Share

Bab 6 : Gue Bacok Lo!

Terjebak Bersama Wanita Gila

Bab 6 : Gue Bacok lo!

Taklama kemudian, Minah kembali berlari ke arahku sambil mengibarkan selembar uang seratus ribu.

"Yoppy, Yoppy ... dapat duit," ucapnya senang sambil mencium uang itu.

"Gila lo ya, Minah, beraninya lo nodong Mama gue!" Aku menahan tawa.

Minah langsung mengambil bayinya dariku, lalu mengajaknya duduk di pojok Sofa. Kulihat ia menyingkap baju lalu menyusuinya.

"Mira, mimik dulu, ya! Abis itu baru kita main lagi .... " oceh Minah pada bayinya.

Lagi-lagi aku terbahak melihat kelakuan Minah, tadi dia bilang nama anaknya Desi, kok sekarang malah jadi Mira? Dasar orang gila!

Ah, lama-lama mengamati kelakuan Minah bikin otakku makin error. Aku beranjak menuju dapur dan menghampiri Bik Sumi. Lalu menyuruhnya menutup semua pintu dan pagar, agar Minah tak bisa keluar dari rumah ini dan berkeliaran ke mana-mana.

Aku kembali ke kamar sambil menenteng dua botol anggur hasil curian dari lemari koleksi mama. Tak menunggu lama, langsung saja kueksekusi. Sumpah, rasanya enak banget dan nagih. Wuah, aku seperti melayang. Hahaa ... banyak kupu-kupu yang mengerumuniku, aku happy.

*******

Kepala masih terasa berat saat tanganku seperti ditimpa sesuatu. Ketika membuka mata, Minah sedang menatapku sambil merem melak. Ia berbaring berbantalkan tanganku.

"Agghhh .... " Aku langsung bergegas bangkit.

"Sakit .... " rengek Minah sambil memegang  kepalanya yang terbentur lantai.

"Ngapain lo dekat-dekat gue?!" bentakku garang.

Minah mendekat kepadaku dengan tatapan centil.

"Woy, cewek gila ... gue kagak tertarik ama lo. Pergi sana!" Kudorong dengan kasar tubuh Minah keluar dari kamar.

Astaga, Minah! Gila sih gila saja, tapi jangan ganjen! Dikiranya aku ini tertarik apa sama dia, dasar gak waras!

"Yoppy, Yoppy ... aku mau es cendol, mau es .... " oceh Minah dari luar dari menggedor pintu kamarku.

"Minta sama Bik Sumi sana! Gue mau tidur, pergi sana lo!" bentakku sambil menendang pintu.

Sayup-sayup, suara Minah sudah tak terdengar lagi. Aku lega dan melanjutkan tidur.

Ketika membuka mata, pemandangan dari kaca jendela kamar sudah gelap. Rupanya hari sudah malam. Aku melangkah menuruni tangga lalu menuju dapur, mencari sesuatu yang dapat untuk dimakan.

Suasana rumah sepi, ke mana perginya orang-orang? Eh, Minah, aku langsung teringat dia, di mana dia sekarang? Kuhentikan makan, lalu kembali naik ke lantai atas, tapi kamar kosong melompong, Minah tak ada di sini. Aku langsung kembali turun ke bawah dan mengedarkan pandangan ke segala penjuru rumah.

"Minah!!!" teriakku. "Bik Sumi!" sambungku lagi.

Bik Sumi berlari dari arah kamarnya dan tergopoh-gopoh menghampiriku.

"Ada apa, Den Yoppy?"

"Minah sama bayinya mana, Bik?"

"Istri dan anaknya, Den Yoppy?"

"Iya, ke mana mereka?"

"Gak tahu, saya kira tiduran di kamar sama Den Yoppy .... "

Ah, Minah ini bikin pusing saja. Ke mana dia? Awas saja kalo ketemu, gue bacok lo, Minah. Kukepalkan tangan dengan geram, namun pandangan mataku kembali tertuju pada lemari kaca koleksi berbagai macam minuman yang terletak di samping ruang tengah. Air liurku tak dapat ditahan, aku harus mencicipinya beberapa botol lagi.

Kuambil botol kosong dari kamar dan menukarnya dengan dua botol berisi. Aku tersenyum senang sambil menikmatinya di ruang tamu. Hahaa, inilah kenikmatan hidupku, melayang dan teler setiap waktu.

"Yoppy!" panggil seorang pria bersuara wanita.

Kukucek mata dan memperjelas penglihatan. Lalu berusaha mengumpulkan segenap kesadaranku.

