Share

3. Bergetar

Penulis: MMZ
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-23 16:05:31

Ella dan Daru hanya bisa menatap dalam diam. Terlihat sekali kebingungan di wajah mereka. Sapuan nafas Daru begitu terasa pada wajah Ella.

Ya Tuhan, debaran jantung mereka saling bertalu berirama tak tentu arah. Baru kali ini Daru merasakan getaran aneh setelah kematian istrinya.

Sempat beberapa kali dia mencoba untuk membuka hati pada wanita lain, salah satunya Renya, anak teman ibunya. Beberapa kali juga mereka melakukan ciuman, namun tak sedikitpun terbesit di benak Daru akan rasa lebih dari ini.

Tapi kali ini, dengan tanpa sengaja tangannya berada di atas dada seorang gadis yang berusia jauh di bawahnya.

Astaga dada itu rasanya seperti aahh ... pikiran Daru berkelana, nafasnya tiba-tiba memburu, tatapan mata Ella membuatnya tak dapat lagi berpikir.

Daru mendekatkan wajahnya, dekat sekali, mata Ella sedari tadi sudah mengarah pada bibir itu. Rasa yang bergemuruh itu tak dapat lagi Ella tahan.

Netra mereka saling mengunci, bibir itu begitu menggoda. Daru berusaha menahan sesak di bawah celananya yang semakin mengeras.

Seakan diingatkan jika ini masih berada di area sekolah. Daru mengurungkan niatnya merasakan bibir sintal berwarna merah tanpa pewarna buatan.

"Jam berapa Bayu pulang?" ujar Daru melepaskan tangannya dari dada Ella.

Ella terkesiap, membenarkan posisinya, berpura-pura merapihkan kemejanya sebelum menjawab pertanyaan Daru.

"Jadi, jam berapa Bayu pulang?" tanyanya lagi.

"Ah, sebentar lagi ... karena hari ini hanya classmeeting," jawab Ella serba salah menggigit bibir bawahnya.

"Baik, saya tunggu ... saya antar Miss pulang sekalian."

"Hah?"

"Saya antar sekalian ... saya permisi dulu."

Lelaki bertubuh proposional itu membuka pintu ruangan lalu meninggalkan Ella dengan tubuh terpaku menatap punggung bidang itu.

Ingin rasanya Ella merutuki kebodohan dirinya sampai tak bisa menahan hasratnya.

Namun sensasi luar biasa yang tak pernah dia dapati dari sang kekasih membuat gelenyar di hatinya seperti di hinggapi ribuan kupu-kupu.

Ella tersenyum lalu mencerna kembali ucapan dari orang tua siswanya itu, mengantarkan pulang? Iya, Daru akan mengantarkannya pulang. Senyum itu terus terukir. Seketika pikiran konyol itu pun bergelayut manja di benaknya.

Setelah merapihkan meja kerjanya, Ella bersiap untuk meninggalkan ruangan itu. Menyusuri koridor sekolah, ia mendapati Bayu sedang menunggunya di salah satu anak tangga.

"Bayu?"

"Miss ... Ayo, kata Papa Miss ikut kita aja, sekalian Papa antar ke rumah Miss, tapi sebelum itu Miss harus ikut ke rumah Bayu dulu ya," ujar Bayu kegirangan.

Entah kenapa dia bisa begitu akrab dengan anak ini, terlihat olehnya sosok Bayu benar-benar merindukan kehadiran seorang Ibu. Apalagi dalam masa pertumbuhannya saat ini, butuh teman bercerita dan berkeluh kesah.

"Hah? Jadi diantar?"

"Iya ... Ayo, Miss." Bayu menarik tangan Ella, lalu beriringan berjalan menuju parkiran.

"Masuk, Miss." Bayu membukakan pintu belakang Range Rover berwarna hitam itu.

Pandangan mata keduanya bertemu dari balik kaca spion, Ella tertunduk namun jantungnya berdebar.

Sepanjang jalan tak henti-hentinya Bayu berceloteh, bolak balik bertanya pada Ella tentang segalanya. Daru terperangah akan keakraban antara anak dan gurunya itu.

Bagaimana mungkin dengan santainya Bayu bercerita tentang seorang gadis yang ia suka di sekolah, padahal umur anaknya baru menginjak 12 tahun.

