Beranda / Urban / Tergoda Pesona Ibu Mertua / Bab 191. Nayla ngambek

Share

Bab 191. Nayla ngambek

Penulis: Galaxybimasakti
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-27 22:13:33

Pagi di Uluwatu menyapa dengan sinar matahari yang lembut, menyelinap melalui celah-celah jendela *Cliffside Guesthouse*. Jam di ponselku menunjukkan pukul 06.30 WITA, dan aroma bunga kamboja bercampur udara laut yang segar membuatku langsung bersemangat. Aku bangun dari ranjang, meregangkan tubuh, lalu menuju kamar mandi dan segera mandi. Air dingin membantuku menyegarkan diri setelah malam yang penuh petualangan. Setelah mengenakan kaus biru tua dan celana pendek, aku mulai membereskan barang-barangku. Koperku penuh dengan suvenir dari Kuta dan Uluwatu—topi jerami, udeng, dan beberapa patung kayu kecil yang kubeli kemarin.

Aku mengetuk ranjang Nayla, yang masih terlelap dengan rambut acak-acakan menutupi wajahnya. “Nay, bangun! Kita akan check out pagi ini, lho. Kan mau ke tempat baru!” seruku, menggoyang pundaknya pelan.

Nayla mengeluh pelan, mengucek mata. “Bang, lima menit lagi… Masih ngantuk nih,” gumamnya, tapi akhirnya bangkit juga. Dia berjalan gontai ke kamar mandi, membawa
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 193. Akhirnya mengalah

    Mama Siska langsung menggeleng keras. “Jangan, dong. Mama nggak mau ninggalin Nayla di sini. Bali itu pergaulannya bebas, Ka. Mama nggak mau ada apa-apa sama dia. Kamu tahu sendiri, kita baru kenal Tom dan temen-temannya.”Aku menghela napas, merasakan dilema yang sama. “Jadi apa yang harus kita lakukan? Kalau kita paksa dia pulang ke Jakarta, aku nggak tega, Ma. Dia kan libur kuliah dua bulan, pasti pengen liburan lebih lama.”Tiba-tiba, aku teringat Pak Budi dan Pak Hendra, teman-teman ayahku yang punya banyak koneksi di seluruh Indonesia, termasuk Bali. Dulu, mereka pernah membantu mengawasi Tiara dan Alex saat berada di Bali.“Ma, aku coba hubungi Pak Budi atau Pak Hendra. Mungkin mereka punya kenalan orang Bali yang bisa membantu kita, siapa tahu bisa bantu jagain Nayla.” kataku, meraih ponselku.Mama Siska mengangguk, wajahnya sedikit lega. “Boleh, Ka. Itu lebih baik. Mama lebih merasa aman kalau ada yang jagain.”Aku langsung menghubungi Pak Budi."Hallo Pak, maaf menganggu wak

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 192. Malam di pantai Pandawa

    Perjalanan ke Pantai Pandawa memakan waktu sekitar 20 menit. Pemandangan sepanjang jalan masih memukau—tebing karang, sawah hijau, dan sesekali patung-patung batu besar khas Bali. GPS di ponsel Tom memandu kami melewati jalan kecil yang berkelok, hingga akhirnya kami tiba di area parkir Pantai Pandawa. Pantai ini terkenal dengan pasir putihnya yang lembut, tebing kapur yang menjulang, dan air laut biru kehijauan yang jernih. Di kejauhan, beberapa kano tradisional terlihat mengapung, menambah pesona pantai.Kami turun dari mobil, membawa tas kecil berisi kamera, sunscreen, dan botol air. Ethan langsung mengeluarkan kameranya, mulai merekam pemandangan pantai.“Guys, look at this place! Perfect for the vlog!” serunya, mengarahkan kamera ke tebing dan laut.Nayla, meskipun cemberut, tetap ikut berjalan bersama kami. Dia memakai topi lebar dan kacamata hitam, tapi ekspresinya jelas menunjukkan dia sedang tidak mood. Tom mencoba menghiburnya, menunjukkan spot foto yang bagus di dekat tebin

