Share

253

Penulis: Melyana_Arum
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-03 08:52:46

Matahari mulai meredup di ufuk barat.

Langit jingga menyelimuti atap kampus, menandakan kegiatan hari itu hampir berakhir.

Namun, suasana di ruang BEM masih sibuk suara ketikan laptop, percakapan ringan, dan langkah para panitia yang bolak-balik membawa berkas.

Ezra duduk di meja kerjanya, menatap layar laptop tanpa benar-benar membaca apa pun.

Kepalanya penuh oleh satu hal: Aruna.

Sejak tadi siang ia tak melihat gadis itu lagi.

Padahal biasanya, setelah sesi kegiatan selesai, Aruna akan menunggu sebentar bersama Nadia dan Raska untuk sekadar berbicara ringan.

Tapi kali ini, tak ada bayangan Aruna sama sekali.

Ia menoleh ke arah Raska yang sedang merapikan file kegiatan.

“Ras, kamu lihat Aruna gak?” tanyanya pelan, tapi terdengar cemas.

Raska menatap sebentar, lalu menggeleng. “Tadi pagi sempat lihat di aula, tapi siang… gak lagi. Emangnya kenapa?”

Ezra menatap layar laptopnya kosong.

“Tadi aku denger dari pani
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   255

    Ruang itu masih setengah kosong.Beberapa panitia baru datang, menyalakan laptop dan menata berkas.Ezra berjalan masuk tanpa banyak bicara. Ia langsung menuju meja administrasi panitia — tempat biasanya semua laporan kegiatan dan daftar kehadiran dikumpulkan.Raska, yang sedang duduk di dekat pintu, mengangkat alis.“Pagi-pagi udah kayak detektif, Bro.”Ezra hanya melirik sekilas sambil membuka tumpukan map berlabel Laporan Harian Maba.“Aku cuma mau cek sesuatu.”Raska menutup laptopnya, berdiri, lalu mendekat.“Ini tentang Aruna lagi, ya?”Ezra menatapnya sebentar, lalu mengangguk.“Semua gosip yang nyebar itu terlalu rapi, Ras. Ada waktu dan alur yang jelas. Gosip muncul setelah laporan kedisiplinan Aruna dicatat bermasalah.Dan laporan itu cuma bisa diakses panitia inti.”Raska bersiul pelan. “Artinya…”“Ya,” potong Ezra, matanya menajam. “Julia gak kerja sendirian.”Ia membalik beberapa lemba

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   254

    Malam itu langit tampak sunyi.Bulan separuh menggantung di antara awan tipis, dan suara jangkrik terdengar lirih di halaman rumah keluarga Kaisar.Lampu teras menyala lembut, memberi cahaya kekuningan yang menenangkan—tapi tidak bagi Ezra.Mobil hitamnya berhenti perlahan di depan pagar rumah itu.Ia duduk sejenak, menggenggam setir erat-erat.Dalam dadanya, perasaan campur aduk: marah, khawatir, dan sedikit takut.Bukan takut pada apa yang akan dia hadapi, tapi pada kemungkinan bahwa Aruna benar-benar terluka oleh sesuatu yang tidak bisa ia kendalikan.Ia menarik napas panjang, lalu turun dari mobil.Langkahnya berat tapi pasti.Pintu dibuka oleh Aurea.Wajah kakak perempuan Aruna itu tampak lelah, tapi tetap sopan.“Oh, Ezra.” Suaranya lembut namun kaget. “Kamu datang malam-malam begini?”Ezra menunduk sedikit sebagai bentuk sopan santun.“Maaf ganggu, Kak. Aku cuma mau pastiin Aruna baik-baik aja. Aku dengar

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   253

    Matahari mulai meredup di ufuk barat.Langit jingga menyelimuti atap kampus, menandakan kegiatan hari itu hampir berakhir.Namun, suasana di ruang BEM masih sibuk suara ketikan laptop, percakapan ringan, dan langkah para panitia yang bolak-balik membawa berkas.Ezra duduk di meja kerjanya, menatap layar laptop tanpa benar-benar membaca apa pun.Kepalanya penuh oleh satu hal: Aruna.Sejak tadi siang ia tak melihat gadis itu lagi.Padahal biasanya, setelah sesi kegiatan selesai, Aruna akan menunggu sebentar bersama Nadia dan Raska untuk sekadar berbicara ringan.Tapi kali ini, tak ada bayangan Aruna sama sekali.Ia menoleh ke arah Raska yang sedang merapikan file kegiatan.“Ras, kamu lihat Aruna gak?” tanyanya pelan, tapi terdengar cemas.Raska menatap sebentar, lalu menggeleng. “Tadi pagi sempat lihat di aula, tapi siang… gak lagi. Emangnya kenapa?”Ezra menatap layar laptopnya kosong.“Tadi aku denger dari pani