Sesekali Ella dan Bayu menertawai perbincangan mereka. Daru hanya tersenyum, dihatinya merasa senang bahwa Bayu ternyata bisa membuka diri kepada orang lain selain almarhumah istrinya, juga ibunya.

Lebih dari setengah jam perjalanan akhirnya mereka sampai di sebuah rumah putih megah bak istana Disney, halaman luas serta taman yang terawat.

"Papa langsung ke kantor ya, ada beberapa berkas yang harus Papa tanda tangani," ujar Daru mengusak kepala Bayu. "Jangan kebanyakan nge-game," pesannya.

"Miss ... Kapan-kapan main ke rumah aku ya, aku rasa aku harus banyak tanya sama Miss tentang Citra," Bayu terkekeh.

Bayu turun dari mobil dan melambaikan pada kedua manusia yang saling diam di dalam sana. Baru berjarak sekitar 50 meter dari kediaman Daru, Daru menghentikan mobilnya.

"Pindah ...," Ujarnya.

"Ya?"

"Pindah ke depan ... saya kan bukan supir," ujarnya datar.

"Oh ...." Ella membuka pintu.

"Gak perlu turun ... dari sini saja," kata Daru menoleh sedikit ke belakang.

"Dari sini?"

"Iya ... cepat, saya masih banyak urusan."

"Harusnya kalau masih banyak urusan Bapak tidak usah menawarkan diri untuk mengantarkan saya." Ella mendengus kesal.

Melewati sisi Daru, Ella beranjak pindah dari duduknya ke kursi depan. Harum parfum Ella menyeruak masuk ke dalam penciuman Daru. Harum rambutnya yang terkibas saat menghenyakkan tubuhnya ke kursi pun tak luput dari indera penciuman lelaki itu.

Wangi ... Harum ... Gadis ini ... pikiran Daru berkelana.

"Jadi? Kita kemana?" tanya Ella yang seketika menyadarkan lamunan Daru.

"Oh iya ... kantor," jawab Daru cepat.

Dari menatap ke depan terlalu fokus pada jalan yang berada di depannya, tanpa menyadari gadis muda di sebelahnya menatapnya sambil tersenyum.

Ella suka pemandangan ini, lelaki yang terlihat angkuh, berkata-kata hanya seperlunya saja namun terlihat karismatik. Mata Ella menyusuri lekuk wajah lelaki dengan kacamata hitam yang bertengger di pangkal hidung. Hidung yang mancung, bibir tebal berwarna merah, rahang yang tegas, kerutan di ujung mata yang sedikit terlihat, lelaki yang matang dan mapan.

Ella tersenyum tipis membuang pandangan matanya keluar jendela, mengulum bibir dengan sudut bibir yang mengembang. Pikirannya pergi kemana-mana ketika memandangi wajah Daru. Tangan Ella menepuk-nepuk keningnya.

"Kenapa?"

"Ya?"

"Ada apa dengan kening kamu?"

"Oh ... ini." Ella menggeleng.

Mobil itu berhenti di lobby sebuah gedung, Daru keluar dari mobilnya, berjalan melewati bagian depan mobil, membuka kacamata hitamnya, dan menoleh ke arah Ella.

Astaga ... bisa biasa aja gak matanya batin Ella ketika tatapan tajam lelaki itu seakan mengulitinya.

"Turun ...." Daru membuka pintu mobil di sisi Ella.

"Saya? ikut turun?"

"Kamu mau menunggu satu jam di sini? sampai saya menyelesaikan urusan saya ... ya tidak apa-apa," ujar Daru santai.

Tahu akan seperti ini, harusnya tadi gadis itu menolak untuk diantarkan pulang. Dengan wajah yang sedikit kesal, Ella dengan berat hati mengikuti langkah Daru dari belakang. Menaiki lift pun mereka masih saling diam, hingga akhirnya Ella memasuki ruangan kerja milik Daru yang terkesan maskulin.

Pandangan Ella memutari isi ruangan itu, terdapat sofa serta sebuah lukisan abstrak diatasnya. Matanya terpaku pada rak buku yang tersusun rapih. Hingga terhenti pada satu bingkai foto diatas meja kerja Daru.

Ella memiringkan sedikit kepalanya, bingkai poto Daru dan seorang wanita yang menggendong seorang bayi laki-laki, sudah dipastikan itu adalah almarhumah istrinya dan Bayu kecil.

"Silahkan duduk," Daru yang dari tadi memperhatikan Ella berdiri mengamati ruangan itu.

