Share

Bab 5: Hari yang Apes

Author: mrd_bb
last update Last Updated: 2025-12-07 19:39:12

“Lagi belajar apa sih, serius amat…!”

Entah disengaja atau tidak, Ajeng sengaja jongkok sambil melihat laptop Satria, sehingga  dasternya yang agak longgar memperlihatkan isinya yang bikin mata Satria mau tak mau melirik juga. 

“Alamak…” batin pemuda ini, kalamenjingnya mulai bergerak tak beraturan.

Dari pandangannya, ia melihat dengan utuh bagian atas tubuh molek milik Ajeng yang… Satria sendiri tak mampu berkata-kata!

Walaupun selama ini sering bercengkrama, tapi gara – gara ngintip tadi sore, pikiran Satria mulai konslet juga.

Dia pun mulai perhatikan tubuh Ajeng yang baginya sangatlah menggiurkan. Apalagi saat dekat begini, aroma Ajeng sungguhlah sangat menggoda.

“La-lagi…nyangkul…eh maksudnya belajar, eh ngulang pelajaran tadi siang Ka?” jawaban Satria yang terbata-bata bikin Ajeng menahan tawa.

“Kok gugup gitu sih, hayo mikir apa sih?” goda Ajeng, sampai dengus nafasnya terasa di pipi Satria.

“A–anu…” lidah Satria kelu, bicara dekat begini, di tambah ngintip Ajeng dan Om Brata sore tadi sedang olahraga kasur, otak Satria seketika buntu.

“Ehemmm… Kakak mau tanya, tapi kamu harus jawab jujur yaa?” Ajeng kini menatap tajam wajah tampan Satria, hingga pemuda ini makin salting di kursi belajarnya.

“T-tanya apa ka?”

“Kamu…sore tadi tahu kan kalau Om kamu…eee masuk ke kamar aku?”

Satria menarik napas sejenak, padahal di dalam hatinya ia berjuang keras mencari jawaban paling aman yang terdengar lugu.

"Tidak, Kak. Aku baru pulang kuliah, langsung istirahat di kamar," sahut Satria dengan nada seolah tidak tahu apa-apa.

Ia lantas membalikkan pertanyaan, memasang wajah polos. "Memangnya ada apa? Om Brata masuk kamar Kakak? Mungkin beliau mau kasih bonus atau transfer uang gaji, ya?"

Ajeng terdiam sejenak, lalu tertawa kecil dan mengangguk.

“Iya, ngasih bonus, sebab aku dianggap bagus kerjanya, udah ahh, aku mau istirahat!”

Namun, sebelum beranjak, sekali lagi Ajeng memerhatikan milik Satria yang sedari tadi sesak dibuatnya.

Tanpa ragu Ajeng menyentil genit, lalu melenggang aduhai meninggalkan kamar Satria dan kembali ke kamarnya.

Satria sampai bengong dan kaget bukan main, sore kemarin Tante Vega, malam ini Ajeng yang ‘melakukannya’!

“Dueeh bikin pusing aja, kalau gini terus bisa khilaf aku!” gumam Satria senewen sendiri, lalu buru-buru kunci pintu kamarnya dan kembali konsentrasinya buyar, gara - gara ulah Ajeng tadi.

Akibatnya, tengah malam barulah dia bisa memejamkan mata.

***

Hari ini Satria kuliah pagi, pukul 8.00, sehingga dia memutuskan tak ikut sarapan, takut telat ke kampus, apalagi pelajaran pagi ini dosennya terkenal killer, telat 1 menit di larang masuk kelas.

Rumahnya Om-nya masih sepi, karena dia berangkat pukul 6.15 menitan, usai jalankan kewajibannya.

Setibanya di kampus, setelah satu setengah jam lebih berkutat di jalanan Jakarta yang makin macet saja padahal masih pagi, ia pun jalan dengan tergesa-gesa usai naruh motor di parkiran.

Satria masih sibuk menata pikirannya, dengan kerlingan dan ucapan Tante Vega yang begitu menggoda, sekaligus adegan tadi malam yang bikin dia terngiang-ngiang.

Ditambah lagi sikap Ajeng yang biki otaknya makin mumets, akibatnya dia tak konsentrasi saat berjalan.

Bukkkk….tanpa sengaja ia menabrak seorang mahasiswi berpostur tinggi padat dengan setelan basket.

Bukan si pebasket wanita itu yang terjengkang, tapi tubuh kurus Satria lah yang terhempas ke tanah, hingga tas nya jatuh dan berhamburan, sebab resleting tasnya lupa dia kancing.

“Hmm…meling kemana otak mau, sampai tubuhku yang segede gaban gini tak kamu lihat,” dengus mahasiswi yang ia tabrak ini kesal.

Tapi si wanita tinggi kokoh ini segera membantunya berdiri, keringatnya menetes, tubuhnya atletis—cukup membuat Satria terpaku, harum tubuhnya menyebar, hingga hidung Satria sesaat mekar.

Merasa canggung, Satria segera menjauh tanpa menyadari bahwa dompetnya terjatuh di lapangan.