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 191. Nayla ngambek

    Pagi di Uluwatu menyapa dengan sinar matahari yang lembut, menyelinap melalui celah-celah jendela *Cliffside Guesthouse*. Jam di ponselku menunjukkan pukul 06.30 WITA, dan aroma bunga kamboja bercampur udara laut yang segar membuatku langsung bersemangat. Aku bangun dari ranjang, meregangkan tubuh, lalu menuju kamar mandi dan segera mandi. Air dingin membantuku menyegarkan diri setelah malam yang penuh petualangan. Setelah mengenakan kaus biru tua dan celana pendek, aku mulai membereskan barang-barangku. Koperku penuh dengan suvenir dari Kuta dan Uluwatu—topi jerami, udeng, dan beberapa patung kayu kecil yang kubeli kemarin.Aku mengetuk ranjang Nayla, yang masih terlelap dengan rambut acak-acakan menutupi wajahnya. “Nay, bangun! Kita akan check out pagi ini, lho. Kan mau ke tempat baru!” seruku, menggoyang pundaknya pelan.Nayla mengeluh pelan, mengucek mata. “Bang, lima menit lagi… Masih ngantuk nih,” gumamnya, tapi akhirnya bangkit juga. Dia berjalan gontai ke kamar mandi, membawa

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 190. Keindahan Pura Luhur Uluwatu

    “Bang, ini soto Balinya enak banget! Bumbunya nendang,” kata Nayla, melahap semangkuk soto dengan lahap.Jack, yang mencoba sambal, memicingkan mata. “Man, this sambal is killing me! But it’s so good!”Liam tertawa. “You’re such a drama queen, Jack. Nayla aja santai makan pedes.”Nayla terkikik, menunjuk Jack. “Iya, Jack, kalah sama aku, nih!”Mama Siska tersenyum, menyeruput kopinya. “Kalian ini, seru banget ya bikin suasana jadi rame. Raka, kamu nggak coba sambalnya?”“Udah cukup pedes hidupku, Ma,” candaku, membuat semua tertawa.Setelah sarapan, kami melanjutkan perjalanan. Nayla dan Tom sibuk memotret pemandangan dari jendela mobil—sawah hijau, pohon kelapa, dan sesekali tebing karang yang terlihat di kejauhan. Perjalanan singkat, hanya 10 menit, dan kami tiba di area parkir Pura Luhur Uluwatu sekitar pukul 08.30 WITA.Sebelum menjelajahi pura, kami mencari penginapan baru di dekat Pura Luhur Uluwatu. Aku memilih *Cliffside Guesthouse*, sebuah penginapan sederhana dengan desain B

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 189. Kepergok lagi gak pakai apa-apa

    Hingga kita berdua sama-sama tidak berpakaian, karena takut Nayla datang jadi aku langsung memasukkan benda pusakaku yang sudah sangat keras."Ahhh mmmhh..." Mama Siska mendesah keras ketika aku memasukkan benda pusakaku dengan sekali hentakan.Aku eratkan tubuhku, agar semakin rapat. Mama Siska memelukku erat, kedua kakinya melingkar di pinggangku. Aku menggerakkan pinggulku dengan kencang, sampai kasurnya ikut berdecit. Gerakan yang begitu sangat agresif dan liar, aku cium bibirnya sambil memainkan lidah kami. Lalu aku bangkit, aku pegang kedua kakinya dan aku gerakan semakin cepat. Sampai keringatku mulai bercucuran, aku berharap agar segera berakhir. Aku rapatkan kedua kakinya agar semakin nikmat, pinggulku terus bergoyang sampai buah dadanya ikut bergoyang-goyang. Mama Siska memejamkan matanya, menikmati goyanganku yang semakin kencang. Aku tarik tubuhnya, kita dalam posisi duduk, aku peluk erat tubuhnya sambil mencium bibirnya. Tanganku kembali meremas buah dadanya, tubuhnya ter

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 188. Keindahan Pantai Uluwatu

    Aku melirik ke kaca spion, tersenyum. “Iya, Nay. Kamu kayaknya mulai suka ya sama Tom?”Nayla memukul lenganku pelan dari belakang. “Ihh, Abang! Enggak, ihhh!”Mama Siska tertawa kecil, menggelengkan kepala. “Nayla, ayo nyanyi lagi jangan berhenti. Suaramu bagus, kok.”Ethan, yang memegang kamera, mulai merekam suasana di dalam van. “Alright, guys, let’s do an intro for the vlog!” katanya. Tom mengambil alih, memperkenalkan kami.“Hey, everyone! We’re on our way to Uluwatu with our new friends—Raka, Siska, and Nayla! They’re joining us for an epic adventure. Say hi!” Tom mengarahkan kamera ke kami.Aku melambai sambil fokus menyetir. “Yo, hati-hati di jalan!” kataku.Nayla tersenyum lebar, “Hi, guys! Excited banget buat Uluwatu!”Mama Siska menambahkan, “Hello, everyone. Let’s make this trip unforgettable!”Kami berhenti sejenak di sebuah warung makan di pinggir jalan untuk makan siang. Warung itu sederhana, dengan meja kayu dan pemandangan sawah hijau. Kami memesan nasi campur Bali d

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status