Beranda / Urban / Tergoda Pesona Ibu Mertua / Bab 35. Permainan Panas di Dapur

Share

Bab 35. Permainan Panas di Dapur

Penulis: Galaxybimasakti
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-16 19:17:21

“Mas, sekarang kamu rajin sekali?” kata Tiara, setengah bercanda saat melihat aku membereskan piring kotor setelah kami makan malam.

Aku hanya tersenyum tipis, tidak menjawab. Namun, tiba-tiba dia ikut membantu, padahal sebelumnya tidak pernah.

Nayla juga ikut, membereskan meja, dan kami bekerja bersama seperti tim dadakan.

“Kak, Abang, aku ke kamar dulu ya, mau tidur,” kata Nayla setelah selesai membersihkan meja.

“Iya, Nay, selamat istirahat,” jawabku sambil tersenyum ke arahnya. Sementara Tiara hanya mengangguk dan tersenyum.

Kemudian, aku melanjutkan kegiatanku. Saat aku sedang membilas gelas, Tiara tiba-tiba, memeluk pinggangku dari belakang. Aku kaget, hampir menjatuhkan gelas.

“Mas, kamu kangen momen kayak gini gak? Dulu kamu selalu lakuin ini ke aku,” katanya, suaranya genit, mencoba bercanda.

Namun, aku mencoba melepaskan pelukannya.

“Ti, aku lagi cuci piring ini,” kataku, nadaku datar.

Namun, dia malah memeluk lebih erat, tertawa kecil, seolah tidak peduli.

Saat aku mencoba
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 132. Mama Siska di culik!

    Aku terbangun tengah malam dengan perasaan gelisah yang tak kunjung reda. Hujan di luar masih mengguyur, menambah dingin yang menusuk tulang. Pikiranku dipenuhi kekhawatiran tentang Mama Siska dan Nayla, apalagi setelah kabar dari Pak Hendra bahwa Bayu membawa senjata. Aku mencoba menenangkan diri, tapi tiba-tiba ponselku bergetar.Pesan dari nomor tak dikenal:[Kau ingkar janji, Raka. Berani-beraninya melaporkan aku ke polisi. Lihat saja, aku pastikan hidupmu tidak tenang, termasuk Siska dan Nayla]Jantungku seperti berhenti. Itu pasti Bayu. Dia tahu polisi sedang mengejarnya dan mengira akulah yang melaporkannya. Rasa takut menjalar ke seluruh tubuhku. Aku tidak bisa tinggal diam di kamar. Aku harus melindungi Mama Siska dan Nayla. Dengan cepat, aku mengambil bantal dan selimut, lalu pergi ke ruang tengah untuk tidur di sofa. Setidaknya, jika ada apa-apa, aku bisa segera bertindak.Aku terlelap dalam tidur yang gelisah, tapi tiba-tiba suara gaduh memecah keheningan—seperti sesuatu b

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 131. Bayu semakin licin

    Aku mengikuti saran Pak Budi untuk tidak langsung pulang, menunggu kabar lebih lanjut dari anak buahnya. Di lorong pengadilan yang sepi, aku berusaha menenangkan diri, tapi tiba-tiba Tiara menghampiriku.Wajahnya pucat, matanya memohon. “Raka, tolong batalkan perceraian ini. Aku janji akan berubah, aku akan jadi istri yang baik. Aku masih mencintaimu,” katanya, suaranya gemetar.Aku menatapnya dingin, kemarahan yang lama terpendam kembali membuncah. “Tiara, aku sudah tidak percaya sama kamu. Bukti perselingkuhanmu dengan Alex sudah jelas. Kamu pikir aku bodoh? Dari awal kamu hanya memanfaatkanku saja!” Aku tidak bisa menahan nada tinggi di suaraku. Matanya mulai berkaca-kaca, "Itu semua tidak benar, aku sangat mencintaimu, hanya kamu satu-satunya orang yang aku cintai." dia semakin mendekatiku, aku berusaha menjauhinya. "Aku telah di jebak Alex, Raka! Selama ini dia hanya mempermainkanku saja, kamu sudah salah paham."Kata-katanya semakin membuatku naik darah, "Cukup! Aku tidak mau m

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 130. Sidang pertama perceraian

