Bagian 25
Makan bersama di resto pilihan Mas Sofyan yang letaknya hanya 2 kilometer dari bandara akhirnya selesai juga. Meski di awali dengan sedikit percik konflik akibat judul clickbait di media online Warta Nyata, suasana di antara keluarga besarku dan Mas Sofyan kini telah mencair. Awalnya, kami sudah hendak meninggalkan resto. Namun, tiba-tiba sebuah telepon dari tim kreatif Trens TV masuk ke ponsel. Aku bahkan hampir saja lupa dengan janji akan hadir ke acara mereka hari Rabu lusa.
“Sebentar semuanya. Ada telepon dari Trens TV,” kataku membuat semua orang mendadak menghentikan langkah. Mereka semua pun kembali duduk. Bahkan, adikku Shintya sempat menatap agak terkejut. Aku memang belum menceritakan perihal undangan televisi ini kepada mereka.
&ldq
Bagian 26 “Ng-nggak,” sahutku jujur agak gugup. Aku betul-betul tak mengenal perempuan cantik berpakaian serba branded ini. Pun, gadis muda fashionistas di sebelahnya. Siapa mereka? “Saya Tiffany Utama. Ini anak pertama saya, Rasya Utama. Kami yang melaporkan Adelia ke polisi.” Wanita cantik dengan wajah super mulus itu menjabat tanganku. Terasa halus telapak tangannya. Kilauan cincin berlian yang dia kenakan di jemari manis tangan kanannya tersebut sudah sangat menjelaskan bahwa dia bukanlah sembarang orang. “Masyaallah!” ucapku spontan. Aku tak menduga bahwa perempuan baik hati inilah yang semakin membukakan jalan lebar bagiku untuk mendapatkan keadilan. Lewat bantuan tangannya jugalah, Adelia dan Mas Faisal semakin terpuruk di
Bagian 27 Telepon dari Ummi kutolak. Tak sudi bagiku untuk mengangkatnya. Aku lekas menghadap ke arah Bu Tiffany dan tersenyum kecil. “Silakan diangkat saja dulu, Mbak Karmila,” ujarnya. “Nggak, Bu. Telepon tidak penting,” sahutku. “Oh. Jadi gimana, Mbak? Setuju, kan, naik pesawat dengan kami besok?” Bu Tiffany malah mengulangi pertanyaannya. Membuatku lagi-lagi dilanda deg-degan. Masa iya, harus naik business class segala? Ponselku malah bergetar lagi. Kutengok, Ummi lagi-lagi memanggil. Cepat ku-rejec
Bagian 28 “Ya Allah, ini baju segini banyak untuk apa?!” Aku histeris melihat tumpukan belanjaan yang harus dibawa pakai troli segala tersebut. Eh, Mas Sofyan yang tengah sibuk memilihkan Syifa gaun, malah tertawa. “Santai aja, Mil. Ini nggak cuma buat Syifa, kok. Aku juga beli kaus sama celana kolor buat di rumah. Aku beli kaus oblong banyak juga untuk anak-anak Bi Dilah.” Mendengar jawaban Mas Sofyan, sesaat aku terperangah. Sedikit malu karena sudah ke-GR-an. Eh, ternyata dia belanja juga. Syukurlah, benakku. “Oh, syukur kalau begitu. Kirain Syifa main nyomot aja,” ucapku seraya menarik pelan tangan Syifa. 
