Home / Urban / Tergoda Pesona Ibu Mertua / Bab 25. Sandiwara kebohongan

Share

Bab 25. Sandiwara kebohongan

last update Last Updated: 2025-04-08 23:55:29

Keesokan paginya, kami sarapan bersama. Namun, Nayla tampak sedikit berbeda. Matanya beberapa kali melirik ke arahku. Gerakannya juga terlihat lebih gugup.

“Kamu kenapa, Nay?” tanyaku langsung.

“Eh? Nggak apa-apa kok, Bang,” jawab Nayla sambil menundukkan kepalanya dan menyuap sedikit nasi.

“Kamu sakit, Nay? Kok agak pucat gitu?” timpal Tiara yang juga menyadari perbedaan Nayla.

“Nayla kamu demam? Atau pusing? Atau kenapa?” tanya Mama Siska yang tampak ikut panik.

“Aku nggak ap–”

Belum sempat Nayla selesai bicara, aku sudah lebih menempelkan punggung tanganku ke keningnya, dan Nayla langsung terdiam.

“Agak hangat, kamu istirahat aja, Nay. Hari ini ada kuliah gak?” tanyaku pada Nayla.

Nayla mengangguk pelan, tapi wajahnya justru tampak sedikit memerah. “Ada nanti siang.”

“Ya sudah, setelah sarapan kamu istirahat lagi ya, Nayla,” kata Mama Siska yang tampak cukup khawatir.

Setelah itu, kami kembali sarapan. Suasana sempat terasa kaku, tapi Mama Siska berusaha mencairkannya.

“Raka, kamu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 137. Saatnya mereka tahu

    “Terima kasih banyak, Pak,” jawabku, tulus. “Sudah repot-repot membantuku.”Mereka mengangguk, lalu pamit pergi. Mas Bambang, Mas Supri, dan Mas Tejo kembali ke posisi mereka menjaga rumah di luar, seperti biasa.Kini, di kamar, hanya ada aku, Mama Siska, dan Nayla. Suasana tiba-tiba terasa lebih berat. Wajah mereka penuh pertanyaan, dan aku tahu, saatnya tiba untuk jujur.Nayla, yang selalu paling banyak ngomong gak bisa diem, memulai duluan. “Bang, sebenarnya Pak Budi itu ada hubungan apa sama Abang? Kok baik banget? Kayak… bukan orang biasa, benar-benar peduli.”Aku menarik napas dalam-dalam, memandang Mama Siska dan Nayla bergantian. Mereka adalah orang-orang yang aku percaya, keluarga yang sangat dekat dan peduli padaku. Aku sudah berjanji untuk jujur, dan sekarang adalah saatnya.“Jadi… Pak Budi itu temennya ayahku,” kataku pelan, mencoba memilih kata-kata dengan hati-hati. “Ayah menitipkan aku ke Pak Budi kalau ada apa-apa. Seperti musibah kemarin, dia ikut membantu. Bukan hany

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 136. Akhirnya bisa pulang

    Malam di rumah sakit terasa lebih tenang dibandingkan malam-malam sebelumnya, meski suara detak jantungku sendiri seolah menggema di ruangan yang sunyi. Aku menoleh ke Mas Supri, yang duduk di sudut ruangan, matanya waspada meski tubuhnya tampak lelah.“Mas Supri, tidur di sofa itu aja, ya,” kataku sambil menunjuk sofa empuk di dekat jendela. “Jangan di luar, dingin.”Mas Supri mengangguk, tapi wajahnya tetap serius. “Iya, Mas. Tapi saya tetap akan berjaga. Walaupun kita di rumah sakit, kita nggak tahu apa yang akan terjadi.” Suaranya rendah, seperti orang yang sudah terbiasa menghadapi bahaya.Aku tersenyum kecil, menghargai kesetiaannya. “Iya, Mas. Mudah-mudahan aman.”Aku memejamkan mata, dan tanpa sadar, rasa kantuk menarikku ke dalam alam mimpi akupun tertidur pulas. Mimpi-mimpi samar melintas di kepalaku, bayangan Mama Siska yang tersenyum, Nayla yang tertawa, dan wajah kabur seseorang yang kini membuatku waspada. Mungkin itu Alex, sosok yang masih menjadi bayang-bayang misteriu

