Share

4. Sebuah Interupsi

Daru tak mengerti setan apa yang sedang merasuki dirinya saat itu. Ia sering melewatkan waktunya bersama wanita-wanita cantik, bukan kali ini saja. Tapi sikap Ella dengannya sejak menit pertama mereka bertemu, membuat Daru seolah kehilangan akal.

Daru merasakan kalau tangan Ella sudah mengacak rambut belakangnya. Wanita itu seperti tak pernah merasakan yang namanya berciuman. Nafasnya sudah terengah dan desahan berkali-kali keluar dari mulut mungil Ella.

Naluri Daru sebagai laki-laki tak bisa disalahkan. Jemarinya mulai membuka kancing kemeja yang dikenakan Ella. Jemarinya menyusup mencari suatu benda yang membuatnya penasaran tadi.

Beberapa saat mencoba menelisik bra yang dipakai Ella, Daru semakin menegang saat jemarinya menyentuh puting wanita itu. Ia mengusap benda itu dengan kasar dan memilinnya.

"Hmmmphh.." Ella mendesah dan tangannya meraba-raba tubuh Daru seolah sedang mencari sesuatu.

Daru hampir meneriaki Ella saat tangan mungil Ella hanya berhenti di pangkal pahanya. Daru merasa semakin gila dan sesaat lupa bahwa mereka sedang berada di kantornya.

Dengan jemarinya yang masih memilin dan merasakan puncak dada Ella, Daru menyadari kalau dada wanita itu sangat luar biasa. Ia tak sanggup jika harus membayangkan bagaimana bentuk dan warna lingkaran mungil yang sekarang berada di jepitan dua jarinya.

Sedikit tergesa, tanpa melepaskan ciumannya, Daru melepaskan dua kancing kemeja Ella dan dengan sekali tarikan sebagian bra wanita itu.

Daru menunggu wanita itu menamparnya, tapi sedetik kemudian ia menyadari bahwa Ella tengah merintih lirih seperti sedang menanti ciumannya di puncak dada itu.

Ella pasti tak memiliki pacar pikirnya, wanita itu begitu haus akan sentuhan. Tak perlu berlama-lama, Daru langsung melepaskan ciuman mereka dan mengangkat kepalanya memandang payudara indah milik Ella.

Daru mulai menyesap keras puting merah jambu yang masih berupa titik kecil manis yang menggoda. Ella semakin merintih dan menegang. Daru semakin berani dan kembali meraih kancing kemeja Ella untuk melepaskannya. Ia harus melihat benda itu utuh.

Namun saat lidahnya tengah menyapu puncak dada Ella, suara alunan lagu yang berasal dari sebuah ponsel tiba-tiba memenuhi ruangan. Itu bukan suara ponsel miliknya.

Bersamaan dengan itu, Ella berhenti mendesah dan membuka matanya. Wanita itu mendorong tubuh Daru dan meraba-raba tasnya yang jatuh ke lantai.

"Suara ringtone khusus?" tanya Daru yang menyadari Ella seperti disetrum saat mendengar alunan lagu itu.

"Oh Shit..." gumam Ella. Nama LOVE dan foto Ella bersama seorang pria memenuhi layar.

"Aku gak mungkin jawab sekarang," ucap Ella seperti pada dirinya sendiri. "Oh Shit..." Ella kembali memaki saat meyadari ia sudah nyaris setengah telanjang. Dan sejak tadi satu payudaranya berada di luar bra.

Ella menunduk dan melihat bercak merah bekas gigitan Daru barusan.

Daru yang tadi sempat didorongnya menjauh kini duduk di sofa dan menatap sinis pada Ella.

"Seorang guru yang gampang sekali memaki," tukas Daru.

"Saya harap anda bisa membedakan tempat. Saya tetap sebagai guru di sekolah," tukas Ella mulai mengancingi kemejanya.

"Love?" sindir Daru pada Ella.

"Oke, aku akan mulai menggunakan bahasa aku dan kamu. Yang terjadi hari ini, terutama yang barusan tadi memang gila. Sangat gila. Kalau aku gak suka, mungkin aku akan nendang kamu di menit pertama. Tapi aku gak mau kamu salah menanggapi. Aku udah punya pacar. Dan mungkin sebentar lagi si Love--pacarku itu, bakal ngelamar aku," terang Ella. Pakaiannya kini telah rapi kembali.

"Punya pacar dan begitu mudah bercumbu dengan laki-laki lain..." Daru mendecih. Ia merasa diremehkan oleh wanita itu.

Biasanya prialah yang bersikap seperti Ella. Sudah memiliki pasangan, tapi bisa bercumbu panas dengan orang lain.

