Home / Urban / Tergoda Pesona Ibu Mertua / Bab 207. Resign dari kantor

Share

Bab 207. Resign dari kantor

last update Last Updated: 2025-07-07 00:34:53

"Aku ikut seneng dengernya," kataku tersenyum.

Setelah sarapan, aku menghubungi Pak Herdi. “Pak, bisa jemput saya sekarang? Saya ke apartemen dulu, ganti baju, terus ke kantor.”

“Siap, Tuan Raka. Saya akan sampai lima menit lagi,” jawab Pak Herdi, suaranya ramah.

Sebelum pergi, aku mendekati Mama Siska, yang sedang mencuci piring. Aku memeluknya dari belakang, mencium pipinya.

“Ma, aku pergi dulu, ya. Kamu jaga diri, jangan buka pintu buat orang asing.”

Mama Siska memutar badan, tersenyum. “Iya, Ka. Hati-hati di jalan. Nanti kabarin Mama kalau udah selesai.”

“Aku nggak akan lama, Ma. Sebentar lagi kan orangtuaku datang, mungkin aku akan menunggu kabar dari Pak Rudi dulu.” kataku, mencium keningnya.

Mama Siska mengangguk, memelukku erat. “Iya, ini akan menjadi hari yang bahagia untukmu."

Aku tersenyum. “Benar, aku sudah rindu sama mereka." akupun pergi dan aku melangkah keluar.

Pak Herdi sudah menunggu di depan apartemen dengan mobil hitamnya. “Pak, kita apartemenku dulu sebentar. Saya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 212. Siska banyak di puja

    “Iya, Ayah. Nanti aku hubungi lagi,” kataku, merasa sedikit lega karena mereka peduli pada Siska.Ayah lalu bertanya, “Oh ya, anaknya Bu Siska, Nayla, kenapa tidak ikut? Bukannya dia dekat sama kamu?”“Nayla lagi liburan dengan teman-temannya, Ayah. Kebetulan sedang libur panjang, aku sengaja memberikan hadiah untuknya karena dia dapat nilai bagus di kampusnya” jawabku, aku sengaja tidak menyebutkan bahwa aku baru pulang dari Bali. Hanya Pak Rudi saja yang tahu, dan dia cuma tersenyum kecil dari sudut ruangan.Ibu mengangguk. “Pintar ya dia, sangat hebat Ibu jadi ingin bertemu dengannya. Nanti ajak Nayla ke sini, ya. Ibu pengen kenalan.”Aku tersenyum, tapi di dalam hati, aku ingin sekali mengatakan tentang hubunganku dengan Siska. Aku tahu ini bukan waktu yang tepat, apalagi mereka baru sampai dan masih lelah. Aku menahan diri, beralih mendengarkan Ayah yang mulai bercerita tentang bisnis keluarga.“Raka, mulai sekarang kamu akan ambil alih beberapa perusahaan kami. Ada yang di Eropa

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 211. Tanggung jawab besar

    Lila dipanggil naik, dan kami berempat, Ayah, Ibu, Lila, dan aku berdiri bersama. Kamera wartawan tidak berhenti mengambil gambar, dan tepuk tangan menggema di ruangan ini. Aku menatap kerumunan, merasa campur aduk, senang karena akhirnya punya keluarga yang utuh, tapi juga aku harus siap dengan tanggung jawab besar menjadi pemimpin nantinya.Setelah pidato, kami kembali ke meja dan kami lanjut makan-makan. Aku melihat Siska di sudut sana, matanya berkaca-kaca, terharu. Aku mendekatinya, mengajaknya bergabung. “Siska, ayo kamu juga ikut bergabung ke sana. Mereka pasti senang jika kamu ikut bergabung.”Siska terlihat ragu, "Tapi, Raka. Sebaiknya aku disini saja,"Di depan sana, Ayah melihatku dan tersenyum pada Siska. “Bu Siska, ayo makannya di sini. Mari, ikut bergabung bersama kami!” ajaknya, membuat Siska tersenyum lega.Siska mengangguk, aku dan Siska bergabung bersama mereka. Kami duduk bersama, menikmati hidangan lezat dari rendang daging wagyu premium hingga tiramisu yang lemb

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 210. Pewaris keluarga Dupont