    Setelah beberapa jam tertidur, aku terbangun lalu aku kembali ke kamarku dan kembali memakai pakaianku. Tapi bajuku kotor oleh cairan kenikmatanku, jadi aku hanya memakai celana pendek saja. Setelah berada di dalam kamar, aku memakai kaos baru lalu berbaring di atas kasur, dan melanjutkan tidur dengan hati yang sedikit lebih ringan.Pagi harinya, aku terbangun dengan perasaan tidak tenang. Sidang perceraian pertama dengan Tiara akan berlangsung hari ini, dan pikiranku dipenuhi kekhawatiran. Anak buah Alicia akan menjemputku pukul sembilan, sementara Bambang, Tejo, dan Supri tetap menjaga rumah. Nayla ada jadwal kuliah pagi ini, dan Mama Siska akan ke bank siang nanti untuk mengambil uang dari pekerjaan freelancenya.Meski rumah akan dijaga, aku tetap khawatir. "Ma, nanti ke bank, di antar sama mereka bertiga saja ya, gak apa-apa rumah gak usah di jaga."Mama Siska malah tertawa, “Raka, banknya dekat kok. Mama pasti aman, nanti di antar oleh salah satu dari mereka saja jangan ketiganya

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 129. Cuaca dingin lebih enak bercocok tanam

    Tengah malam, aku terbangun karena hujan yang masih mengguyur di luar. Cuaca dingin membuatku merinding, jadi aku keluar kamar menuju dapur untuk membuat kopi. Aroma kopi hitam yang kuseduh perlahan menghangatkan tubuhku. Saat aku sedang menyeruput kopi, tiba-tiba seseorang menepuk pundakku. Aku tersentak, hampir menjatuhkan cangkir. Ternyata Mama Siska.“Raka, kenapa belum tidur?” tanyanya, suaranya lembut tapi wajahnya terlihat gelisah.“Terbangun, Ma. Cuacanya dingin, jadi bikin kopi dulu,” jawabku, lalu balik bertanya, “Mama kenapa belum tidur?”Mama Siska menghela napas, duduk di kursi dapur. “Mama mimpi buruk, Raka. Wajahku rasanya masih pucat gara-gara mimpi itu.” Dia terdiam sejenak, lalu melanjutkan, “Mimpi tentang Mas Bayu. Dia memukuli Mama, dan Nayla coba melerai, tapi justru Nayla yang kena pukul. Lalu kamu datang, menyelamatkan kami, lalu kamu dan Mas Bayu berkelahi. Mama takut sekali. Bagaimana kalau dia benar-benar datang?"Aku melihat ketakutan di matanya.Aku berdiri

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 128. Masalah terselesaikan

    Setelah soto ayam matang, kami duduk bersama di meja makan untuk sarapan. Aroma kuah yang hangat dan segar sedikit meredakan kegelisahanku.Mama Siska menatapku dengan perhatian. “Raka, kepalamu sudah benar-benar sembuh, kan? Tidak terasa sakit lagi?” tanyanya, suaranya lembut tapi penuh kekhawatiran.“Sudah, Ma. Benar-benar sudah sembuh, tenang saja,” jawabku sambil tersenyum, berusaha meyakinkannya.Nayla, yang sedang asyik menyendok soto, tiba-tiba bertanya, “Tadi di kantor gimana, Bang? Beres, kan?” Pagi tadi, aku memang bilang pada mereka bahwa aku ke kantor sebentar untuk urusan pekerjaan.“Sudah beres, Nay. Cuma kirim file ke klien, kok,” kataku, berusaha terdengar santai meski kebohongan itu kembali menggerogoti hatiku.Mama Siska dan Nayla tidak tahu soal perjanjianku dengan Bayu, apalagi soal uang 500 juta yang kuserahkan tadi pagi. Mereka hanya tahu bahwa Bayu tidak akan mengganggu lagi karena aku mengancam akan melaporkannya ke polisi. Aku sengaja menyembunyikan kebenaran

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 127. Rasa bersalah

    Apa bedanya aku dengan Tiara? Dia berbohong soal perselingkuhannya dengan Alex, dan sekarang aku juga berbohong pada Mama Siska. Aku bermain-main dengan Alicia, meski awalnya hanya untuk membongkar perselingkuhan Tiara. Tapi jika kupikir-pikir, aku tidak lebih baik dari Tiara. Aku terlalu terbawa emosi, terlalu kecewa dengan pengkhianatannya, sampai tanpa sadar melakukan hal yang sama. Kenapa aku baru menyadari ini sekarang?Saat mobil berhenti, aku melihat Mas Supri sedang berjaga di depan rumah, merokok sambil memegang cangkir kopi hitam. Mas Bambang dan Tejo tampaknya sedang istirahat. Aku memberi isyarat pada Supri agar tidak berbicara keras, takut membangunkan Mama Siska atau Nayla. Aku membuka pintu rumah perlahan, dan ternyata tidak terkunci. Ruang tamu gelap, lampu sudah dimatikan—tanda bahwa semua orang sudah tidur.Tapi saat aku hendak membuka pintu kamar, sebuah suara lembut memanggilku dari belakang.“Raka.” Aku tersentak.Mama Siska duduk di ruang tengah, di sofa favoritn

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status