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   252

    Pagi itu udara kampus terasa lebih dingin dari biasanya.Langit berwarna abu-abu muda, seolah menandakan sesuatu yang berat sedang menunggu.Aruna datang sedikit lebih awal dari waktu briefing. Ia menunduk sepanjang jalan, langkahnya hati-hati, pandangannya hanya tertuju pada ujung sepatu putihnya.Bisikan-bisikan halus mulai terdengar lagi begitu ia melewati gerbang fakultas.“Itu Aruna ya?”“Iya, yang deket sama Kak Ezra itu kan?”“Katanya dia sengaja pingsan biar diperhatiin.”“Seriusan? Ih, tega banget sih, padahal Ezra udah sibuk banget…”Setiap kata seperti duri kecil yang menusuk perlahan ke dalam pikirannya.Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba tak peduli — tapi matanya berkaca-kaca.Begitu sampai di meja registrasi panitia, Dito — salah satu panitia yang kemarin diarahkan Julia — menyapanya dengan nada datar.“Pagi, Aruna. Kamu kemarin nggak submit laporan kegiatan ya?”Aruna mengerutkan dahi, bingung. “Laporan kegiatan?”“Iya. Semua peserta bimbingan wajib submit laporan ha

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   251

    Langkah Aruna cepat dan berat.Ia menuruni tangga gedung fakultas tanpa arah pasti, hanya ingin menjauh dari aula yang terasa terlalu sesak oleh tatapan dan bisikan.Lorong di sisi utara gedung itu sepi dingin, hanya diterangi cahaya matahari yang menembus jendela panjang.Ia berhenti di sana.Menunduk, memegangi dada, mencoba bernapas.Namun, semakin ia mencoba tenang, semakin sesak rasanya dada itu.“Aku nggak kuat lagi…” bisiknya parau, suaranya nyaris hilang.“Aku nggak tahu kenapa semua orang benci aku. Aku cuma—”Kalimat itu menggantung di udara ketika suara langkah kaki terdengar dari ujung lorong.Aruna menegakkan kepala pelan.Ezra.Ia berjalan cepat ke arahnya, napasnya sedikit memburu. Tatapan matanya cemas, tapi juga penuh ketegasan yang menenangkan.“Aruna—”“Jangan dekat aku!” potong Aruna tiba-tiba. Suaranya meninggi, bergetar.Ezra terdiam di tempat.Aruna mundur satu langkah, matanya basah, suaranya pecah.“Setiap kali kamu deket, semuanya makin parah, Ezra!”Ia menat

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   250

    Matahari belum terlalu tinggi ketika Aruna melangkah pelan ke gerbang kampus.Tasnya disampirkan di bahu kanan, dan wajahnya berusaha tampak tenang meski matanya masih sedikit bengkak karena menangis semalaman.Langkahnya lambat, seolah setiap tapak membawanya menuju medan perang yang tak terlihat.Suara obrolan mahasiswa mulai terdengar dari segala arah — bukan lagi ramah seperti sebelumnya, tapi dipenuhi nada bisik dan lirikan.“Itu dia, Aruna.”“Kamu liat nggak, dia jalan bareng Kak Ezra kemarin sore.”“Ih, nggak tahu malu banget.”“Kasihan Kak Julia, dia udah kayak bayangin Ezra itu milik dia aja.”Aruna menunduk.Ia mencoba tersenyum kecil ketika beberapa panitia menatapnya, tapi yang ia dapat hanya tatapan dingin dan canggung.Bahkan beberapa teman kelompok yang kemarin sempat membelanya kini ikut diam — takut terseret dalam pusaran gosip.Setiap langkah Aruna seperti melalui jalan yang dipenuhi kaca: pelan, menyakitkan, tapi ia tak punya pilihan selain terus maju.Di aula utama

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status