āļŦāđ‰āļ­āļ‡āļŠāļĄāļļāļ”
āļ„āđ‰āļ™āļŦāļē

āđāļŠāļĢāđŒ

Bab 23. Permainan yang semakin panas

āļœāļđāđ‰āđ€āļ‚āļĩāļĒāļ™: Galaxybimasakti
last update āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ”: 2025-04-07 18:53:19

Setelah selesai sarapan, aku mengantar Tiara ke mall seperti yang ia minta. Kami berjalan bersama, tangannya memeluk lenganku, dan aku hanya bisa membiarkannya.

Saat kami berjalan di lorong-lorong mall, beberapa kali aku melihat banyak orang yang memperhatikanku. Khususnya para perempuan, ada yang menatapku berulang kali, ada yang berbisik dengan temannya sambil tersenyum.

Bahkan, aku sempat mendengar dua perempuan di dekat eskalator berbicara cukup keras hingga aku menangkapnya dengan jelas.

“Ganteng banget, ya! Kayaknya dia blasteran deh, lihat saja warna rambutnya dan matanya. Dia juga tinggi, putih, badannya uhh seksi sekaliâ€Ķ atletis—pria idaman bangeti!” kata salah satu temannya.

Temannya menjawab, “Iya, sayangnya sudah bersama perempuan itu.”

Tiara pasti mendengar dengan jelas, dia menatapku sambil tersenyum kecil.

“Suamiku memang ganteng, pantes semua perempuan sampai seperti itu,” katanya, nadanya manis, tetapi aku tahu itu hanya pemanis bibir.

Aku hanya tersenyum kecil, tidak
āļ­āđˆāļēāļ™āļŦāļ™āļąāļ‡āļŠāļ·āļ­āđ€āļĨāđˆāļĄāļ™āļĩāđ‰āļ•āđˆāļ­āđ„āļ”āđ‰āļŸāļĢāļĩ
āļŠāđāļāļ™āļĢāļŦāļąāļŠāđ€āļžāļ·āđˆāļ­āļ”āļēāļ§āļ™āđŒāđ‚āļŦāļĨāļ”āđāļ­āļ›
āļšāļ—āļ—āļĩāđˆāļ–āļđāļāļĨāđ‡āļ­āļ

āļšāļ—āļ—āļĩāđˆāđ€āļāļĩāđˆāļĒāļ§āļ‚āđ‰āļ­āļ‡

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 24. Permainan panas dengan mertuaku

    “Ti, menurutku kita kembali ke apartemen aja. Gak enak kalau tinggal di sini, nanti ngerepotin Mama,” kataku membuka obrolan.Tiara yang semua hendak berbaring, langsung menoleh ke arahku dan tersenyum. “Gak apa-apa, Mas. Lagipula, sebenarnya aku juga gak terlalu nyaman tinggal di apartemen, terlalu sempit. Toh, kasihan juga di sini gak ada laki-laki, kalau Mama atau Nayla kenapa-napa, kita gak bisa cepet nolongin.”“Tapi, Ti â€Ķ”“Udah, Mas, gak apa-apa, kok. Dan bener juga kata Mama, kalau kita sewain apartemennya, kita bisa nambahin uang tabungan,” potong Tiara.Aku menghela napas pasrah.Bukannya apa, aku khawatir justru hubunganku dengan Mama Siska terendus lebih dulu karena aku ingin membuat Tiara yang lebih dulu terciduk.Sepertinya, kalau seperti ini aku harus bermain lebih rapi dan cepat.Akhirnya, aku merebahkan diri di samping Tiara, tapi entah mengapa perasaan tidak nyaman justru menyergap.Tiara adalah istriku, tetapi berbaring di sampingnya justru membuat dadaku terasa ses

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2025-04-08
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 25. Sandiwara kebohongan

