Share

Lalu, Apa Yang Kamu Lakukan?

Author: Mr.Dopamine
last update Last Updated: 2024-07-17 10:19:36

"Selamat atas pernikahanmu," Juan mengulurkan tangan yang diabaikan Luna begitu saja. Mendadak Luna merasa muak melihat Juan. Apa yang dulu membuatnya jatuh cinta kepada Juan? Ah! Tentu saja mulut manisnya yang membuatnya akhirnya terperdaya.

"Ck! Kamu pengantin terburuk yang pernah kulihat. Wajahmu terlihat seperti badut," Ana tersenyum meremehkan.

Luna tidak menyangka bahwa pasangan penghianat itu masih berani menghampiri dirinya ketika sedang menunggu mobil milik Bian yang akan menjemputnya.

Ana menarik tangan Luna dan meletakkannya di perutnya. "Kamu merasakannya? Ya, ada benih Juan di sini. Kami akan memiliki anak."

Luna menarik tangannya dari perut Ana, “Kamu hanya mendapatkan pria bekas, jadi aku tidak perduli”

Ana tersenyum kecut mendengar jawaban Luna, " Setidaknya aku menikah dengan pria yang aku cintai. Bukan dengan seorang pria kejam!" Luna tidak berkomentar, tidak ingin membuang waktu melakukan pembelaan. Disaat Ana baru saja hendak menghina Luna lagi. Suara Bian menghentikan keduanya.

"Peringatan pertama dan terakhir. Jangan mengusik sesuatu yang menjadi milikku jika kalian masih ingin hidup tenang."

***

Setelah satu jam perjalanan. Luna kini sampai di rumah Bian. Sebuah mansion mewah bergaya klasik yang berdiri megah di tengah-tengah halaman yang luas. Bangunan itu memiliki pilar-pilar tinggi yang menjulang di depan, memberikan kesan megah dan elegan. Jendela-jendela besar dengan hiasan kerai yang indah menghiasi fasad, memancarkan aura kemewahan yang tak terbantahkan.

Bian menundukkan kepala sedikit, mendekatkan wajahnya ke arah Luna, dan berbisik dengan suara rendah, "Selamat datang di rumahmu yang baru, Luna. Aku harap kamu merasa nyaman... dan siap melayani setiap kebutuhanku." Luna merasakan desiran dingin menjalar di punggungnya.

Ucapan Bian terdengar memiliki ancaman terselubung di balik kata-katanya. Luna menatap Bian dengan tatapan datar, mencoba menunjukkan bahwa dia tidak takut, meskipun dalam hatinya ada ketidakpastian yang besar.

Bian tersenyum tipis, sudut bibirnya terangkat, dan mata yang tajam menatapnya penuh makna.

"Mulai sekarang ini adalah rumah barumu."

Sebelum Luna berkomentar, pintu sudah dibuka. Nathan membimbingnya masuk ke dalam rumah.

"Apa pun yang terjadi, Anda tidak diperkenankan naik ke lantai dua." Peringatan tiba-tiba itu membuat Luna langsung menoleh pada Nathan yang terlihat kaku tanpa ekspresi.

“Silahkan." Nathan membuka pintu, memperlihatkan sebuah ruangan yang tidak kalah megah dari bagian rumah lainnya. Kamar itu sangat luas, dengan langit-langit tinggi yang dihiasi ukiran klasik dan lampu gantung kristal yang berkilau, memancarkan cahaya lembut di seluruh ruangan. Di tengah kamar, terdapat tempat tidur king size dengan empat tiang kayu jati yang kokoh, dilengkapi dengan kelambu sutra putih yang menggantung indah dan berkualitas tinggi. Apa yang Luna lihat membuatnya gelisah.

Gelisah dan gugup tentang malam yang akan ia dan Bian dan lewati. Tiba – tiba pintu diketuk dan seorang gadis muda berpakaian pelayan muncul dari balik pintu.

"Saya datang mengantar pakaian Anda, Nyonya."

"Panggil saja Luna, tidak usah bersikap formal begitu."

"Tidak bisa Nyonya, atau kami akan dihukum karena telah bersikap kurang ajar. Nonya, Tuan Bian memintamu untuk mandi. Ia akan datang sebentar lagi dan tentunya Tuan tidak ingin menunggu." Pelayan tersebut menaruh pakaian di atas ranjang, Luna tidak menggubris hal itu. Dia terlalu tegang setelah melihat ranjang mewah di hadapannya. "Jika ada sesuatu yang Nyoya inginkan, tinggal menekan bel yang ada di sana." Pelayan menunjuk tombol yang menempel di dinding di dekat ranjang, lalu meninggalkan Luna.

