"Hanya ada satu jalan aku membantu toko rotimu."
Pikiran Aleando loading, namun tiba-tiba tring, matanya mengerjap menemukan jawaban.
"Berbeda kalau kau jadi keluargaku, aku akan membantumu. Bukan hanya toko roti, kalau kau mau aku bisa buatkan pabrik roti. Resep warisan orangtuamu akan bisa dinikmati penduduk negri ini. Pabrik roti terbesar di negara ini. Roti milikmu akan bersanding dengan Domaz Group."
Siapa yang minta pabrik roti, dasar gila!
Helaan nafas berat terdengar, walaupun ini candaan rasanya mengesalkan. Kalau kau bukan Argen sudah pasti kita akan adu mulut. Adu tinju kalau tidak ada pengawal setiamu itu.
"Argen, berhenti bercanda."
"Aku serius," ucapan Argen terdengar lagi. "Kau bilang akan melakukan apa pun kan, jadi nikahhkan aku dengan adikmu."
"Kau sudah gila ya, dia masih sekolah."
Argen mengangkat tangannya, menahan gerakan pengawalnya. Mata Aleando melotot panik.
Kalian berdua benar-benar menakutkan! Aku kan hanya memakinya gila. Aku bahkan tidak menyentuh ujung bajunya sekalipun. Dasar pengawal gila!
"Adikku masih sekolah, kau tahu kan?" Suara Aleando melunak. Dia kan datang untuk memohon. Dia sudah mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk mengajak Argen makan di restoran ini. Jadi dia harus merendahkan diri lagi.
"Aku tidak berniat melarangnya untuk sekolah, dia masih tetap bisa sekolah setelah menikah. Ya tentu dengan sedikit aturan yang harus dia patuhi." Argen menjawab dengan jelas.
"Kau tahu kan adikku itu sedikit manja dan kekanakan, dia tidak pantas menjadi Nyonya Domaz Group." Kau pasti tahu itu kan dasar gila. Aleando tidak mau membayangkan kalau adiknya harus terlibat dalam rumitnya keluarga Domaz Group. Ah, kakek yang pernah dia lihat dikejauhan saat pemakaman ayah Argen. Kakek dengan tatapan tajam menakutkan yang menilai kelayakannya dari ujung sepatu sampai rambut. Kepantasannya berdiri di samping penerus Domaz Group.
Argen masih sama tenangnya bicara.
"Kenapa tidak, aku yang memilihnya, siapa yang berani mengatakan adikmu tidak pantas menjadi istriku."
Sial! Memang siapa yang berani membatahmu. Di depanmu adikku pasti baik-baik saja, tapi bagaimana kalau dibelakangmu.
"Tapi Argen, apa ini tidak berlebihan,"
"Kenapa? Bukankah aku laki-laki paling ideal untuk menjadi suami. Aku pilihan terbaik dari yang paling baik kan." Bangga. Ya, kau memang pantas bangga, karena kau punya segalanya. Wajah, fisik, uang, kekayaan, kekuasaan, kau punya segalanya. Tapi kan, Aleando hanya bisa protes dalam hati.
Dasar gila!
"Bagaimana dengan keluargamu, kakekmu, ibumu. Mereka pasti tidak akan setuju kau menikah dengan adikku." Aleando sadar diri akan setatus mereka. "Kami hanya anak pemilik toko roti, kami yatim piatu lagi."
Argen terlihat tidak suka dengan cara Aleando menilai dirinya sendiri dengan rendah.
"Para orangtua itu selalu ribut menyuruhku menikah."
Tapi kan bukan dengan adikku! Kau pasti disuruh menikah dengan putri konglomerat. Minimal anak Presdir perusahaan menengah.
"Karena dia adikmu." Aleando diam tidak menyanggah ketika kalimat Argen seperti menjawab semua alasan yang ia tanyakan. Karena dia adikmu, aku sudah mengenalnya dan aku merasa nyaman dengannya. Begitu kira-kira mungkin isi hati Argen pikir Aleando.
Jadi karena dia adikku kau juga merasa nyaman dengannya. Tapi inikan menikah! Rasanya Aleando ingin menangis karena menyuarakan protes. Lalu bagaimana dengan adikku, apa kau tidak perduli pada perasaannya. Ya, mungkin adikku malah akan senang mendengar tawaran ini. Aleando yang tahu isi hati adiknya dengan baik.
"Apa kau menyukai adikku?" Ragu-ragu Aleando bertanya. Kali ini Argen tidak langsung menjawab. Dia meraih serbet yang ada di pangkuannya. Meletakkan di atas meja. Tersenyum tipis seperti biasanya. Entah apa yang dia pikirkan, Aleando tidak bisa menerka.
"Kau tahu dimana harus mencari ku kan? Datanglah kalau kau sudah memutuskan."
Dia tidak mau menjawab. Tidak! Lebih baik begini saja, aku juga takut mendengar jawabanmu.
"Oh ya katakan padanya untuk jangan pura-pura tidak mengenalku kalau bertemu, hatiku sakit sekali." Akting tampang sedih.