    Keesokan paginya, kami sarapan bersama. Nayla tampak memperhatikan Mama Siska dengan pandangan heran.“Mama habis keramas, ya? Wangi samponya enak banget,” katanya polos.Kulihat Mama Siska tampak sedikit panik.“Iya, Nay. Semalam gerah sekali jadi rambut Mama lepek,” jawabnya cepat.Nayla mengernyit. “Memang, AC kamar Mama rusak?”Aku dan Mama Siska saling diam. Entah kenapa jantungku ikut berdegup kencang.Saat ini, rambutku juga masih basah karena baru keramas. Aku khawatir, Nayla juga akan menanyakan hal yang sama.Untungnya Tiara menimpali, “Iya, Nay. Kakak juga tadi malam merasa gerah padahal AC udah nyala. Mungkin kamu saja yang sedang tidak enak badan.”Aku merasa lega. Setidaknya, pernyataan Tiara bisa meredakan suasana.“Mungkin memang begitu, Nay,” kataku, berpura-pura khawatir.Aku mengangkat tanganku ke keningnya, dan Nayla langsung memerah. Ia tergagap, sedikit mundur, dan kami pun tertawa bersama.Suasana menjadi cair, dan aku bersyukur Tiara dan Nayla tidak mencurigai

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2025-04-08
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 26. Gantungan kunci penyemangat

    "Ah benar juga. Kamu tenang aja, Raka. Aku akan selalu bantu kamu, apapun masalahnya, bahkan untuk buat Tiara menyesal," katanya tiba-tiba.Kalimat Liana benar-benar di luar dugaanku.“Li, kamu â€Ķ”“Aku justru senang kalau kamu bisa kasih tahu aku soal masalah kamu, bahkan bisa bantu kamu. Aku anggap, apa yang kita lakuin ini adalah bantuan untuk kamu. Lagipula, aku juga suka kalau bisa terus sama kamu.” Liana tersenyum lebar.Liana benar-benar membuatku tidak habis pikir. Aku tidak akan membuang kesempatan emas ini.“Terima kasih, Li.”Sesampainya di depan rumah Liana, ia turun, melepas helm, lalu menatapku."Masuk dulu, Raka. Sebentar aja," ajaknya penuh harap.Aku menggeleng pelan. "Lain kali ya, Li. Aku lagi capek banget hari ini.""Ya udah, hati-hati di jalan ya!" katanya sambil tersenyum.Sebenarnya aku malas pulang, apalagi harus bertemu Tiara. Tapi, tidak enak juga kalau aku sampai pulang telat.Sampai di rumah sudah larut malam. Lampu ruang tamu mati, Mama Siska dan Nayla sepe

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2025-04-09
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 27. Langkah di Pagi Hari

    Hari ini pekerjaanku di kantor lancar. Saat jam pulang tiba, aku melihat Liana berjalan bersama Sarah ke luar menuju tempat parkiran.Aku sempat menoleh ke Reza—ia berdiri di sudut, matanya seolah mengawasi Liana. Aneh, pikirku. Mereka kan tidak akur.Apa dia menunggu Liana? Tetapi rasanya tidak mungkin.Aku pamit lebih dulu kepada Liana dan Sarah, lalu mendekati Reza.“Za, pulang bareng, yuk,” ajakku.Ia hanya tersenyum, “Kamu duluan saja, Raka. Aku masih ada urusan.”Aku bingung apa yang ingin dia lakukan, tetapi tidak bertanya lebih jauh karena aku pikir itu memang urusan pekerjaan.Aku langsung naik motor dan pulang.Jalanan masih ramai, karena hari ini aku pulang tidak terlalu malam.Saat sampai rumah, aku membuka pintu dan mendengar suara percakapan. Aku masuk, ternyata Tiara sudah pulang. Ia dan Mama Siska sedang duduk di ruang tamu, mengobrol santai. Mereka menoleh kepadaku, tersenyum, dan Mama Siska berdiri.“Raka, Tiara, Mama ke belakang dulu, ya,” katanya, lalu pergi, menin

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2025-04-10
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 28. Tawa di Tengah Rumah

    Aku hanya mengangguk, berpura-pura percaya, padahal aku tahu itu pasti bohong. Pasti dia bertemu Alex lagi.Dia pergi sekitar pukul sembilan pagi, dan aku malah merasa lega tidak perlu mencari alasan untuk keluar dari rumah.Kini di rumah tinggal bertiga—aku, Mama Siska, dan Nayla. Setelah kami selesai sarapan, Nayla tiba-tiba berbicara.“Ma, teman-teman kampusku boleh datang ke sini, nggak? Kami mau kerja kelompok,” pintanya, matanya cerah penuh harap.Mama Siska tersenyum, “Boleh, Nay. Ajak saja.” Nayla sangat senang, langsung tersenyum lebar.Aku menoleh kepadanya, iseng. “Anak muda gak main ke luar saja? Kenapa malah main di rumah?” tanyaku, sengaja menggoda. Dia cemberut, “Ya, agar sekalian kerja kelompok, Bang! Lebih enak di rumah,” jawabnya cepat.Aku tertawa kecil, melanjutkan menggodanya. “Oh ya, Nay, si cowok yang suka mengganggu kamu itu bagaimana kabarnya? Masih mengejar-ngejar kamu?”Matanya langsung membulat, pipinya memerah.“Bang! Jangan bahas dia, aku malas!” katany