"Nathan atau pelayan tidak mengatakan padamu bahwa aku tidak suka menunggu?" Luna berjengkit kaget. Dia berbalik dan menemukan Bian sudah ada di dalam kamar. Kapan pria itu masuk? Luna tidak mendengarnya sama sekali.

"Mereka mengatakannya dengan sangat jelas." Luna menatap Bian dengan cemas.

"Lalu apa yang kamu lakukan? Apa kamu sedang menungguku untuk mandi bersama?” Bian mengatakan itu dengan nada kesal, namun ucapannya malah membuat imajinasi Luna  berfantasi liar tentang malam intim yang mungkin akan mereka lewati. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Putri Nuriasari
peringatan dr bian bikin meleleh, tp masih terlalu pagi kalo menyangka bian jatuh hati ke Luna .. eemmm
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terikat Pernikahan Dengan CEO Dingin   Happy Ending

    Tepuk tangan kembali menggema, kali ini lebih meriah. Luna menatap Bian dengan mata berkaca-kaca, tidak mampu berkata apa-apa selain tersenyum. Ia mengambil mikrofon kecil yang disodorkan salah satu tamu, mencoba menguasai dirinya."Terima kasih, Mas Bian," katanya, suaranya sedikit bergetar tetapi tetap penuh ketulusan. "Kamu selalu tahu bagaimana caranya membuatku merasa istimewa. Aku tidak pernah meminta apa-apa selain cinta darimu, dan kamu memberiku lebih dari itu. Kamu memberiku keluarga, kebahagiaan, dan cinta yang tak pernah habis. Aku juga mencintaimu, lebih dari apa yang bisa aku ungkapkan dengan kata-kata."Seketika suasana terasa semakin emosional. Beberapa tamu bahkan terlihat menyeka air mata mereka, terharu oleh keintiman yang mereka saksikan. Dengan senyuman yang tak pernah lepas dari wajahnya, Bian menggenggam tangan Luna lebih erat. "Ayo kita potong kuenya," katanya, membawa mereka kembali ke momen yang lebih santai.Setelah mereka memotong kue bersama, suasana berub

  • Terikat Pernikahan Dengan CEO Dingin   Kamu Lah Takdirku

    Luna terus menelusuri setiap halaman buku jurnal yang diberikan Bian kemarin. Tulisan tangan suaminya terasa seperti suara dari hatinya sendiri, mengalir dengan kejujuran dan kerinduan yang tak terbendung. Setiap kata menggambarkan perjalanan emosional seorang pria yang berusaha keras mencari istri yang hilang, menanggung penyesalan yang mendalam atas kegagalannya selama setahun penuh. Air mata membasahi pipinya, tetapi senyumnya tetap bertahan. Ini bukan tangisan sedih; ini adalah tangisan karena cinta yang begitu nyata, begitu tulus.Ketika pintu kamar mereka terbuka, Luna mendongak, mendapati sosok Bian berdiri di sana. Cahaya dari luar ruangan menyinari pria itu, menegaskan aura ketenangan yang selalu menyelimutinya. "Hei, aku memberikan jurnal ini bukan untuk membuatmu menangis, Sayang," ujarnya, melangkah masuk dan langsung duduk di depannya. Dengan lembut, ia mengusap pipi Luna, menghapus jejak air mata yang masih tersisa. Sentuhan itu bukan hanya lembut, tetapi juga penuh ci

  • Terikat Pernikahan Dengan CEO Dingin   Bahagia Selamanya

    “Sikapmu mencurigakan!” Luna tertawa ringan saat ia memukul lembut dada suaminya, namun segera menyerah dalam pelukannya. Dekapan Bian selalu berhasil meredakan segala kekhawatiran yang memenuhi pikirannya. Hangat, nyaman—seolah seluruh dunia berhenti berputar, memberikan mereka momen yang hanya milik mereka berdua. Luna menyandarkan kepalanya di dada Bian, merasakan detak jantungnya yang stabil, menenangkan. Tidak ada tempat ternyaman selain berada di sisinya, seolah Bian adalah oksigen yang ia butuhkan untuk bertahan hidup. Membayangkan hidup tanpa pria itu terasa tak mungkin lagi, dan setiap kali ada keraguan yang muncul, ia segera tenggelamkan dalam ketenangan pelukannya.“Kamu tahu aku mencintaimu,” bisik Bian di telinga Luna, suaranya rendah namun penuh keyakinan, mengirimkan getaran lembut yang langsung menusuk ke dalam hati Luna. Bian tidak perlu bersuara keras untuk menunjukkan betapa ia sangat menyayangi istrinya—bisikan itu saja sudah cukup untuk mengukir janji tanpa kata-