"Jangan memikirkan hal yang bukan-bukan," desis Ella membuka ikatan rambutnya yang berantakan.

Perempuan munafik, batin Daru. Jangan memikirkan yang bukan-bukan katanya. Apa wanita di hadapannya ini sudah lupa kalau sesaat yang lalu mereka telah melakukan yang bukan-bukan.

"Kau pernah berhubungan seks?" tanya Daru tiba-tiba.

"Tak ada hubungan pertanyaan itu dengan hal yang baru aja terjadi." Dan kini Ella telah selesai merapikan dirinya. Ia harus segera pergi dari tempat itu. Berlama-lama bersama ayah muridnya itu akan membuatnya semakin kehilangan akal.

"Aku pulang sekarang, kamu nggak perlu nganterin aku." Ella bangkit dari sofa dan menenteng tasnya.

Saat Ella melintas di depannya, dengan cepat Daru menangkap tangan wanita itu. Bokong Ella terhempas ke pangkuannya seketika.

"Aku bilang aku mau pulang. Pacarku pasti cemas karena aku tak pernah tak menjawab telfonnya," ujar Ella. Ia menantang Daru melalui tatapannya. Wajah mereka hanya bertaut tak lebih dari lima senti. Dan Ella bisa merasakan nafas Daru menerpa wajahnya.

"Kamu baru aja mendesah karena ciumanku, tapi sekarang sibuk bercerita soal pacarmu. Kamu yakin kalau pacarmu itu mencukupi semua kebutuhanmu Miss?" Bibir Daru sebagian telah menempel pada bibir Ella.

Menyadari bahwa ia telah membuang-buang waktunya, Ella melompat turun dari pangkuan Daru yang membuat jantungnya semakin gelisah.

"Aku pulang!" teriak Ella. "Soal tadi, aku mohon lupain aja. Aku cuma khilaf. Dan tolong agar kamu bisa menilai ku secara objektif." Ella menurunkan roknya yang sempat naik dan melangkah ke luar.

"Berhenti! Aku anter!" teriak Daru.

"Gak usah!" balas Ella.

Daru semakin kesal dan bangkit sedikit berlari mengejar langkah Ella yang mulai mencapai pintu.

"Aku anter!" sergah Daru merampas tas Ella dan menggandeng tangan wanita itu.

Saat Daru memutar kenop pintu dengan satu tangan, seorang wanita tengah berdiri di depan pintu memegang beberapa map dan menatap bingung pada Daru dan Ella yang sedang bertingkah bak sepasang kekasih yang sedang bertengkar.

"Pak..." gumam Tyas masih menatap tangan Daru yang menggenggam tangan seorang wanita dengan sebuah tas wanita di tangan lainnya.

"Berkas yang saya minta tadi ya? Kamu taruh di atas meja aja Yas..." pinta Daru memandang wajah bingung Tyas.

"Ini..." Tyas menatap Ella yang cemberut dan sedang memalingkan wajahnya. Tyas tahu betapa Daru sangat mencintai almarhumah Nadya. Isteri atasannya itu adalah sahabatnya di kampus.

Tyas sudah mulai menerima selama bertahun-tahun atasannya itu menolak berkencan sesungguhnya karena rasa cintanya pada wanita yang telah meninggal.

Namun pemandangan hari itu berbeda. Wajah Daru yang biasa selalu datar kini terlihat semakin menyeramkan. Tapi hal itu juga sangat kontras dengan sebuah tas lucu di tangannya.

"Ini siapa? Saya gak dikenalin?" tanya Tyas penasaran. Ia bahagia melihat Daru bisa kembali menggenggam tangan seorang wanita di kantornya yang sakral itu.

"Siapa?" tanya Daru.

"Ya ampun, yang digandeng sekarang ini siapa?" ulang Tyas.

"Aku juga nggak tau ini siapa. Gak usah dipikirkan. Ini cuma perempuan muda labil yang merepotkan!" sergah Daru. Ia terus berjalan menyeret Ella menuju lift.

Ella telah menikmati cumbuan mereka, batin Daru. Tapi sekarang wanita itu memintanya untuk segera melupakan hal itu.

Seorang pacar? LOVE? Daru mendengus kesal.

Kelelakiannya semakin tertantang untuk membuktikan diri pada Ella.

To Be Continued.....

By @juskelapa_

Komen (11)
goodnovel comment avatar
wiwin sriasih
njus mah selalu lope ............
goodnovel comment avatar
Wakhidah Dani
ealah ini kolaborasi Kak jus, Childa, ama galon ya
goodnovel comment avatar
min_che
huh deg degan.... ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status