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2025-04-11
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 29. Detak Jantung di Pasar dan Mal

    Obrolan ramai bersama Nayla dan teman-temannya masih berlanjut, tetapi Mama Siska tiba-tiba berdiri.“Mama ke pasar dulu, ya. Mau belanja untuk makan malam,” katanya sambil melangkah ke ke kamar untuk bersiap.Aku langsung menawarkan, “Ma, aku antar, ya.” Dia menggelengkan kepala, “Tidak usah, Raka. Kamu pasti capek, lebih baik istirahat saja.”Tapi aku tetap memaksa.“Mama, aku bosan di rumah. Aku sama sekali tidak merasa capek, mumpung lagi libur juga. Lagipula aku bisa mengantar Mama pakai motor, lebih hemat daripada naik ojek atau naik angkutan umum. Lebih aman juga kan,” kataku, lalu berdiri.Teman-teman Nayla serentak berkata, “Iya, Tante, biar Abang Raka antar aja!”Nayla ikut berkomentar, “Benar, Ma. Pulangnya juga jadi lebih cepat kan kalau Bang Raka antar.”Mama Siska menoleh padaku, lalu tersenyum kecil.“Ya sudah, kalau begitu ayo,” katanya akhirnya.Aku buru-buru ke kamar, mengambil jaket, lalu bergegas menyiapkan motor di depan rumah. Saat aku memanaskan mesin dulu, ent

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2025-04-12
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 30. Hari yang Sempurna

    Setelah sampai rumah dan aku membantu membawa barang belanjaan ke dapur, Mama Siska mengatakan akan ganti baju dulu, lalu berjalan ke kamarnya. Aku juga pergi ke kamarku, menyimpan jaket.Saat melewati kamar Nayla, aku mendengar tawa mereka. Nayla dan teman-temannya masih berada di sana dan terdengar bising.Selesai menyimpan jaket, aku kembali ke dapur. Mama Siska sudah ada di sana. Dia mengenakan daster favoritnya yang sederhana, tapi entah mengapa membuatnya tampak anggun, bahkan begitu memikat.Aku buru-buru menoleh ke arah lain, takut dia menangkapku sedang memandangnya.“Ma, aku bantu memasak, ya,” kataku cepat, berdiri.Dia menoleh, alisnya terangkat. “Raka, dari tadi kamu membantu Mama terus. Memangnya kamu tidak capek?” tanyanya.Aku tersenyum, “Nggak ko, Ma. Lagipula, aku sedang tidak ada kerjaan, makanya aku ingin bantu Mama."Sebenarnya, aku ingin bilang aku hanya ingin dekat dengannya, tetapi tidak berani.Dia tertawa kecil, “Ya sudah, kalau begitu ayo. Mama justru senang

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2025-04-12
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 31. Sandiwara di Meja makan

    “Mas, maaf, ya, semalam ada meeting sampai larut. Makanya tidak bisa makan malam bersama,” kata Tiara pagi itu, suaranya sangat manis, seperti istri penyayang.Aku bahkan tidak menyadari pukul berapa Tiara pulang, dan aku juga tidak begitu peduli dengan hal itu.Aku hanya tersenyum kaku, mengangguk.“Iya, nggak apa-apa,” jawabku, pura-pura bodoh.“Mas, kenapa sekarang rasanya kamu jadi gak terlalu semangat ya kalau berdua sama aku?” kata Tiara lagi.Aku menatapnya sekilas. “Perasaanmu saja itu.”“Biasanya kalau aku pulang agak malam kamu pasti masih bangun, selalu kirim pesan tanya aku pulang jam berapa. Tapi sekarang, waktu aku pulang kamu udah tidur, kamu juga gak pernah tanya aku pulang kapan,” ucap Tiara sambil menatapku serius.“Aku sudah terbiasa dengan pekerjaanmu yang padat itu, Ti. Lagipula, kalau aku terus menahan ngantuk sampai kamu pulang, yang ada paginya aku gak bisa kerja dengan tenang karena ngantuk.”Tiara terdiam, seperti tidak bisa membantah ucapanku.Toh, aku berbi