  • Terikat Pernikahan Dengan CEO Dingin   Kamu Yang Terindah

    “Kita tidak bisa mencampuri hubungan mereka,” ucap Bian, suaranya tenang namun penuh ketegasan. Dia telah mendengar cerita sebenarnya dari Luna—bagaimana Julian tidak menyentuh Sarena sama sekali, bagaimana situasi rumit itu hanyalah bayang-bayang dari ketidakpastian. Tetapi justru karena dia mengetahui kebenarannya, Bian merasa tidak berhak mengambil peran dalam keputusan yang hanya bisa diambil oleh Sarena sendiri. Hatinya berat, namun ia tahu apa yang harus dilakukan.“Sarena sudah jauh lebih dewasa. Dia pasti bisa menyikapi semua ini,” lanjutnya, seolah kata-kata itu diucapkan untuk menenangkan diri sendiri lebih dari sekadar memberi penegasan kepada istrinya. Dia ingin yang terbaik untuk Sarena, tanpa intervensi yang malah akan mengaburkan pilihan yang sebenarnya. Tapi, sebagai kakak, ada kekhawatiran yang tak bisa sepenuhnya ditepiskan. Ia tahu apa yang telah dilewati Julian, dan sebentuk kasih yang tak terucap tumbuh di hatinya.“Biarkan dia yang mengambil keputusan, Luna.” D

  • Terikat Pernikahan Dengan CEO Dingin   Tentang Sarena

    “Mas…” panggilan lembut Luna meluncur, berusaha menuntut perhatian suaminya yang tengah tenggelam di depan layar laptop. Ada kelembutan sekaligus sedikit tuntutan dalam suaranya, seolah mengingatkan bahwa ia tidak suka diabaikan.Bian menoleh dengan cepat, menyadari bahwa istrinya menginginkan sesuatu lebih dari sekadar jawaban biasa. Senyuman manisnya muncul, memupus segala letih yang terasa. “Ya, Luna, ada apa? Kamu butuh sesuatu, Sayang?” tanyanya dengan nada penuh perhatian.Luna tersenyum kecil, meski seulas kekhawatiran berbayang di matanya. “Tidak, Mas. Aku hanya ingin berbincang.” Kata-katanya sederhana, tetapi tersirat sebuah keinginan untuk didengar dan dimengerti. “Mas sedang sibuk atau bagaimana?” Ia tak ingin mengganggu, tetapi ia juga membutuhkan suaminya untuk bersamanya, sepenuhnya.Bian menatapnya dengan tatapan lembut penuh kasih sayang, mendengar nada halus yang menyiratkan beban dalam kalimat Luna. Meski pekerjaannya belum selesai, ia tak akan pernah meninggalkan i

  • Terikat Pernikahan Dengan CEO Dingin   Julian Yang Malang

    Luna meremas tangan Sarena dengan lembut, mencoba meyakinkannya untuk terus bercerita. Tatapan penasaran yang dalam terpancar dari matanya, tak dapat disembunyikan oleh ekspresi tenangnya. “Lalu, apa sebenarnya masalahnya?” desaknya lagi, penuh rasa ingin tahu. Mengapa Sarena terlihat begitu sedih padahal ia dan Julian saling mencintai? Bukankah dua orang yang saling mencintai seharusnya menikah dan hidup bahagia?Namun, di dalam hatinya, Luna tahu bahwa pernyataannya itu tak sepenuhnya benar. Pernikahannya dengan Bian tidak dimulai dari cinta sejati; mereka menikah karena keputusan keluarga yang berujung pada pernikahan yang dipaksakan. Namun, seiring berjalannya waktu, cinta perlahan tumbuh di antara mereka. Takdir telah menenun kisah mereka dengan cara yang tak terduga, membawa mereka dari konflik menuju kedamaian, dari kecurigaan menjadi kepercayaan. Sekarang, mereka berada di tempat yang disebut dengan "akhir bahagia" – titik di mana cinta mereka telah melewati segala ujian."Aku

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status