"Siapa, adikku?"
Lagi-lagi hanya senyum tipis menjawab pertanyaan Aleando.
"Ale."
"Ia."
Argen bangun dari duduk, refleks Aleando pun bangun. Laki-laki disudut ruangan itu pun bereaksi dengan berjalan mendekat.
"Lain kali kau tidak perlu memesan di tempat seperti ini."
Aleando tersenyum getir tahu maksudnya. Betapa sulitnya melakukan reservasi di restoran ini. Dia harus memohon-mohon bahkan memakai nama Presdir Domaz Group.
"Kau tahu kan, kalau kau, aku bahkan akan datang ke rumahmu kalau kau mengundangku. Kalau kau yang meminta, aku bahkan bisa makan di pinggir jalan sekalipun."
Kalau kau sebaik itu kenapa tidak membantuku tanpa syarat sialan! Aleando memaki bisanya dalam hati.
"Datanglah kalau kau sudah memutuskan. Domaz Group akan selalu terbuka untukmu. Karena itu kamu." Pintu dibuka pengawal. Argen menghilang. Sebelum keluar pengawal pribadi Argen menggangukan kepalanya sopan.
Eh, kenapa dia menundukkan kepalanya padaku. Hiii, aku merinding. Dimana anak itu menemukan pengawal menakutkan begitu si.
Setelah senyap Aleando menjatuhkan tubuh dikursinya lagi. Melihat piring Argen, dia menghabiskan makannya. Sementara itu masih menyisa daging dipiringnya. Sudah dingin, tapi dia paksa menelannya juga. Harga sepiring makanan di sini setara gaji bulanan karyawannya di toko roti. Dia tidak mau rugi.
Hah! Padahal aku sudah menghabiskan uang sebanyak ini untuk memohon padanya. Tapi dia malah. Aaaaa, kenapa kau tiba-tiba mau menikah dengan adikku.
Lesu Aleando membawa langkah kakinya keluar. Dia harus membayar tagihan makanan. Dia mencengkeram dompetnya. Kenapa tidak ada pelayan yang masuk membawa tagihan pikirnya.
"Semua sudah dibayar Tuan." Jawaban pelayan menjawab tanda tanya di kepalanya tadi.
"Hah? Siapa? Ah sudahlah aku tahu siapa yang membayar."
Seorang pelayan lain datang membawa dua buah tas, menyerahkan pada Aleando.
"Apa ini, saya tidak memesan apa-apa lagi."
"Tuan Argen yang memberikannya, Anda diminta untuk menikmatinya bersama adik Anda." Ujar pelayan sambil menundukkan kepalanya.
Ah, dasar. Kenapa kau begini si. Kalau kau memang mengganggap ku temanmu, kenapa tidak berbelas kasih membantu toko rotiku. Pakai menyuruhku jadi keluargamu dulu segala. Aaaaa, manusia aneh.
Aleando meninggalkan restoran mewah itu dengan macam-macam hal yang ia pikirkan.
Bersambung
Meja mereka memang tidak memiliki nomor, namun diatur berdasarkan nama keluarga. Kakek berjalan menuju mejanya, Ana tersenyum hangat saat kakek mendekat. Gadis itu dan Argen duduk di meja kakek. Ale dan Miria bergabung bersama Gara dan ibunya.Saat kakek menggerakkan tangannya mereka semua duduk dengan teratur. Setelah semua orang duduk, kakek mengambil sendok dan membenturkannya ke gelas. Suara dentingan itu membuat suasana senyap."Apa kalian menyukai suasana baru makan malam kali ini?"Hening, tidak ada yang berani menjawab. "Kalian pasti merasa aneh, apalagi saat melihat banyak sekali yang hadir di acara makan malam kali ini. Kalian semua adalah anak-anak dan cucu-cucuku, aku mengundang kalian semua tanpa terlewat satupun." Kakek mengedarkan pandangan. "Kedepannya aku akan mengundang kalian semua juga."Hening... Hati semua orang berdebar."Jadi, jangan saling bertengkar dan menjatuhkan. Dukung Argen membangun Domaz Group dan mempertahankan kejayaan Domaz Group. Jangan ada dari k
Perjamuan makan malam bulan ini di rumah vila tepi pantai, akan sangat berbeda dengan perjamuan bulan yang lalu atau bulan-bulan sebelumya. Karena bulan ini bertepatan dengan ulang tahun kakek. Perayaan ulang tahun kakek disiapkan bibi dengan sepenuh hati. Wanita itu bahkan menawarkan apakah tuan besar juga ingin membuat pesta kembang api seperti kejutan yang diberikan Tuan muda. Kakek menghardik bibi dengan marah."Maaf Tuan, karena saya melihat Anda menyukainya jadi saya pikir Anda ingin melakukannya. Apa Anda menyukainya karena itu kejutan dari tuan muda?" Kakek tidak mau menjawabnya. Tapi terlihat sekali, kalau dia menikmati kembang api yang diberikan cucu kepada cucu menantunya.Perjamuan makan malam seperti apa yang disiapkan bibi untuk merayakan ulang tahun kakek?Mari kita lihat, sedikit persiapan yang dilakukan orang-orang yang akan datang ke perjamuan makan malam. Rumah Gara.Pengantin baru itu terlihat kaget saat menerima undangan yang dikirimkan seorang pengawal ke rumah