"Oh iya, terimakasih."

"Sebentar saja, saya hanya butuh waktu sekitar setengah jam untuk menyelesaikan ini." Daru menunjukkan tumpukan berkas yang harus ia tanda tangani. Ella mengangguk dan mendudukkan dirinya di atas sofa.

Waktu berlalu lebih dari setengah jam, Ella sudah mulai bosan melihat pemandangan lelaki itu yang masih asyik dengan pekerjaannya. Ella memutuskan untuk menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa hingga akhirnya dia terlelap.

Bibir gadis itu sedikit terbuka, dalam tidurnya dengan bibir terbuka seperti itu saja masih jelas terlihat cantik. Daru mendekatinya perlahan, mengamati setiap inci wajah yang sempat membuatnya bergetar. 

Wajah Daru semakin dekat, nafasnya menyapu wajah gadis itu, entah setan apa yang merasukinya hingga Daru ingin sekali merasai bibir itu, meremat sedikit saja cengkraman yang siang tadi terjadi di ruang guru anaknya. 

Daru mencium bibir gadis itu, Ella tersentak matanya terbelalak, dia terkejut namun menikmati. Ciuman lembut itu terasa hangat dan manis, Ella membalasnya dengan cara yang sama.

Tanpa sadar tangan gadis itu menangkup rahang tegas Daru. Ciuman itu lama kelamaan menjadi liar. Daru tak lagi bisa menguasai keadaan, tangannya sudah mulai menjalar ke dada Ella yang sempat ia rasakan siang tadi.

Ella mendesah menahan untuk tidak meminta lebih, Daru sudah merebahkan gadis itu dan tanpa ia sadar erangannya semakin menuntut.

@chida0511

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (9)
goodnovel comment avatar
Ria Fella
saya suka cerita ini terutama karena namanya Ella, sama dengan nama saya. saya juga dipanggil miss Ella karena mengajar bahasa Inggris, ihihihi
goodnovel comment avatar
Dara Utami
aduuhhh mulai ada rasa nih
goodnovel comment avatar
Sindy Widiastutik
panas... panas.... .........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Terjebak Birahi Pengacara   117. Hari Baru (Tamat)

    Sewaktu kecil Ella tak pernah merasakan bagaimana memiliki seorang ayah. Dia anak yang tumbuh besar dari ibu tunggal yang membesarkannya dengan menyingkir dari kecaman keluarga dan omongan orang terdekat. Sudah tak heran lagi kalau kebanyakan manusia selalu menganggap dirinya yang paling benar dan sempurna. Sehingga merasa lebih mudah untuk menghakimi kehidupan orang lain. Satu perasaan yang selalu Ella syukuri adalah bahwa ia dibesarkan oleh seorang wanita tangguh yang mengorbankan masa muda dan mampu mengalahkan egonya untuk tidak menikah lagi. Dulu Ella tak mengerti. Ia menganggap kalau apa yang dilakukan ibunya memang suatu keharusan. Membesarkannya, merawatnya, memberinya jajan yang cukup, pakaian bagus dan pendidikan mahal. Ella tak pernah bertanya uangnya dari mana. Dan ia tak pernah menyangka kalau sebagian besar apa yang diperolehnya berasal dari seorang pria yang ternyata diam-diam masih bertanggungjawab

  • Terjebak Birahi Pengacara   116. Kekasih Berengsekku

    Hidup itu selalu tentang pilihan. Tentang baik dan yang buruk, tentang kesulitan dan kemudahan, tentang berjuang atau memasrahkan, juga tentang menjadi baik atau tidak. Semuanya tentang pilihan. Tentu saja semua orang ingin hidupnya berjalan dengan baik. Namun, seringnya yang terjadi malah jauh melenceng dengan yang direncanakan. Begitu pula Andi yang sejak dulu merencanakan memiliki kehidupan rumah tangga yang bahagia bersama Ella. Gadis yang menjadi kekasihnya selama bertahun-tahun, namun hubungan itu kandas karena perselingkuhan yang dilakukan oleh wanita itu. Andi tetaplah manusia biasa. Laki-laki yang jauh dari kata sempurna. Ia marah, murka, membalas, puas, kemudian melampiaskan semuanya dalam satu waktu. Andi yang menjaga dirinya menjadi sosok lelaki berengsek, malah berubah menjadi sosok itu. Bagi Ella, Andi pernah menjadi lelaki berengsek. Bagi Andi, Ella juga pernah menjadi wanita berengsek yang mengkhian

