Home / Urban / Tergoda Pesona Ibu Mertua / Bab 169. Semakin tidak aman

Share

Bab 169. Semakin tidak aman

last update Last Updated: 2025-06-18 22:21:51

Mama Siska berkata, “Apa mungkin Mas Bayu yang melakukan semua ini?”

Aku menjawab, “Tapi, Ma, dia kan sudah di penjara. Mama melihat orang itu sejak kapan?”

Mama Siska menjelaskan, “Hanya sekali, sekitar dua hari lalu. Tapi sebelumnya, Mama pernah menemukan bekas kaleng soda, puntung rokok, dan kulit kacang tanah berserakan di halaman belakang rumah.”

Aku berkata, “Berarti memang ada seseorang yang diam-diam datang ke rumah ini. Tapi siapa, ya?”

Mama Siska melanjutkan, “Kalau benar Mas Bayu, dia bukan tipe yang suka minuman bersoda. Puntung rokok yang Mama temukan juga berbeda dengan yang biasa dia gunakan.”

Aku mengangguk. “Ya sudah, Ma. Lebih baik Mama istirahat lagi. Nanti aku cari rumah baru untuk Mama.”

Mama Siska menggeleng. “Mama sudah tidak mengantuk, Raka. Ini sudah hampir pukul lima pagi. Mama mau beres-beres rumah saja.”

Aku merasa bersalah. “Maaf, Ma, gara-gara aku, Mama jadi terganggu.”

Mama Siska tersenyum kecil. “Tidak apa-apa, kok. Akhir-akhir ini Mama memang sering su
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 170. Masalah tidak pernah hilang

    Mama Siska tampak khawatir. “Apartemen mana, Raka? Di apartemen pasti mahal. Lebih baik di kontrakan biasa saja yang murah.”Aku menjelaskan, “Di apartemen milik ayahku, Ma. Jadi, Mama jangan pikirkan soal biaya. Yang penting Mama dan Nayla aman.”Mama Siska masih ragu. “Tapi, Raka, Mama tidak bisa menerima begitu saja Mama kan....”Aku memotong, “Pak Budi sendiri yang menyarankan, Ma. Ayah pasti mengizinkan Mama dan Nayla tinggal di apartemennya. Ayah sudah tahu tentang Mama, aku sering menceritakan kalian. Ibu juga tahu tentang Mama. Selama ini kalian sudah banyak membantu aku. Berkat Mama, aku bisa tinggal di sini. Kalau tidak ada Mama, entah aku tinggal di mana, mungkin di kontrakan. Di sini aku tidur, makan, dan semuanya gratis, kan? Jadi, Mama jangan merasa tidak enak. Sekarang giliran aku membalas kebaikan Mama.”Mama Siska menatapku dengan mata berkaca-kaca. “Terima kasih, Raka. Kamu sudah banyak membantu kami. Kalau tidak ada kamu, mungkin Mama tidak akan berada di sini.”Nay

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 169. Semakin tidak aman

    Mama Siska berkata, “Apa mungkin Mas Bayu yang melakukan semua ini?”Aku menjawab, “Tapi, Ma, dia kan sudah di penjara. Mama melihat orang itu sejak kapan?”Mama Siska menjelaskan, “Hanya sekali, sekitar dua hari lalu. Tapi sebelumnya, Mama pernah menemukan bekas kaleng soda, puntung rokok, dan kulit kacang tanah berserakan di halaman belakang rumah.”Aku berkata, “Berarti memang ada seseorang yang diam-diam datang ke rumah ini. Tapi siapa, ya?”Mama Siska melanjutkan, “Kalau benar Mas Bayu, dia bukan tipe yang suka minuman bersoda. Puntung rokok yang Mama temukan juga berbeda dengan yang biasa dia gunakan.”Aku mengangguk. “Ya sudah, Ma. Lebih baik Mama istirahat lagi. Nanti aku cari rumah baru untuk Mama.”Mama Siska menggeleng. “Mama sudah tidak mengantuk, Raka. Ini sudah hampir pukul lima pagi. Mama mau beres-beres rumah saja.”Aku merasa bersalah. “Maaf, Ma, gara-gara aku, Mama jadi terganggu.”Mama Siska tersenyum kecil. “Tidak apa-apa, kok. Akhir-akhir ini Mama memang sering su

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 168. Apakah ini pertanda?