"Yoppy!!! Kamu ini, anak istrimu dibiarkan berkeliaran malam-malam, sedang kamu malah asyik mabuk-mabukan!" ucap orang itu sambil menjitak kepalaku.

"Agghhh ... sakit! Dasar set---" Aku melototi orang itu, lalu tersenyum masam kala menyadari dia adalah mamaku.

Tapi, katanya istri dan anak gue? Aku mengerutkan dahi mencoba mencerna omongan wanita berpenampilan pria itu.

"Yoppy, sadar kamu!" Sekali lagi kepalaku mendapat jitakan darinya.

"Iya, Ma, iya. Sakit tahu, main jitak aja. Gimana gue gak pinter, coba!" ocehku.

"Cepat susul istri dan anakmu, sana!" perintahnya lagi.

Minah, iya ... maksudnya Mama pasti Minah dan Desi, eh Mira ... Ah, siapalah? Pokoknya bayi yang tak ber-ayah itu.

"Mama juga, kenapa gak dibawa pulang sih mereka? Bikin repot gue saja!" balasku ketus lalu merampas kunci mobil dari tangan Mama dan beranjak pergi.

"Mang Asep, temani Yoppy! Bisa nabrak orang dia kalo bawa mobil dalam keadaan setengah teler begitu," ucap Mama pada supirnya yang sedari tadi berdiri di depan pintu.

Aku hanya melengos kesal dan melempar kunci mobil ke arah Mang Asep. Dasar Minah hancur, gak bisa kali ya kalo gak bikin gue repot. Awas saja, kupasung kamu kalo ketemu.

Aku dan Mang Asep mulai mengelilingi jalan di mana tadi Mamaku melihat Minah. Aku celingukan ke kiri dan ke kanan mencari sosok wanita gila itu.

"Itu mungkin, Den!" pekik Mang Asep menunjuk seseorang yang sedang berbaring di kursi taman.

Mang Asep menghentikan mobilnya dan mengajakku turun. Benar saja, itu Minah dan bayinya. Mereka sedang berbaring di kursi taman, ia sedang memeluk sang bayi sambil menyusuinya.

"Minah!!!" panggilku padanya.

Minah langsung bangun sambil memeluk bayinya, lalu menatapku senang.

"Yoppy, Yoppy .... " Dia bersorak senang.

"Ngapain lo di sini, Minah?" Aku memijat kepala yang masih terasa berat.

"Susi ngajakin jalan-jalan .... " jawabnya sambil menunjuk bayinya yang tertidur.

"Ah, lo nih ... ayo pulang! Bikin susah saja, berani lo kabur lagi, gue bacok lo!" ancamku padanya sambil menarik tangan wanita gila itu.

Tanpa perlawanan, Minah menurut saja saat kubawa pulang. Sesampainya di rumah Mama, langsung kuseret dia ke kamar dan menyuruhnya tidur.

"Yoppy, Yoppy ... aku lapar, minta duit!" ujarnya sambil membuka sebelah mata kala aku hendak menutup kamarnya.

"Belum makan lo?"

Minah menggeleng lalu bangkit dari tempat tidur dan menghampiriku sambil memegangi perutnya.

"Ya sudah, ayo kita ke dapur," ajakku lalu mendahuluinya menuruni anak tangga.

******

Minah makan dengan lahap sekali, semua hidangan di meja makan dimasukin perut. Bik Sumi hanya melongo, tak berani menegur.

"Yoppy, Yoppy ... mau gorengan," ocehnya sambil mengelap mulut dengan ujung ujung rambut panjangnya.

"Gak ada! Kalo udah kenyang, buruan tidur sana!" hardikku garang.

"Eeee ... mau permen aja, permen gambar kaki," ocehnya lagi sambil naik ke atas meja sambil menjilati piring dan mangkok sampai licin.

"Mau masuk kamar atau gue bacok sekarang nih!" ancamku sambil menarik pisau di keranjang buah.

Minah langsung melompat dari atas meja makan dan berlari menuju tangga, lalu masuk ke kamarnya.

Ah, dasar Minah! Kok jadi aku sih yang harus sibuk ngusin dia? Memangnya aku ini siapa, Dokter rumah sakit jiwa apa? Ah iya, besok akan kuantar dia ke rumah sakit jiwa. Masalah akan beres dan aku bisa bebas. Ups, tapi bayinya bagaimana? Masa iya gue yang harus merawatnya selagi Minah masuk RSJ? Agghhh ... seperti kadar kewarasanku akan berkurang sedikit demi sedikit kalau terus direcokin ama Minah!

Bersambung .....

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rasti Rasti
bagus ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status