Wah... Restu mulai beraksi ,siap-siap Rangga😁💪
"Merepotkan sekali! Cari tahu, semua data tentang orang yang bernama Restu itu!" Ucap Rangga, lalu kembali ke kursi kerjanya. Anton hanya mengangguk mengiyakan dan segera keluar dari ruangan Rangga. Meninggalkan pria yang nampak tengah dalam keadaan marah.Rangga sendiri sebenarnya tidak terlalu khawatir dengan keadaan masalah yang baru saja dikatakan oleh Anton. Hanya saja, pikirannya tiba-tiba saja teringat akan ucapan ibunya yang mengatakan bahwa pernikahannya akan dilaksanakan dua hari lagi.Akan ada banyak pasang mata yang akan mengawasi Suci, sebagai istrinya. Ia harus memastikan bahwa Suci dapat dikendalikan dan tidak merusak rencananya saat bertemu dengan investor asing yang akan menyetujui rencana pengembangan usahanya jika ia sudah memiliki istri.Egois memang cara pikir Rangga. Tapi, baginya setiap hal di dunia ini tidak ada yang gratis. Ia sudah melakukan apa yang diinginkan Suci, yaitu kesembuhan Ayahnya. Jadi, sebagai tokoh utama dalam menjalankan rencana ini. Tak ada sa
Rangga mengusap-usap wajahnya berulang kali sambil memandangi isi lemari Suci. Ia bingung harus memilih baju yang pantas dipakai oleh wanita itu. Sampai akhirnya pilihannya jatuh pada baju tidur lengan pendek selutut berwarna hitam.Sambil terus mengucapkan sumpah serapah dalam hatinya, ia kembali ke kamarnya dan memberikan pakaian tersebut pada Suci yang masih setia bersembunyi di balik pintu kamar mandi."Keluar!" perintah Rangga yang sudah mulai hilang kesabaran karena tubuh Suci tak juga muncul setelah bermenit-menit pasca Rangga menunggu setelah memberikan pakaian tersebut.Selang beberapa saat kemudian, Rangga dapat melihat pintu kamar mandi terbuka lebar dan Suci terlihat menampakkan dirinya."Kenapa lama se-" Rangga menatap dingin wanita yang terlihat memakai baju yang dipilihkan olehnya. Pakaian hitam pilihannya itu terlihat begitu indah dipakai oleh Suci yang notabene memiliki warna kulit yang putih.Rangga berdehem beberapa kali untuk menghilangkan rasa terpesonanya pada wa
"Iya, maaf." Mendapati tangannya masih berada dalam genggaman Rangga, Suci berusaha untuk melepaskan diri. Namun, sepertinya Rangga sengaja tidak melepaskan genggaman tangannya pada Suci.Dengan perasaan serba salah, Suci berusaha mengangkat kepalanya dan menatap wajah suaminya itu.Suci dapat merasakan tatapan mata Rangga menyipit Seperti ingin memangsa dirinya."Apa semalam kau berusaha untuk menggodaku?""Hah?""Sudahlah, lupakan saja. Sekarang bersiap-siaplah untuk ikut aku ke kantor. Aku akan memperkenalkan dirimu sebagai istriku pada karyawanku."Baru akan melangkahkan kakinya,Suci menarik ujung jas bagian belakang Rangga. Sehingga membuat pria itu kembali berbalik dan menatapnya bingung."Saya tidak ingin anda malu. Lebih baik, kita rahasiakan–""Wajahmu sudah terpampang jelas di berbagai media elektronik maupun cetak. Jadi, bersiaplah untuk hal baru ini. Aku tunggu dua puluh menit dari sekarang."Suci masih diam di depan cermin. Ia memperhatikan seluruh tubuh dan wajahnya dala
Sejak ucapan Rangga yang mengatakan tidak peduli dengan masa lalu Suci, keduanya tampak diam menunggu kedatangan Anton untuk memastikan masalah dengan Restu telah diselesaikan dengan baik.Suci memilih untuk duduk di Sofa single yang berada di dekat jendela. Sedangkan Rangga hanya berdiri bersandar pada dinding, mengamati Suci yang terlihat sibuk dengan layar ponselnya."Siapa yang kau hubungi?"Mendengar pertanyaan seperti itu, Suci segera menoleh ke arah Rangga. Ia dapat melihat raut wajah Rangga terlihat begitu mengintimidasi dirinya."Teman." Jawab Suci singkat, lalu kembali menatap ke layar ponselnya.Rangga merasa tidak senang dengan perlakuan cuek yang dilakukan oleh Suci. Seorang Rangga Ramadhan diperlakukan seperti ini, sangatlah tidak mungkin. Sedangkan diluaran sana, banyak wanita yang mengantri ingin sekali menjadi istrinya.Rangga Kembali menatap ke arah Suci. Entah mengapa, ia kesal dengan sikap Suci yang seperti itu.Saat akan menghampiri Suci, pintu ruangan terbuka dan