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 135. Nayla tahu semuanya

    Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba menahan emosi yang membuncah. “Ma, aku ikhlas. Kalau harus mengorbankan nyawaku untukmu, aku nggak akan ragu. Hatiku hancur waktu tahu kamu dibawa mereka, dan aku nggak tahu kamu di mana. Aku merasa gagal menjagamu. Kalau aku lebih cepat, mungkin ini semua nggak akan terjadi.”Mama Siska mengusap air matanya, menggeleng pelan. “Jangan salahkan diri sendiri, Raka. Kejadian itu malam hari, saat semua orang tertidur. Bukan salahmu. Justru karena kamu, Mama bisa selamat. Terima kasih, Raka. Yang penting sekarang semuanya sudah berakhir.”Aku ingin memeluknya, tapi tubuhku masih terlalu lemah. Namun, saat tanganku masih memegang tangannya, aku tiba-tiba menyadari kehadiran Nayla yang diam-diam memperhatikan kami. Mama Siska juga sepertinya baru sadar, dia buru-buru melepaskan tanganku, wajahnya sedikit memerah. Aku merasa canggung, tapi sebelum aku bisa berkata apa-apa, Nayla tiba-tiba berjalan mendekat, tersenyum misterius.“Kalian nggak usah sembuny

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 134. Aku masih hidup

    Mama Siska berteriak, mencoba meraihku, tapi pria lain menarik tangannya dengan kasar. Aku bangkit, mengabaikan rasa sakit, dan menerjang pria yang memukulku. Kami berkelahi, tinjuku mendarat di wajahnya, tapi mereka berdua, dan aku hanya sendiri. Pukulan mereka mendarat di wajahku, dadaku dan perutku. Aku terhuyung, tapi melihat Mama Siska didorong hingga jatuh ke lantai membuat darahku mendidih. Dengan sisa tenaga, aku mengangkat kursi tua di dekatku dan menghantamkannya ke salah satu dari mereka. Dia tersungkur, tapi yang satunya menyerangku dari samping, membuatku terjatuh lagi.Ponselku terlepas dari saku, meluncur ke arah Mama Siska yang terkapar di lantai.“Ma, ambil ponselku! Cepat lari!” teriakku, suaraku serak. “Hubungi Mas Bambang, dia disini bersamaku!”Mama Siska meraih ponselku, matanya penuh air mata. “Raka, aku tidak bisa meninggalkanmu sendiri!” katanya, suaranya penuh keputusasaan.“Aku gak apa-apa, cepat pergi, Ma! Aku akan tahan mereka!” Aku mendorong pria yang men

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 133. Penyelamatan Mama Siska

    Aku tidak bisa terus berdiam diri di rumah. Hujan deras masih mengguyur, menyisakan genangan air di halaman, tapi aku tidak peduli. Jam di dinding menunjukkan pukul lima pagi, dan belum ada kabar tentang keberadaan Mama Siska. Hatiku seperti diremas-remas, setiap detik tanpa kabar terasa seperti pisau yang menikam.Nayla tertidur di sofa ruang tengah, wajahnya masih basah oleh air mata, tubuhnya meringkuk dalam selimut. Tadi malam dia menangis hingga kehabisan tenaga, memanggil-manggil nama Mama Siska dengan suara yang memilukan. Aku tidak sanggup melihatnya seperti itu, tapi aku juga tidak bisa tinggal diam. Aku harus menemukan Mama Siska, apa pun risikonya.Aku mengambil kunci motor, mengenakan jaket, dan melangkah ke pintu. Di luar, Mas Bambang dan Supri sedang berada di ruangan mereka, sementara Mas Tejo duduk di kursi teras, berjaga dengan wajah tegang.Mas Tejo langsung berdiri, “Mas Raka, mau ke mana? Biar saya antar,” kata Tejo saat melihatku bersiap.“Gak usah, Mas. Saya per

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 132. Mama Siska di culik!

    Aku terbangun tengah malam dengan perasaan gelisah yang tak kunjung reda. Hujan di luar masih mengguyur, menambah dingin yang menusuk tulang. Pikiranku dipenuhi kekhawatiran tentang Mama Siska dan Nayla, apalagi setelah kabar dari Pak Hendra bahwa Bayu membawa senjata. Aku mencoba menenangkan diri, tapi tiba-tiba ponselku bergetar.Pesan dari nomor tak dikenal:[Kau ingkar janji, Raka. Berani-beraninya melaporkan aku ke polisi. Lihat saja, aku pastikan hidupmu tidak tenang, termasuk Siska dan Nayla]Jantungku seperti berhenti. Itu pasti Bayu. Dia tahu polisi sedang mengejarnya dan mengira akulah yang melaporkannya. Rasa takut menjalar ke seluruh tubuhku. Aku tidak bisa tinggal diam di kamar. Aku harus melindungi Mama Siska dan Nayla. Dengan cepat, aku mengambil bantal dan selimut, lalu pergi ke ruang tengah untuk tidur di sofa. Setidaknya, jika ada apa-apa, aku bisa segera bertindak.Aku terlelap dalam tidur yang gelisah, tapi tiba-tiba suara gaduh memecah keheningan—seperti sesuatu b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status