Bagian 29 “S-saya … janji. Tidak akan mengulangi semuanya … l-la-gi.” Terbata-bata Adelia berucap. Janji tinggal janji semata. Semua wartawan di depannya malah semakin menggila saja. Serbuan cemooh dari mulut mereka terdengar hingga ke televisi. “Halah! Janjimu busuk, Del!” umpat Shintya geram. “Paling-paling, kalau keluar dari sel dia ngulah lagi!” timpal Bi Dilah. “Sudahlah. Kita doakan saja yang terbaik.” Mama, seperti biasa akan menenangkan kami agar tak berkomentar terlalu berlebihan. Namun, kegeraman kami tetap saja membara. Apalagi aku. Mulutku memang hanya diam, tapi sedari tadi kedua tanganku saling meremas kuat saking kes
Bagian 30 Kami semua berkumpul pagi-pagi sekali di ruang makan. Hidangan sudah siap sedia oleh tangan Bi Dilah yang cekatan. Aku dan Shintya juga ikut menemani beliau memasak sejak Subuh buta. Sengaja kami awal sekali bangun serta bersiap-siap sebab pukul 09.45 pagi pesawat kami sudah take off. Sementara pukul 07.30 ada waktu minimal untuk check in di bandara. Sekarang masih pukul 05.15 dan siap buat mengisi perut sebelum naik taksi ke bandara. Suasana di ruang makan masih agak tegang. Antara aku dan Mama, pastinya. Sejak kejadian tadi malam, aku belum juga teguran dengan beliau. Beliau yang lebih duluan cuek sekaligus mendiamiku. Aku pun belum mau juga mengajaknya berbicara. Bukan apa-apa. Aku masih agak jengkel. Sebab, kurasa bukanlah sebuah salah besar yang kuperbuat tadi malam. Aku masih agak keberatan dengan sikap Mama yang memarahi
Bagian 31Wartawan yang lain pun langsung menyerbu. Mereka semakin membabi buta bertanya. Namun, Mas Sofyan langsung menarik lenganku. Pria itu mengajak kami untuk menerobos kerumunan. “Maaf ya, semuanya. Kami harus beristirahat dulu. Besok kita ketemu lagi di Trens TV, ya,” ucap Mas Sofyan sopan sambil melambaikan tangannya ke depan para wartawan. “Mas, satu pertanyaan lagi. Kalau dibilang pebinor, Mas terima tidak? Soalnya, kan, Ibu Karmila masih bersuami.” Ya Allah, pertanyaan dari wartawan pria yang mengacung-acungkan kamera ponselnya tersebut membuatku sakit hati luar biasa. Akan tetapi, kami tak menggubrisnya. Aku terus berjalan dengan posisi tangan kiri yang menggandeng Syifa, sedang tangan kananku digandeng oleh Mas Sofyan. Ka
Bagian 32POV Author “Yak, jumpa kembali dalam Curahan Hati Wanita, Nggak Pake Rahsia-rahasiaan. Ahh!” Feni Melati selaku pembawa acara reality show CHW bangkit dari sofanya sambil membuat gerakan bibir seperti mendesah. Memang begitu geriknya apabila usai mengucapkan slogan acara mereka. ‘Nggak Pake Rahasia-rahasiaan, aah!’ Wanita bertubuh langsing dengan rambut lurus sepundak itu lalu menatap kamera dengan pulasan senyum yang menawan. Presenter berusia 42 tahun dengan celana panjang berwarna putih dan blus lengan terompet warna magenta itu lalu mulai berceloteh manja. “Gimana keadaannya pagi ini Buibu dan Pakbapak yang masih setia menonton saluran kebanggaan Indonesia, Trens TV selalu dinanti? Baik-baik pastinya, ya. Nggak ker
Bagian 33POV Author Haru yang biru terbit dalam sepanjang acara CHW di Trens TV. Cerita yang dituturkan oleh Tiffany panjang lebar telah membuat berjuta pasang mata kaum hawa yang tengah menonton di layar kaca, menitikan air mata sedih. Tak sedikit juga dari mereka yang geram dan langsung menjadikannya perbincangan hangat di sosial media. Taggar bertuliskan #SaveTiffany pun trending nomor tiga di Twitter dalam waktu singkat. Padahal, acara CHW masih berlangsung. Sungguh, Trens TV memang tak salah memilih bintang tamu Usai Tiffany bercerita, kini giliran Karmila. Perempuan yang hari ini mengenakan hijab syari menutupi hingga perutnya tersebut mulai menuturkan awal mula kejadian. Dimulai dari Faisal yang pamit untuk pergi perjalanan dinas, hingga telepon dari sang mertua. Bahkan, tim CHW yang telah mengumpulkan bukti rekam