Gadis di depan Gara tersenyum malu. Mereka tidak saling memberi tahu isi dari janji pernikahan, bukan untuk kejutan, namun karena mereka ingin menunjukkan ketulusan. Bahwa janji pernikahan yang mereka buat bukan sekedar membaca tulisan, namun memang curahan isi hati terdalam mereka."Rene, terimakasih sudah melihatku dengan cara yang berbeda saat pertama kali kita bertemu. Aku bukan siapa-siapa saat pertama kali melihatmu. Tapi entah kenapa, kau bahkan sudah tersenyum padaku saat itu." Tangan keduanya semakin tergenggam dengar erat. "Semakin aku mengenalmu, semakin aku tahu, kau gadis yang luar biasa. Tanpa ayah dan ibu, kau membesarkan adik-adikmu dengan penuh cinta. Bagiku kau adalah berlian terindah Rene, terimakasih sudah menerima sebongkah batu tak berharga ini dalam hidupmu. Aku mencintaimu Rene dengan sepenuh hatiku. Aku akan membahagiakanmu dan melindungimu." Kecupan manis mengakhiri janji pernikahan Gara.Airmata menetes membasahi pipi Rene. Saat mic yang dipegang Gara tersod
Dan akhirnya, hari yang sudah dinantikan oleh semua orang. Mereka sudah duduk ditempat yang telah disediakan. Deretan kursi sudah ditempati para tamu. Musik dengan tim yang di bawa WO dari ibu kota. Para pelayan yang merapikan hidangan serta mengecek semua kelengkapan untuk terakhir kali.Sepupu Miria menggangkat tangannya, sebagai isyarat acara dimulai.Acara pernikahan Gara dan Rene pun dimulai.Ruben maju ke atas podium, dia ditunjuk sebagai MC acara. Ya, kemampuan bicaranya memang cukup baik. Dia pun mengajukan diri saat WO bertanya apakah dari pihak keluarga yang menentukan MC acara. Sebenarnya dalam hati kecilnya, dia ingin terlihat di antara banyaknya orang. Terlihat oleh kakek.Ruben mengetuk mik di depannya. Menyapukan pandangan pada orang-orang yang ada di depannya. Dia mencari sosok seseorang. Apa kakek tidak ada gumamnya, melihat lagi memastikan. Sekilas tertangkap rasa kecewa di matanya, namun buru-buru dia tersenyum. Karena tugasnya jauh lebih penting sekarang. Ternyata
Hari pernikahan Gara dan Rene.Untuk sampai pada hari ini, seorang laki-laki bernama Anggara, telah melewati banyak hal, jalan yang tidak mudah. Namun, seperti janji Tuhan, Dia menjawab setiap usaha dan doa manusia, hari ini laki-laki itu merasakan kebahagiaan yang teramat sangat. Memetik buah dari usahanya selama ini.Ibu yang ia sayangi, telah masuk ke dalam keluarga Domaz Group, bukan hanya sebagai wanita pelayan yang menggoda majikan, namun sebagai ibu dari cucu sang pendiri Domaz Group.Adik laki-laki yang dulu dia panggil tuan muda, dengan manisnya memanggilnya kakak. Itu adalah buah dari kesabaran seorang laki-laki bernama Anggara. Membayar semua pengorbanan yang sudah dia lakukan.Kesibukan pagi sudah dimulai sejak sebelum matahari terbit, memperbaiki dekorasi yang kurang atau kelengkapan yang lainnya dilakukan oleh para panitia WO. Waktu bergerak perlahan, ditengah semua orang bersiap.Langit hari ini berwarna biru, secerah hati calon mempelai yang akan mengikat janji. Mataha
Siang hari kesibukan di halaman vila mulai terlihat untuk persiapan acara besok. WO acara saudara Miria sudah datang. Mereka dengan cekatan menata setiap sudut taman menjadi sangat indah. Para karyawan toko Daisy sudah datang juga. Amira juga ikut. Dokter William akan menyusul dan sampai malam hari, karena masih ada pekerjaan yang tidak bisa dia wakilkan. Semoga dia bisa menemani Amira saat pesta kembang api nanti malam. Setelah meletakan barang masing-masing, mereka terlihat membantu ini dan itu. Ada yang menata bunga-bunga, ada yang memberi pita pada kursi. Setelah selesai membantu dekorasi mereka lari ke pantai, bermain di laut dan menikmati liburan gratis yang diberikan Kak Ale, memakai uang Argen tentunya. Semua orang bahagia, pesta pernikahan sederhana Gara dan Rene memberi kebahagiaan pada semua orang. Bahkan Ben menyapa takut-takut menyapa kakek, dengan perantara Argen. Kakek tidak bereaksi, namun dia menanyakan kepada bibi siapa nama orangtua Ben.Begitulah hari ini berlal