Si gadis pebasket tadi memungut dompet tersebut dan hendak mengejarnya, tapi Satria keburu menghilang di kerumunan mahasiswa lainnya dan sebab ingin buru- buru masuk kelas.

Tapi kesialan Satria malah bertambah, baru saja hendak memasuki kelas, Satria menabrak tiga laki-laki berbadan besar, dorongan akibat tabrakan itu membuat Satria hampir kembali jatuh.

Salah satu pria langsung menarik kerahnya, merasa tersinggung dan mengancam Satria dengan suara rendah.

Satria yang sejak pagi sudah kebingungan dihadapkan lagi pada situasi yang membuat pertahanannya, baik mental maupun fisik serasa runtuh.

“M-maaf Bang…aku tadi terburu-buru mau masuk kelas,” kata Satria dengan suara pelan.

“Hei kurus, dengar baik-baik, lain kali kalau jalan lihat – lihat, atau aku patahkan kaki kamu itu, huhhh!”  bentaknya dengan suara mengguntur.

Setelah berkata begitu, dia hentakan tangannya, hingga Satria terdorong ke belakang dan hampir kena mahasiswa lainnya.

Kembali Satria buru-buru rangkapkan tangannya minta maaf.

Aslinya Satria bukanlah pengecut, di balik tubuh kurusnya dia pernah jawara pencak silat se Kabupaten tingkat SMP dan SMU.

Tapi Satria tahu diri, sebagai mahasiswa yang baru 2 bulan kuliah dan dari kampung pula, dia tak mau bikin masalah.

Namun di sini lah awalnya kenapa Satria justru akan menerima bully-bullyan lainnya. Apalagi ke 3 mahasiswa itu saling pandang dengan isyarat aneh.

Sampai di sini Satria masih belum nyadar, dompetnya terjatuh dan kini dipegang mahasiswi yang juga atlet basket di kampusnya.

**

Lanjut yaaa..

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terhimpit! Tante Tiri dan Pembantu Cantik   Bab 8: Gagal Maning

    Saat Tante Vega akan menarik celananya, tiba-tiba ada suara Ajeng yang memanggil nama Satria, kontan si tante ini berdiri dan…ngacir secepattnya dari kamar keponakan tirinya ini."Huhh sialan, ganggu kesenangan orang ajah!" masih terdengar gerutuan si tante ini.Tante Vea meninggalkan Satria yang hanya bisa terdiam, seakan masih terhipnotis dengan ulah nakal sang tante barusan.Ajeng sebenarnya tahu Tante Vega tadi diam - diam keluar dari kamar Satria, namun si ART ini pura-pura tak tahu saja, tapi senyum miterius terkembang di bibirnya.“Ehemm…ada yang nekat dengan si kurus tampan itu,” gumamnya tertawa sinis, hanya dia yang tahu arti tawa sinisnya itu.Jangankan Ajeng, Satria pun sampai lama termangu di kursi belajarnya, ini bak mimpi saja baginya, hampir saja miliknya di…lumat bibir merah tantenya, tapi di detik terakhir malah gagal maning.Tok..tok tok…!”Saat Satria menoleh, si denok Ajeng sudah berdiri di depan pintu kamarnya.“Maaf ganteng, nggak ganggu kan?” sapa Ajeng dengan

  • Terhimpit! Tante Tiri dan Pembantu Cantik   Bab 7: Sogokan Tante Vega

    "Makasih yaa sudah mau nemenin aku ke supermarket..."Setelah mobil SUV kompak itu sampai di parkiran kampus kembali, Berlina pun akhirnya bersuara, tatapannya yang cantik terlihat lesu.Satria geram, tak habis pikir ada laki-laki bodoh yang menyia-nyiakan wanita sekelas Berlina."Kak, kamu pasti akan dapat yang lebih baik dari laki-laki berengsek itu..."Setelah tersenyum tipis, tiba-tiba di dalam mobil ber-AC, Berlina membuka jaketnya. Kini ia hanya mengenakan tanktop putih ketat.Leher jenjangnya dan dadanya yang putih seketika terlihat jelas, apalagi saat ia mengangkat tangan, memperlihatkan ketiaknya yang mulus tak bercela.Kalamenjing Satria sontak bergerak naik dan turun."Boleh aku peluk? Sebagai ucapan makasih dan tanda pertemanan...?"Tenggorokan Satria kering, pe–peluk katanya?!Belum sempat ia menjawab, Berlina sudah bergerak cepat.Bruk!Tubuh Satria yang kaku dipeluk erat. Campuran aroma parfum dan asam keringat tipis Berlina menghantam indranya. Apalagi sensasi gundukan

  • Terhimpit! Tante Tiri dan Pembantu Cantik   Bab 6: Tak Sengaja Lihat Tante Vega dan Seorang Pemuda