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2025-04-13

āļšāļ—āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ”

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 81. Cerita masa lalu

    "Nanti setelah tiba di apartemen, kamu jangan dulu masuk biar kita tidak sedang bersama." katanya.Aku mengangguk, "Baik, aku mengerti." Setelah mobil Alicia masuk apartemen, aku menunggunya dulu agar dia masuk ke dalam. Setelah dia masuk ke dalam, aku mulai masuk masuk dan memarkirkan motorku. Aku berjalan menuju apartemennya, aku sudah pernah ke apartemennya jadi aku sudah tahu. Ketika sudah di depan pintu, Alicia seakan tahu dan dia membuka pintunya. Aku duduk di sofa, memegang segelas jus mangga yang dia tawarkan.“Raka, makan dulu, aku punya pasta enak,” katanya, tersenyum, tapi aku menggeleng sopan.“Belum laper, Alicia. tadi aku sudah makan banyak cemilan di kantor,” kataku berbohong, tersenyum kecil, meski perutku sebenarnya keroncongan. Alicia mengangguk, duduk di sampingku, dan kami mulai mengobrol. Tapi Alicia tetap memberikan aku makanan kecil, dia terus memaksa dan akhirnya aku memakannya juga. Aku menceritakan rencana baru kami melawan Alex dan Tiara—menggunakan orang

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 80. Rencana baru

    Di rumah, suasana pagi berjalan seperti biasa. Aku lebih dulu menuju meja makan, sementara Tiara masih di kamarnya. Nayla juga belum terlihat, mungkin dia masih bersiap-siap. Mama Siska menyiapkan sarapan, senyumnya membantu bersemangat pagi ini.“Raka, pagi ini Mama bikin ayam goreng mentega, jangan lupa makanannya di habiskan,” katanya, menyerahkan kotak makan."Terima kasih Ma, bekalnya pasti aku makan habis." Dan Tiara datang, dia terlihat buru-buru. Akhir-akhir ini, dia memang sering pergi pagi-pagi sekali.“Mas, hari ini aku ada meeting pagi. aku duluan, ya,” kata Tiara, mencium pipiku, wajahnya penuh tersenyum penuh kebohongan.Aku tersenyum balik, pura-pura ceria, meski hati ini penuh luka karena kebohongannya. Aku ingin hadapi dia soal Alex, rencana balas dendamku nanti harus tetap berjalan apapun yang terjadi.Hingga tak berapa lama Nayla datang, dia memakai pakaian biasa dan katanya hari ini tidak ada jadwal kuliah. Setelah selesai sarapan, aku langsung pamitan pada Mama

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 79. Ancaman semakin nyata

    Aku duduk di kamar, pikiranku kacau setelah boneka rusak dan pesan ancaman kemarin. Tiara tertidur di sampingku, napasnya tenang, tapi wajahnya yang polos hanya mengingatkanku pada kemesraan dengan Alex di depan restoran. Amarah dan sakit hati bercampur, tapi aku harus menahan diri—rencanaku untuk membongkar perselingkuhannya di ulang tahunnya harus sempurna. Ponselku bergetar, sebuah pesan anonim masuk, membuat bulu kudukku merinding.[Jam 12 siang besok, di bangunan kosong dekat pertigaan Jalan Melati. Datang sendiri, atau orang-orang yang kamu sayang akan menderita. Jangan coba-coba main-main, Raka!]Kata-katanya dingin, penuh tekanan, dan bangunan kosong itu—tempat terpencil yang dikenal angker—membuatku yakin ini bukan iseng. *Alex,* pikirku. Aku menyimpan ponsel, jantungku berdegup kencang, tapi tekadku tidak goyah.Pagi di rumah berjalan seperti biasa. Mama Siska menyiapkan sarapan seperti biasanya.“Raka, jangan lupa bekalnya, ya,” katanya, tersenyum lembut.Aku memeluknya seb

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 78. Senyuman palsu dan paket misterius

