Kaisar menggandeng tangan Narumi, meninggalkan anak-anak sementara bersama pengasuh dan Dewa yang ikut mengawal.
Mereka tiba di sebuah rumah tua setengah roboh di tengah hutan pesisir.“Di sinilah aku dititipkan oleh seseorang… setelah aku diculik dari keluarga kandungku,” kata Kaisar.Narumi menggenggam tangannya erat. Ia melihat dinding-dinding yang penuh ukiran kuno, kalender tua dari tahun 1996, dan di pojok ruangan, ada kotak besi kecil yang tersembunyi di balik lantai kayu berlubang.Kaisar menatap kotak itu lama. “Aku baru menemukannya setelah ayah angkatku meninggal.”Kotak itu ternyata berisi,Surat dengan cap organisasi asing, Foto seorang perempuan muda — mirip Narumi, tapi dengan luka bakar di pelipis kiri. Sebuah akta lahir… dengan nama “Arsya Kaisar Arundra”, Tempat lahir: “Kamp Medis Ashana, Perbatasan Selatan.”Narumi membuka surat itu dengan tangan bergetar. Kaisar menahan napas saat membacanya.“Aku udah maafin semua, Kenzo. Tapi ternyata... masa laluku belum selesai maafin aku.”– NadiyaHanya seminggu setelah malam mereka saling menyelipkan surat—saling menjawab dalam sunyi yang penuh makna—cinta Kenzo dan Nadiya tampak seperti sedang tumbuh dalam damai. Namun, kedamaian itu ternyata adalah mata air yang mengalir di atas batu tajam yang selama ini tersembunyi.Malam itu, Kenzo mengantar Nadiya pulang seusai kelas tambahan fotografi. Mereka tertawa, membicarakan hal sepele, hingga Nadiya tampak melirik jam dengan gelisah.“Kenapa?” tanya Kenzo.“Jam segini... dia biasanya muncul.”“Dia?”Sebelum sempat menjawab, motor tua dengan knalpot bising berhenti mendadak di ujung jalan kecil. Dari balik helm gelapnya, seorang pria bertubuh kurus menatap tajam ke arah Nadiya. Wajah Kenzo mengeras.“Jangan bilang itu...”“Rafi,” gumam Nadiya, suaranya nyaris tak terdengar.Rafi bukan sekada
Aku sering merasa rusak. Bukan karena luka fisik, tapi karena bagian dalamku seperti pecahan kaca tajam, dingin, dan pantulan masa lalu itu… menyakitkan.Kenzo gak pernah pakai kata-kata besar. Dia gak maksa aku ngomong, gak minta aku jelaskan kenapa aku tiba-tiba diam tiga hari, atau kenapa aku nangis di kamar mandi hanya karena dengar lagu lama.Tapi entah bagaimana, dia selalu ada.Duduk. Diam. Bernapas bersamaku.Dan aku mulai menyadari…Dia mendengarkan bahkan saat aku tak berkata apa pun.Suatu sore, aku pulang lebih dulu dari terapi. Aku tahu dia pasti di taman belakang, tempat favoritnya baca komik lama.Aku buat teh lemon panas. Dia benci lemon. Tapi aku tambahkan madu karena dia selalu bilang, "yang pahit tetap bisa jadi manis kalau kita tahu caranya."Saat dia masuk ke ruang belakang, aku geser gelas itu ke arahnya tanpa berkata apa-apa.Dia hanya tersenyum kecil… lalu menatapku.“Lemon ya?”“A
