Ketiganya pulang menjelang sore. Ethan tertidur di gendongan Eloise. Charles menyambut kedatangan mereka di halaman depan. Eloise menuju kamar tidur lantai dua untuk menidurkan Ethan sementara Sebastian masih ngobrol dengan Charles saat memasukkan mobil di dalam garasi. "Aku berterima kasih padamu telah menjaga Eloise dan Ethan." Sebastian merujuk tentang kedatangan Lucas yang terang-terangan menemui Eloise. "Sudah menjadi tugasku menjaga putri dan cucuku. Aku tak ingin hanya karena masalah sepele bisa menyebabkan keretakan hubungan kalian. Dalam berumah tangga terjadi masalah itu hal biasa, yang terpenting pasangan bisa menekan egonya masing-masing."Sebastian mengangguk setuju. "Aku yang salah kali ini, Charles." Charles menepuk pundak Sebastian. "Kau pria yang baik. Aku senang Eloise mendapat suami sepertimu." Sebastian tersenyum singkat. Ia melihat ke arah Eloise yang masuk ke dalam garasi. "Aku sudah menidurkan Ethan. Aku akan memasak untuk makan malam." Charles mengikuti
Sebastian merengkuh pinggang Eloise setelah usai menyalurkannya hasratnya."Maaf, aku terburu-buru tadi, kau merasa tidak nyaman?" tanya Sebastian. Eloise menggeleng dengan senyum, menyusuri bibir Sebastian dengan telunjuknya, menikmati keindahan wajah suaminya. "Tidak, sama sekali tidak. Aku menikmatinya."Sebastian tersenyum lebar. "Aku belum pernah mengajakmu berbulan madu. Kau ingin bulan madu kemana, Sayang?"Eloise diam sejenak. Ia menggigit bibir bawah. Memikirkan sesuatu. "Entahlah, bagiku selama bersamamu, dimanapun tempat nya, akan menjadi bulan madu setiap hari."Sebastian mengecup bibir Eloise sekilas. Ia tiba-tiba teringat tentang masalah yang ingin di bahas nya dengan Eloise. "Aku berencana merenovasi kembali tokomu, bagaimana menurutmu?"Eloise tampak enggan. "Aku masih trauma dengan malam kebakaran itu, Sayang. Sebaiknya kita jual saja., aku masih bisa berkarya dengan melukis.""Baiklah, apapun keinginanmu."Eloise membayangkan sesuatu. Ragu saat bertanya. "Sebenarnya
Eloise tidak menjawab pertanyaan Sebastian. Aura di sekitar terasa menegangkan. Sebastian menoleh, mempertegas kembali "Kau menyukainya?" tanya Sebastian mengulang. "Kami hanya berteman," jawab Eloise singkat. Sebastian diam. Mengalihkan pandangan ke depan sebelum akhirnya menghidupkan mesin mobil dan melaju pergi. Sebastian menghentikan mobil saat berada di Hillwood Estate, museum dan taman. Museum yang terkenal dengan seni dekoratif. Untuk sesaat Sebastian melupakan ketegangan di antara keduanya. Di samping museum, ada juga kafe yang buka di siang hari dan juga taman luas yang bisa digunakan untuk bersantai. Ethan sangat menikmati berjalan di sekitar taman. Sebastian kali ini fokus menemani putranya yang sudah mahir berjalan tanpa terjatuh. Tawa Ethan sangat menghibur orang tuanya. Sebastian memeluk bahu Eloise saat keduanya duduk di sebuah bangku taman. Sebastian hendak mencium pipi Eloise saat wanita itu lebih dulu mencium bibir suaminya. Eloise benar-benar me
Lama keduanya berpelukan dalam kesunyian. Hanya terdengar isak tangis Eloise yang masih terdengar. Sebastian meletakkan dagunya di puncak kepala Eloise seraya mengelus rambut istrinya dengan sayang. "Maaf, aku sangat egois. Sikapku keterlaluan padamu," bisik Sebastian. "Mengapa kau lakukan itu?" tanya Eloise. "Aku tidak terbiasa dengan bantuan orang lain. Aku merasa lemah dan tak berdaya jika kau terus membantuku."Eloise melepas pelukan, memandang Sebastian dengan kening berkerut. "Aku istrimu, tidakkah wajar jika aku merawatmu selama kau sakit?"Sebastian mendesah pelan. "Aku tidak terbiasa dengan hal itu, Eloise.""Mengapa kau tidak mengatakannya jika kau keberatan? Bukan dengan menjauhiku seperti itu." Eloise memprotes, mengeluarkan unek-unek nya selama ini. Sebastian mengangguk, sadar jika bersalah. "Aku salah. Maafkan aku." Sebastian menyeka air mata di pipi istrinya, ia menggenggam tangan Eloise dan membawanya ke kursi rotan, meletakkan Eloise di atas pangkuan, menghadap k
Charles menyambut Sebastian dengan wajah penuh rasa lega. Joanne yang pertama kali memberi pelukan pada menantunya. "Masuklah, kami tidak menyangka kamu akan datang di malam seperti ini.""Maaf jika aku mengganggu istirahat kalian," ucap Sebastian sembari masuk ke dalam rumah. Charles menepuk pundak Sebastian. "Kami senang kamu datang." Charles berucap penuh arti. Sebastian mengekor langkah Charles menuju ruang tengah. "Apa kau sudah makan malam, Sebastian?" tanya Joanne. "Aku sudah sempat makan di bandara.""Ku ambilkan minum kalau begitu." Joanne menuju dapur. Sebastian meletakkan ransel berisi pakaian di atas lantai dan mengambil tempat duduk di sofa. "Aku baru tahu kalau kau baru saja mengalami kecelakaan." Charles duduk di sofa di samping Sebastian. Sebastian tersenyum kaku. "Hanya luka bakar.""Seharusnya kalian mengabari kami. Kami ini keluarga mu, Sebastian." Charles terdengar protes. Sebastian paham dengan ketulusan Charles. Tapi saat ia mengalami musibah, ia bahkan
Selesai makan siang, ketiganya duduk di sebuah kursi kayu di depan resto yang menghadap pemandangan sungai Potomac. Rencananya mereka akan menuju ke Arena stage tapi urung melihat Ethan yang kelelahan dan tertidur di dekapan Lucas. Lucas merapatkan tubuh ke arah Eloise, ia merangkul bahu wanita itu dengan tangannya yang bebas. Detik selanjutnya ia mencium pipi Eloise. Eloise tak bergerak. Ada perasaan bersalah yang menyelimuti hatinya. Ia seperti pengkhianat bagi Sebastian. "Jangan lakukan lagi, Lucas," ucap Eloise lirih. "Lakukan apa?Mencium mu seperti ini?" Lucas mengulangi lagi, ia kembali mencium pipi Eloise. Kali ini Eloise bergeser menjauh. "Mengapa? Kau takut jatuh cinta padaku?" tanya Lucas penuh percaya diri. "Tidak, aku masih mencintai suamiku." Eloise menoleh menatap Lucas dengan pandangan tajam. Keduanya berpandangan lama. Lucas mendekat, hendak mencium bibir Eloise saat wanita itu memalingkan wajah."Kita hanya teman, Lucas. Tidak lebih.""Apa aku meminta lebih? A