    Satria makan dengan lahap, dia memang belum sarapan, karena tadi pagi langsung ke kampus. Sehingga selesai perkuliahan dia langsung ke kantin kampus isi perut.Saat akan membayar dan mencari-cari dompetnya di tas, bingung dan kagetlah Satria, dompetnya tak ada.“Aduuh di mana dompetku?” batinnya bingung sendiri.Paniklah Satria, bingung bagaimana bayar makanan dan pastinya surat – surat berharga miliknya, seperti SIM dan STNK di dompet itu, di tambah KTP dan kartu mahasiswa, pastinya uang miliknya ada di dompet yang hilang tersebut.Satria pun menyesali diri, kenapa dompet ia taruh di tas, harusnya di saku celana belakang miliknya.“Kamu cari ini ya…?” tiba – tiba di depannya sudah duduk seorang mahasiswa cantik berbody atletis dan di tangannya memegang dompet miliknya.“Eh iya, itu dompet aku, kok ada pada kamu??!” seru Satria terkejut.“Hemm…lupa yaa, pagi tadi kamu nabrak aku?” si wanita ini balik menembak Satria.“Astagaa…a-aku minta maaf, tadi pagi jalan sangat terburu – buru, ta

  • Terhimpit! Tante Tiri dan Pembantu Cantik   Bab 5: Hari yang Apes

    “Lagi belajar apa sih, serius amat…!”Entah disengaja atau tidak, Ajeng sengaja jongkok sambil melihat laptop Satria, sehingga dasternya yang agak longgar memperlihatkan isinya yang bikin mata Satria mau tak mau melirik juga. “Alamak…” batin pemuda ini, kalamenjingnya mulai bergerak tak beraturan.Dari pandangannya, ia melihat dengan utuh bagian atas tubuh molek milik Ajeng yang… Satria sendiri tak mampu berkata-kata!Walaupun selama ini sering bercengkrama, tapi gara – gara ngintip tadi sore, pikiran Satria mulai konslet juga.Dia pun mulai perhatikan tubuh Ajeng yang baginya sangatlah menggiurkan. Apalagi saat dekat begini, aroma Ajeng sungguhlah sangat menggoda.“La-lagi…nyangkul…eh maksudnya belajar, eh ngulang pelajaran tadi siang Ka?” jawaban Satria yang terbata-bata bikin Ajeng menahan tawa.“Kok gugup gitu sih, hayo mikir apa sih?” goda Ajeng, sampai dengus nafasnya terasa di pipi Satria.“A–anu…” lidah Satria kelu, bicara dekat begini, di tambah ngintip Ajeng dan Om Brata s

  • Terhimpit! Tante Tiri dan Pembantu Cantik   Bab 4: Bingung Sendiri

    Tok…tok…tok!“Satria, kamu sudah pulang ya dari kampus?” terdengar suara dari Ajeng dari luar kamarnya, Satria dengan malas-malasan membuka dan si ART bertubuh penuh ini sudah berdiri di depan pintu kamarnya.“Baru bangun tidur yaa?”“Iya ka Ajeng, aku tadi di kampus kurang enak badan, makanya setelah pulang langsung bobok,” kata Satria berbohong pastinya.“Hmm…gitukah?” Ajeng yang masih basah rambutnya terlihat sangsi dengan jawaban anak muda kurus ini, tapi saat menatap mata Satria yang agak merah, Ajeng pun percaya.“Kamu….eee..ya..ya udahlah, aku mau beres-beres dulu,” sahut Ajeng lagi dan dengan lenggang kangkung perlihatkan pinggulnya yang tak kalah aduhainya dengan milik Tante Vega, si ART ini pun berlalu dari hadapan Satria.“Amboii…pinggul itulah yang goyang koplo Om aku,” batin Satria menahan tawa.Kini sebuah rahasia besar sudah dia ketahui di rumah ini, Om Brata sepupu ayahnya yang mantan tentara, tapi kini berkarir di pemerintahan, diam – diam memiliki skandal dengan…Ajen

  • Terhimpit! Tante Tiri dan Pembantu Cantik   Bab 3: Ajeng si ART

    “Ehemmm…!” tegur Tante Vega.“Aiiihhh…ada nyonyah besar, duehh sampe kagak lihat, gara-gara si mas ganteng bertubuh ceking ini he-he-he!” wanita muda cantik bertubuh penuh ini kontan merubah sikapnya, dia adalah Ajeng, ART di rumah ini.Sejak Satria tinggal di sini, dia memang sering berinteraksi dengan Ajeng dan mereka biasanya bercanda.Candaannya mereka malah kadang nakal, tapi hanya sebatas di mulut, Satria mana berani menjurus ke hal–hal yang aneh.Ia masih ingat pesan ayahnya, sebelum dia pamit kuliah di Jakarta agar jaga sikap dan kelakuan.“Ingat jangan nakal, ayah tahu kelakuanmu di desa ini, suka banget ngintip, apalagi kalau ada penganten baru dengan teman – temanmu itu, malah sampai pernah berurusan dengan RT segala, jangan ulangi kelakuan itu, memalukan bagi keluarga kita. Biarpun miskin begini kita ini keturunan darah biru Satria, makanya nama kamu itu Satria…!”Itulah pesan ayahnya yang tentu saja di ingat betul oleh Satria. Namun ia tak tahu, darah biru kerajaan mana,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status