    Di belakangnya, Ayah dan Ibu muncul, diikuti Claire dan dua pria yang belum kukenal. Ayah, dengan setelan jas abu-abu yang elegan, memelukku erat, tangannya menepuk punggungku.“Raka, anakku, akhirnya kita ketemu lagi,” katanya, suaranya penuh emosi."Ayah, aku senang bertemu lagi dengan Ayah."Ibu, dengan gaun hijau zamrud yang anggun, memelukku sambil menangis pelan. “Kamu apa kabar, Raka. Ibu kangen banget sama kamu,” bisiknya."Aku juga sama, Bu. Aku baik, Ibu dan Ayah bagaimana kabarnya? Alhamdulillah kalian tiba dengan selamat,""Kami baik, Raka. Sangat baik dan sangat bahagia, mulai sekarang kita akan terus bersama." Ayah dan Ibu memelukku erat.Claire mendekat, tersenyum lebar. “Raka, gimana kabarmu? Akhirnya kita bertemu lagi,” katanya, memelukku.Di sampingnya ada pria tinggi dengan rambut pirang, mengenakan kemeja putih dan celana chino. “Ini Mike, pacarku,” kata Claire, memperkenalkannya padaku.Mike menjabat tanganku dengan ramah. “Senang bertemu denganmu, Raka. Claire ba

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 209. Bertemu keluargaku

    Aku menekan bel, dan Mama Siska membuka pintu. Dia masih mengenakan daster, rambutnya masih basah sepertinya baru saja selesai mandi, dan dia tampak bingung.“Raka, aku bingung mau pakai baju apa,” katanya, memegang handuk kecil.Aku tersenyum, memandangnya dari atas ke bawah. “Sayang, kamu pakai pakaian apapun tetap cantik tapi mungkin coba pakai pakaian yang terlihat sopan tapi menarik. Aku ingin di momen pertama kali bertemu denganmu, mereka suka sama kamu dan memberikan kesan yang baik. Coba pakai dress midi yang warna krem itu, yang ada renda di lengannya. Terus tambahin syal sutra yang biru muda, biar elegan. Terus pakai sepatu hak rendah aja, biar nyaman tapi tetap cantik.”Mama Siska mengangguk, sedikit tersipu malu. “Kamu benar juga, aku merasa bingung takutnya nanti mereka tidak menyukaiku."“Pakai daster seperti tadi juga sebenarnya kamu tetap cantik, tapi mungkin lebih baik yang membuat mereka terkesan. Aku yakin, saat melihatmu nanti, pasti langsung terpesona." kataku, me

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 208. Menjemput ke bandara

    “Aku serius, Liana. Ini sudah aku rencanain sejak lama. Bu Alicia juga udah tahu,” jawabku, merasa berat.Reza menatapku, kecewa. “Kenapa lu mendadak resign, Ka? Lu nggak setia kawan. Katanya mau kerja bareng gue terus.”“Maafin gue, Za. Gue terpaksa, soalnya gue harus lanjutin bisnis keluarga,” kataku, suaraku pelan.Semua bingung. Termasuk Erik sampai dia mengangkat alisnya karena dia belum tahu identitasku.“Keluarga siapa? Bukannya kamu nggak punya keluarga?” tanya Liana, penasaran.Aku menghela napas. “Maaf, aku belum cerita pada kalian. Beberapa waktu lalu, ketika Miss Claire dan rekan kerjanya dari Prancis datang, hidupku jadi berubah. Dia yang membantuku bertemu dengan keluargaku. Ceritanya cukup panjang, yang jelas ternyata Claire itu keponakanku.”Mereka terkejut. Reza membelalak. “Yang bener, bro? Dari mana lu tahu?”Sarah menimpali, “Tapi memang, Raka mirip Miss Claire. Rambutnya coklat, mata coklat. Dulu aku kira kalian sodara.”Erik yang dari tadi terdiam, ikut berbicara

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 207. Resign dari kantor

    "Aku ikut seneng dengernya," kataku tersenyum.Setelah sarapan, aku menghubungi Pak Herdi. “Pak, bisa jemput saya sekarang? Saya ke apartemen dulu, ganti baju, terus ke kantor.”“Siap, Tuan Raka. Saya akan sampai lima menit lagi,” jawab Pak Herdi, suaranya ramah.Sebelum pergi, aku mendekati Mama Siska, yang sedang mencuci piring. Aku memeluknya dari belakang, mencium pipinya.“Ma, aku pergi dulu, ya. Kamu jaga diri, jangan buka pintu buat orang asing.”Mama Siska memutar badan, tersenyum. “Iya, Ka. Hati-hati di jalan. Nanti kabarin Mama kalau udah selesai.”“Aku nggak akan lama, Ma. Sebentar lagi kan orangtuaku datang, mungkin aku akan menunggu kabar dari Pak Rudi dulu.” kataku, mencium keningnya.Mama Siska mengangguk, memelukku erat. “Iya, ini akan menjadi hari yang bahagia untukmu."Aku tersenyum. “Benar, aku sudah rindu sama mereka." akupun pergi dan aku melangkah keluar.Pak Herdi sudah menunggu di depan apartemen dengan mobil hitamnya. “Pak, kita apartemenku dulu sebentar. Saya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status