  • Terjebak Birahi Pengacara   115. Hari Bahagia

    "Oke ... mengejan sekali lagi ya Ibu Ella, sedikit lagi kepalanya sudah kelihatan ya ... siap ya, hitungan ketiga," ujar Dokter Sarah yang membantu persalinan Ella. "Satu ... dua ... tiga ... sekarang Bu Ella," titah sang Dokter. Ella mengejan sekuat tenaga, semampu yang dia bisa. Genggaman tangan Ella semakin erat menggenggam tangan Daru, Daru meringis menahan sakit kala genggaman itu mencengkeram semakin kuat seakan akan mematahkan jari jemari Daru. "Iya ... terus Ibu, bagus ...." Suara tangis bayi memenuhi ruangan persalinan, bayi mungil yang masih ditempeli sisa-sisa plasenta itu menangis begitu keras. "Sempurna, ya ... semua lengkap, perempuan, cantik, berat badan dan tinggi semuanya baik," ucap dokter Sarah. "Selamat Bapak Daru dan Ibu Ella," ujar Dokter Sarah. Ella meneteskan air matanya, saat bayi mungil mereka berada di atas dadanya, mencari-cari puting susu sang Ibu. "Cantik," ujar Daru menatap bayi mereka. "Benar

  • Terjebak Birahi Pengacara   114. Sudah Saatnya

    Daru membuka pintu kamarnya perlahan, dia membawakan susu hangat sesuai permintaan Ella tadi. Istrinya itu sedang duduk bersandar pada headboard, menggulir layar ponselnya. Ya, belakangan ini Ella memang lebih tertarik dengan ponselnya di banding yang lain. Berlama-lama melihat online shop lebih menarik dan menjadi salah satu hobi terbaru Ella. "Susunya di minum dulu, Miss Ella," ujar Daru yang sengaja memanggil Ella dengan sebutan Miss seperti dulu saat mereka pertama kali bertemu. "Terimakasih, Pak Daru." Ella pun tersenyum, menyesap susu yang diberikan oleh Daru. Dari duduk di sebelah istrinya, sambil mengusap-usap perut yang semakin membesar itu. "Kamu pasti belanja baju bayi lagi, ya?" tanya Daru yang melihat Ella sedang memilah-milah jumper untuk bayi mereka. "Lucu-lucu, Mas ... nggak mungkin aku lewatkan." "Iya, tapi kan sayang kalo ke pakenya cuma sebentar, itu yang kemarin kamu belanja sama ibu aja belum ka

  • Terjebak Birahi Pengacara   113. Perasaan Arya

    Lalu lintas sore itu cukup padat, Arya melirik jamnya berkali-kali khawatir ia terlambat untuk makan di restoran. Tempat yang diminta Arya datangi oleh Papahnya. Sambil menatap lampu merah yang lama, Arya teringat dengan pembicaraan dengan Papanya tiga hari yang lalu. Saat di mana Papanya tiba-tiba memanggilnya dan memberikan satu pertanyaan yang tidak pernah Arya duga sebelumnya. “Arya, bolehkan Papa menikah lagi?” Arya mengenang pertanyaan Ayahnya, pertanyaan yang paling simple, paling to the point dan pertanyaan yang paling tidak di duga oleh dirinya. Mengingat selama dua tahun Papanya menjadi seorang duda, sibuk dengan dunia politik. Papanya tidak pernah membicarakan tentang pendamping hidup semenjak kepergian Ibunya. Arya tahu bahwa orang tuanya dinikahkan melalui jalan perjodohan tapi, selama mereka hidup sebagai pasangan suami istri, mereka adalah rekan, partner, rekan dan sahabat baik. Ibu Arya memang selalu tidak sehat, kesehatannya memang ti