    Apakah aku harus tetap sabar menghadapi Tiara? Rasa sakit hatiku semakin besar, aku mencoba tetap tegar dan sabar walaupun begitu sangat menyakitkan. Ya Tuhan, kenapa begitu berat cobaan yang hamba hadapi? Apa dosaku pada-Mu, selama ini aku telah taat beribadah dan aku telah menjadi orang yang baik tapi kenapa hidupku begitu sulit? Sebelum pergi ke rumah, motorku berhenti di depan taman kota, aku duduk sendirian meratapi nasibku. Aku terlahir sebagai laki-laki, aku harus tetap kuat, aku tidak boleh cengeng. Aku yakin, kesabaranku akan membawakan hasil. Kabar baiknya, kini aku sudah menemukan keluargaku, setidaknya aku tidak sebatang kara lagi seperti dulu. Senyuman Ayah dan Ibuku membuatku kuat, aku yakin Tuhan maha adil, suatu saat nanti aku pasti bahagia.Aku memarkir motor di halaman rumah, hujan semalam masih meninggalkan udara sejuk. Aku tiba di rumah setengah tujuh malam, hari ini memang cukup telat karena aku ingin menenangkan pikiranku dulu. Pikiranku penuh dengan gambaran T

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 77. Sakit tak berdarah

    "Yahh malah hujan, gak jadi deh jalan-jalannya." Ucap Tiara ketika melihat dari jendela."Kita di rumah aja kalau gitu, lain kali jalan-jalannya." kataku, aku merasa senang karena gak jadi.Hujan deras mengguyur Jakarta malam ini. Aku duduk di ruang tamu, mendengar gemuruh air di luar, sementara Tiara mengobrol dengan Nayla tentang drama Korea favorit mereka. Mama Siska membawa teh hangat, penampilan barunya masih membuatku mencuri pandang.“Raka, minum dulu, biar hangat,” katanya, tersenyum lembut.“Makasih, Ma,” kataku, membalas senyumnya, hati ini terasa ringan.Tiara melirikku, tersenyum manis, tapi aku tahu di balik senyum itu ada kebohongan. Aku pura-pura ikut tertawa saat Nayla menirukan adegan drama, menjaga sandiwara sebagai suami penyayang. Malam berlalu dengan canda tawa, tapi di dalam dada, aku menghitung hari menuju ulang tahun Tiara, saat aku akan membongkar semua.Pagi tiba, langit cerah setelah hujan semalam. Aku berpamitan dengan Mama Siska, yang menyerahkan bekal den

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 76. Hampir kepergok

    "Ma, nanti kalau kamu tidak sibuk, aku ingin ajak kamu jalan!" kataku tiba-tiba, lebih hati-hati takut ada yang denger."Boleh saja, kamu mau ajak kemana?" tanyanya menatapku, lalu kembali mencuci piring."Ada tempat yang sangat bagus, nanti aku ajak kesana. sebenarnya besok libur tapi aku sudah ada janji sama teman kantor, sore nya Liana ngajak jalan juga." aku merasa tidak enak pada Mama Siska.Mama Siska telah selesai mencuci piringnya, dia mengelap tangannya dengan sapu tangan lalu tiba-tiba memegang tanganku."Kamu jangan khhwawir Raka, aku mengerti. Cukup melihatmu sehat dan tersenyum juga sudah cukup bagiku. lagipula kita setiap hari ketemu kan?"Belum sempat aku menjawab, tiba-tiba Nayla muncul dan posisi kita sedang saling berpegangan tangan. Sontak, Mama Siska langsung melepaskan tangannya. "Ma, aku minta cream pelembab ya?" katanya, Nayla buru-buru pergi.Aku rasa Nayla tadi melihat jika kita saling berpegangan tangan. Aku dan Mama Siska jadi ketakutan dan tegang, "Ma, aku

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 75. Nafsu liar

    Selama perjalanan menuju rumah, hatiku merasa bahagia aku tidak sabar ingin segera bertemu dengan mereka. Akhirnya sampai di rumah, aku memarkirkan motorku. Aku masuk ke rumah, aroma masakan Mama Siska dari dapur langsung menyambut. Mama Siska sedang menata meja makan, rambut barunya yang sebahu membuatnya tampak berbeda. Tiara duduk di sofa, mengobrol dengan Nayla, wajahnya ceria.“Mas, pulang! Aku nunggu dari tadi, lho,” kata Tiara, berlari memelukku.Aku membalas pelukannya, memasang senyum terbaikku.“Oh ya, makasih ya. Laper, nih, Mama masak apa?” tanyaku, pura-pura santai.“Capcay, pepes ikan, lalapan sama sambel, Nak. Ayo, makan!” seru Mama Siska, tersenyum hangat."Dengernya aja udah laper, paling enak makan sambel." kataku buru-buru ke kamar segera mandi.Malam ini, makan malam terasa lebih berbeda mungkin karena suasana hatiku yang lagi seneng. Meski masalah dengan Tiara masih menggantung, kebahagiaan bertemu keluargaku memberi semangat baru. Aku bercanda dengan Nayla, yang

