknya lagi, kali ini bukan hanya pada Adrian, tetapi juga pada Patryk. “Kau seharusnya lebi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status