  • Terjebak Birahi Pengacara   112. Lamaran Yang Sebenarnya

    Dulu, Diana sangat terkesima dengan sosok Syarif Chalid muda yang begitu gagah dan penuh kharisma. Seorang angkatan bersenjata dengan karir yang cemerlang. Usia mereka bertaut cukup jauh, dan Diana muda yang naif begitu singkat dalam berfikir. “Ella memang lagi di rumah?” tanya Chalid di dalam mobil, menoleh ke arah Diana yang pandangannya mengarah ke luar kaca jendela mobil. “Iya, Ella nunggu hari kelahirannya. Belakangan dia sering nginep di rumah bawa Bayu. Aku juga minta dia di rumah sementara ini. Khawatir ... Daru kerja kadang pulangnya larut malam,” sahut Diana, menoleh sekilas ke arah Chalid kemudian mengembalikan tatapannya ke depan. “Jadi, Bayu juga lagi di rumah?” tanya Chalid lagi. “Iya, Mas. Tadi malah katanya mau ikut kalau dia belum makan. Tapi, kayaknya dia keburu makan sop,” ujar Diana tertawa. Ia menoleh ke arah Chalid dan bertemu pandang sesaat. Tawanya langsung lenyap berg

  • Terjebak Birahi Pengacara   111. Hidup Baru

    Diana sudah berdiri di depan kaca selama setengah jam. Wanita 45 tahun itu sudah tiga kali berganti pakaian. Pertama tadi dia hanya mengenakan celana panjang dan kemeja santai. Beberapa langkah keluar pintu kamar, ia kembali ke dalam dan kembali mematut diri.Sekarang Diana telah mengenakan terusan berwarna kuning muda yang menutup hingga ke betisnya. Rasa-rasanya ia sudah sangat lama tidak mengenakan jenis pakaian seperti itu.Alasannya bukan karena tidak suka, tapi lebih ke tidak adanya kesempatan atau tempat yang cocok untuk ia bisa mengenakannya. Tak ada pergaulan yang sangat penting yang terjadi dalam hidupnya setelah ia memiliki Ella.Setelah pernikahan yang amat singkat dengan Chalid, ayah kandung Ella, Diana membelanjai dirinya sendiri dengan memanfaatkan sedikit uang peninggalan orangtuanya. Diana berinvestasi kecil-kecilan di perusahaan temannya. Hasilnya memang tak banyak, tapi setidaknya ia bisa menjaga egony

  • Terjebak Birahi Pengacara   110. Wejangan

    "Em ... karena—" Ratih tercekat, ternyata nyalinya juga belum cukup kuat untuk mengatakan sejujurnya pada kedua orangtuanya. "Jadi gini, Om ... Tante. Saya dan Ratih, kami ...." Andi menguatkan hatinya. "Kami memohon restu dari Om dan Tante, saya ingin menikahi Ratih putri Om," ujar Andi tegas. "Maksudnya gimana ini, Ibu gak ngerti." Retno duduk di sisi suaminya. "Ratih akan berhenti bekerja, Bu ... kami minta restu dari Ayah sama Ibu, Andi ingin Ratih menjadi istrinya." "Sudah berapa lama?" tanya Ridwan menatap Andi. "Kami kenal sudah enam bulan kurang lebih, Yah." Ratih menjawab cepat. "Ayah tanya pacar kamu." Ekspresi datar dari seorang Ridwan, pensiunan polisi itu. "Enam bulan, Om ... sudah enam bulan." "Pekerjaan kamu?" "Baru selesai ambil spesialis, Om." "Dokter?" "Iya, Om." "Kamu bisa pastikan anak saya bahagia? Dengan latar belakang dia, kehidupan dia bahkan masa lalunya?"

  • Terjebak Birahi Pengacara   109. Minta Restu

    "Oh? Hanya oh?" Ratih berjalan cepat tanpa memikirkan perutnya, troli yang berisi barang belanjaan mereka dia tinggalkan begitu saja. Andi yang serba salah menyusul Ratih hingga meja kasir, wanita hamil itu melenggang begitu saja membiarkan Andi kesusahan membawa barang belanjaan mereka. "Tih ... ya ampun Tih, jangan cepet-cepet jalannya, ingat kamu lagi hamil." Andi meringis melihat Ratih berjalan cepat tanpa menoleh ke belakang. "Buka pintunya," ujar Ratih dengan ekspresi wajah kesal. "Astaga, Tih!" Andi membuka pintu mobilnya. Andi benar-benar harus menahan amarahnya menghadapi Ratih yang selalu sensitif selama masa kehamilannya. Ratih masih dengan mode diamnya, pandangannya dia alihkan keluar jendela mobil. Sementara Andi, merasa kikuk dengan tingkah Ratih yang selalu membuat serba salah. "Maaf ya," ujar Andi yang akhirnya mengalah. Ratih masih terdiam. "Kamu kan tau, hampir tiga bulan ini aku sibuk dengan pro

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status