    “Seenaknya aja lu nyalahin orang, udah jelas lu yang salah. Lagian kenapa lu berhubungan dengan istri orang, jadi lu terima saja karmanya." protesku.“Cukup!” bentak Alex, memukul kepalaku hingga kepalaku terasa pusing.Mobil akhirnya berhenti di sebuah area terpencil. Mereka menyeretku keluar dan membawaku ke sebuah gudang tua yang berbau karat dan penuh debu. Di luar, Alex dan Bayu mulai memukuliku lagi. Aku mencoba melawan, mengayunkan tinju, tapi mereka berdua mengepungku. Pukulan demi pukulan mendarat di wajah dan perutku, hingga aku tersungkur, lemas. Mereka menyeretku masuk ke gudang, mengunci pintu dengan gembok besar.Di dalam kegelapan gudang, aku terduduk, napas tersengal, tubuh penuh luka. Saat mataku menyesuaikan dengan cahaya redup, aku melihat dua sosok terbaring di sudut ruangan. Aku merangkak mendekat, dan jantungku hampir berhenti.“Mama?! Nayla?!” panggilku, suaraku bergetar.Mereka tak bergerak. Aku menyentuh tangan mereka rasanya dingin seperti es.Aku benar-benar

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 167. Aku dibawa kemana?

    Aku tidak tahu siapa orang itu. Dengan jantung yang berdebar-debar, aku berlari kembali ke rumah, khawatir sesuatu terjadi pada Mama Siska dan Nayla. Tiba-tiba, ada rasa nyeri menusuk di punggungku, seperti seseorang menyerangku. Aku menoleh ke belakang, tapi tidak ada siapa-siapa di kegelapan malam. Sebelum aku bisa berpikir, tiba-tiba sebuah sapu tangan dipaksa menutup mulutku. Bau kimia yang menyengat membuat kepalaku pusing, dan dalam sekejap, dunia menjadi gelap.Saat tersadar, kepalaku berdenyut hebat. Aku terbangun di atas tanah yang dingin dan lembap, dikelilingi pohon-pohon tinggi yang menjulang. Aku berada di tengah hutan! Panik, aku berusaha berdiri meski pusing masih melanda. Kegelapan malam menyelimuti, hanya suara jangkrik dan angin yang berderit di dedaunan. Aku tak tahu di mana aku berada atau bagaimana aku sampai di sini.“Tolong!” teriakku, tapi suaraku hanya bergema di keheningan.Aku mulai berjalan, mencari jalan keluar, tapi semakin jauh aku melangkah, aku semakin

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 166. Orang misterius

    Mama Siska memanggilku dengan nada lembut, “Raka, ayo makan!”“Iya, Ma,” jawabku, mengikuti langkahnya menuju ruang makan.Di sana, Nayla sudah menunggu, wajahnya ceria sambil mengunyah gorengan. “Sini, Bang, duduk deket aku!” serunya.Aku tersenyum, menatap piring gorengan di depannya. “Kayaknya enak, nih. Masih anget.”“Pasti dong! Kan buatan Mama, pasti enak. Apalagi sambelnya, pedes, gurih, mantap!” ujar Nayla antusias.Mama Siska menimpali, “Ayo, makan dulu.”Kami pun makan bersama. Masakan Mama Siska memang selalu lezat, tapi pikiranku melayang. Mungkin ini makan malam terakhirku bersama mereka di rumah ini. Besok, aku juga harus bertemu Alicia. Jika menolak, aku merasa seperti orang yang tidak tahu terima kasih.Setelah makan selesai dan piring-piring dibereskan, aku melirik ke luar jendela. Langit malam dipenuhi bintang.“Ma, Nay, kita nongkrong di luar, yuk, atau jalan-jalan,” ajakku.“Ayo, Bang! Kebetulan cuacanya bagus,” sahut Nayla semangat.“Tapi mau ke mana?” tanya Mama

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 165. Aku harus berani

    Kami bertiga menuju showroom mobil itu. Sarah dibonceng Reza, sementara aku mengendarai motor sendiri. Di perjalanan, saat berhenti di lampu merah, aku tiba-tiba melihat mobil yang sering digunakan Agus. Aku memberi isyarat pada Reza dan Sarah, menunjukkan mobil itu di depan kami. Begitu lampu hijau menyala, kami melaju, memutuskan untuk mengikuti mobil tersebut. Agar tidak ketahuan, kami menjaga jarak, bersembunyi di belakang mobil lain.Mobil itu akhirnya masuk ke halaman sebuah hotel. Kami berhenti di dekat pintu masuk, mengamati dari kejauhan.Sarah mengerutkan kening. “Kok ke hotel? Apa Justin bareng Liana?”Reza mengoreksi, “Namanya Agus, bukan Justin. So barat banget, pake nama Justin segala. Mukanya kayak tukang cilok aja, so soan namanya Justin.”“Eh, jangan gitu sama orang,” tegurku.Saat Agus turun dari mobil, aku terkejut. Yang bersamanya bukan Liana, melainkan Tiara.Reza berseru, “Lah, kok yang turun gundik?”“Kenapa malah Tiara?” tanya Sarah, bingung.Aku menghela napas

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status