Sejak kecil, Nadiya selalu merasa aneh dengan mimpi-mimpinya.Ia sering bermimpi berada di ruang putih tanpa pintu, ada suara-suara yang tidak punya wajah, menyebut angka:“Subjek Tujuh. Stabilitas emosional belum sempurna.”“Coba lagi siklus R-02. Jangan bangunkan dia terlalu cepat.”Kini, mimpi itu bukan sekadar mimpi.Itu memori. Memori masa bayi. Di bawah pengawasan Umbra.Hari-hari berikutnya, Nadiya mulai mengalami dissociative flashbacks.Wajahnya sendiri di cermin seperti asing. Bahkan saat bersentuhan dengan Dara atau Kenzo, ia merasa bukan sebagai ‘Nadiya’, tapi seolah ia hanya mengamati dari luar tubuh.“Apakah aku hanya hasil rekayasa genetik yang ditanam dengan emosi palsu?”“Apakah kasih sayang Dara dan Kenzo… hanya reaksi terhadap cerita, bukan aku sebagai individu?”Dara diam-diam mengambil sampel rambut Nadiya dan mengirimnya ke tim ICE-Net.Hasilnya tak terbantahkan:Genom Nadiya dim
Sudah berminggu-minggu sejak penangkapan Adi Kumara. Tapi Dara tahu, sesuatu masih menggantung di udara—tatapan Adi Kumara terakhir pada Nadiya, bisikan samar itu: “Kau hanya menyentuh permukaan…” Dara bukan hanya seorang seniman mural dan aktivis sosial. Ia juga mantan field liaison untuk organisasi nirlaba internasional yang fokus pada penyelamatan korban sindikat manusia. Dan Umbra—nama itu pernah ia dengar, bertahun-tahun lalu, dalam briefing intelijen di Belanda. Jaringan gelap yang menyaru sebagai yayasan-yayasan amal, bergerak di belakang skema adopsi ilegal, pencucian uang, dan prostitusi kelas elit. Dara memutuskan satu hal, Dia harus kembali ke jaringan lamanya. Dara menghubungi kontak lamanya di jaringan ICE-Net (International Civilian Extraction Network), seseorang yang hanya ia panggil "L"
Dara, teman masa kecil Kenzo, kembali ke hidupnya setelah lima tahun menghilang tanpa jejak. Ia datang saat Kenzo baru membangun Titik-Nol Studio. Dengan ransel kumal dan mata penuh luka, ia berkata, “Aku ke sini bukan untuk nostalgia. Aku ke sini karena aku butuh ruang yang tak menghakimi.”Kenzo membiarkannya masuk.Mereka seperti tak pernah terpisah kode-kode kecil, bahasa tubuh, kenangan masa remaja yang menggantung di antara tumpukan rak buku dan lembaran sketsa digital. Tapi Dara menyimpan trauma yang belum sembuh. Tentang ayahnya. Tentang kota yang dulu membungkam suaranya.Kenzo bersikap sabar. Namun rasa itu tumbuh terlalu liar, di antara kopi pagi dan kerja lembur malam.Nadiya adalah jiwa jalanan yang diselamatkan Kenzo dari copet saat remaja. Mereka berteman sejak itu. Tanpa pamrih, tanpa tuntutan. Ia tahu semua sisi Kenzo yang canggung, yang marah, yang lelah, dan yang rapuh.Ia tak pernah mengklaim cinta. Tapi semua orang bi
Kenzo Dewangga. Nama yang besar. Wajah yang tak pernah tersenyum sepenuhnya. Dan status sebagai putra sulung Kaisar dan Narumi bukanlah anugerah, tapi beban. Di sekolah elit tempatnya belajar—yang diam-diam dikuasai para pewaris bisnis dan politik ternama—Kenzo justru jadi target. Bukan karena dia lemah, tapi karena dia tidak mau tunduk. Kenzo menolak bergabung dalam klub kekuasaan siswa, menolak memihak salah satu fraksi, dan lebih sering ditemukan di perpustakaan belakang, membaca buku filsafat atau menulis puisi yang tak pernah dipublikasikan. Dan itulah saat Dara muncul lagi. "Kenapa kamu selalu menghindar dari semua orang?" "Karena mereka semua nggak benar-benar melihat aku." Kenzo dan Dara mulai dekat. Tapi hubungan mereka diuji keras. Kenzo terjebak antara dua api. Pihak sekolah yang ingin menjadikannya ikon promosi demi sponsor, Geng siswa e