"Ugh…"Suci yang perlahan pulih kesadarannya, merasakan sakit di bagian kepala. Tubuhnya juga merasa begitu tak bertenaga sekali. Ia membutuhkan waktu beberapa detik untuk membuka kedua mata,saat cahaya memasuki indera penglihatannya."Kau sudah sadar?"Suci mencari sumber suara itu. Lalu, ia melihat sosok pria yang sangat dikenalnya Sedang duduk di kursi menghadap langsung pada dirinya.Suci tak langsung menjawab, ia memperhatikan seluruh ruangan yang memiliki corak warna putih itu."Pak, saya…""Kau pingsan dan aku membawamu ke rumah sakit." Ucap Rangga berbohong. Ia tidak ingin Suci mengetahui bahwa Restu yang telah menolongnya membawa ke rumah sakit.Suci tersenyum getir mendapati dirinya telah begitu banyak merepotkan Rangga. Seharusnya ia tidak memaksakan diri untuk berkunjung ke rumah Ayahnya jika tahu kejadiannya akan seperti ini.Tapi, Suci benar-benar tidak tahu. Kenapa semua persendian tubuhnya terasa begitu berat untuk digerakkan terlebih saat dirinya merasakan ada doronga
"Tidur bersama?" lirih Suci dari balik pintu yang masih sedikit tertutup. Ia dapat melihat dengan jelas, bagaimana cara wanita itu menyampaikan pendapatnya. Tidak ada keraguan sama sekali. Entah mengapa, Suci sedikit iri dengan sikap seperti itu. Berani berbicara dengan tegas dan menyatakan kebenarannya pada orang yang kita suka.Suci menghela nafas panjang berharap agar rasa sesak yang tiba-tiba saja datang cepat pergi dari dirinya.Baru akan berbalik pergi, tiba-tiba saja kepalanya kembali sakit. Tak ingin Rangga mengetahui hal ini, Suci bergegas untuk pergi ke kamar. Mungkin dengan tidur, hal itu akan mengurangi rasa sakitnya.Ia tak ingin berbalik untuk melihat adegan yang akan terjadi di antara wanita itu dan suaminya. Tidak ada batasan bagi Rangga untuk berbicara atau bersentuhan fisik dengan wanita lain walaupun keduanya sudah terikat janji suci pernikahan. Janji Suci itu hanyalah sekedar topeng bagi pernikahan kontrak keduanya.Sesampainya di kamar, Suci membaringkan tubuhnya
"Apa aku harus ikut?" jujur saja, Suci ragu jika harus kembali bertemu dengan Restu. Rasa sakitnya belum terlalu sembuh dan ia harus kembali dihadapkan pada situasi seperti ini."Harus. Nanti, akan ada orang yang akan mengurus keperluan semua keperluanmu." Jawab Rangga, lalu bangkit dari tempat duduknya dan berjalan meninggalkan meja makan.Suci meremas ujung kaos yang ia kenakan. Ia memang hanya harus menuruti kemauan dan perintah Rangga. Tapi, Suci merasa jika harus kembali bertemu dengan Restu, rasanya ia belum siap.***Perlu waktu cukup lama untuk bisa mendapatkan hasil yang terbaik. Jadi, Rangga mencoba untuk bersabar menunggu Suci keluar dari kamarnya karena sedang didandani oleh orang pilihan Anton. Kata Anton, orang yang ditunjuknya adalah perias terbaik di kota ini.Rangga Kembali menatap jam tangan yang melekat pada pergelangan tangannya yang menunjukkan pukul delapan malam. Yang sebentar lagi acaranya akan dimulai.Saat berniat akan memanggil, Rangga dikejutkan dengan keha
"Ini tidak—"Rangga sedikit memundurkan wajahnya agar bisa menatap wajah istrinya itu."Kau sudah mulai berbohong dan itu artinya, kau harus mendapatkan hukuman."Kening Suci berkerut mendengar pernyataan yang baru saja Rangga ucapkan. Belum selesai rasa kebingungannya, Ia dapat melihat sebuah kaca pembatas berwarna hitam antara kursi penumpang dan sopir telah diturunkan, sehingga dirinya tak dapat melihat ke arah depan.Rangga menggeser posisi duduknya lebih dekat dengan Suci, membuat wanita itu bersungut-sungut mundur sampai ke jendela Mobil."Apa yang akan anda lakukan!""Apa kau tidak membaca keseluruhan hal tentang isi kontrak tersebut?"Suci menggeleng, karena jujur ia tidak mengetahui apa-apa soal perjanjian yang telah mereka sepakati. Rangga menatap dingin wanita yang kini tengah ketakutan itu. "Sebelum kau berteriak keras padaku, berkacalah terlebih dahulu. Lipstikmu luntur karena bibir pria itu, benar bukan?"Suci bingung dengan deretan kalimat yang Rangga ucapkan untuk di