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 74. Hasil tes DNA

    Perasaanku tidak menentu, aku berharap yang terbaik saja. Ternyata Claire sudah mengatur semuanya, dari hari-hari sebelumnya. Berkat teknologi yang canggih, hasil keakuratan DNA bisa di lakukan meskipun pamannya Claire berada di Paris.Aku memarkir motor di depan rumah, pikiranku masih penuh dengan kunjungan ke rumah sakit tadi sore bersama Claire. Formulir tes DNA yang kutandatangani terasa seperti langkah besar, tapi aku belum tahu apa artinya—apakah aku benar-benar terkait dengan paman Claire? Aku menghela napas, masuk ke rumah, dan aroma masakan Mama Siska langsung menyambut. Tapi yang membuatku terpana adalah penampilan Mama Siska. Rambutnya yang biasanya panjang kini dipotong sebahu, dengan poni lembut yang membingkai wajahnya. Dia mengenakan daster sederhana, tapi entah kenapa, dia terlihat lebih muda, lebih memikat.“Raka, kamu sudah pulang! Makan malam udah siap,” katanya, tersenyum, tidak menyadari aku memandangnya terpesona.Aku buru-buru mengalihkan pandangan saat Tiara mu

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 73. Ajakan ke rumah sakit

    Pagi harinya, aku pergi ke kantor lebih awal seperti biasanya. Pagi ini Tiara juga katanya harus pagi-pagi sekali ke kantor, entahlah apa aku harus percaya atau tidak. Nayla sendiri agak siang ke kampusnya, dan berencana akan pergi ke salon bersama Mama Siska sebelum ke kampus.Aku duduk di meja kerjaku, menatap layar laptop, tapi pikiranku tidak di sana. Sikap Claire yang tiba-tiba berubah sejak kemarin membuatku gelisah. Dia yang biasanya hangat, sering tersenyum, dan suka mengajakku ngobrol santai, kini hanya bicara soal pekerjaan, menjaga jarak dengan tatapan yang sulit dibaca. Apakah aku melakukan sesuatu yang salah? Atau ada kaitannya dengan kejadian di apartemennya, saat aku tiba-tiba tertidur? Luka kecil di lenganku masih terasa samar, menambah kecurigaanku.Pagi itu, saat aku menyerahkan revisi storyboard ke Claire, dia hanya mengangguk singkat. “Thanks, Raka. I’ll review it,” katanya, suaranya datar, lalu kembali ke laptopnya.Tidak ada obrolan ringan, tidak ada senyum. Aku

āļŠāļģāļĢāļ§āļˆāđāļĨāļ°āļ­āđˆāļēāļ™āļ™āļ§āļ™āļīāļĒāļēāļĒāļ”āļĩāđ† āđ„āļ”āđ‰āļŸāļĢāļĩ
āđ€āļ‚āđ‰āļēāļ–āļķāļ‡āļ™āļ§āļ™āļīāļĒāļēāļĒāļ”āļĩāđ† āļˆāļģāļ™āļ§āļ™āļĄāļēāļāđ„āļ”āđ‰āļŸāļĢāļĩāļšāļ™āđāļ­āļ› GoodNovel āļ”āļēāļ§āļ™āđŒāđ‚āļŦāļĨāļ”āļŦāļ™āļąāļ‡āļŠāļ·āļ­āļ—āļĩāđˆāļ„āļļāļ“āļŠāļ­āļšāđāļĨāļ°āļ­āđˆāļēāļ™āđ„āļ”āđ‰āļ—āļļāļāļ—āļĩāđˆāļ—āļļāļāđ€āļ§āļĨāļē
āļ­āđˆāļēāļ™āļŦāļ™āļąāļ‡āļŠāļ·āļ­āļŸāļĢāļĩāļšāļ™āđāļ­āļ›
āļŠāđāļāļ™āļĢāļŦāļąāļŠāđ€āļžāļ·āđˆāļ­āļ­āđˆāļēāļ™āļšāļ™āđāļ­āļ›
DMCA.com Protection Status