Bab 11BSepanjang perjalanan, hening terasa. Swari yang biasanya ceria dan banyak omong pun tiba-tiba tak punya hasrat berbicara.Hangga yang mengendarai mobil sesekali melirik penumpang yang duduk di sampingnya.Swari yang tak kunjung berbicara membuat Hangga memutar kemudi mobilnya sesuai tujuan yang diinginkannya. "Tunggu, Om. Memangnya kita mau kemana?"tanya Swari sembari menatap Hangga yang sedang menyetir mobilnya dengan kecepatan sedang."Tapi ini bukan jalan menuju kosku Om," seru Swari yang mulai khawatir melihat mobil mengarah naik ke wilayah Yogya bagian tenggara."Memangnya dari tadi kamu bilang mau kemana? Dari pada bingung, ya suka-suka sopir kan."Jawaban Hangga sontak membuat Swari sedikit kesal. Dia merasa dikerjai yang kedua kalinya.Tidak sampai satu jam mereka sampai di tempat ketinggian wilayah Yogya yang disebut dengan bukit bintang.Sebenarnya mereka bisa saja ke tempat yang lebih elegan di heha sky view, tetapi Hangga belum yakin Swari mau diajak ke sana. Kare
Bab 12"Apa kamu bersedia menjadi sosok ibu bagi Arka?""Haah," Swari tercekat mendengar ucapan Hangga.Swari hanya bergeming, lalu memutar duduknya membelakangi Hangga. Mereka memilih duduk di lesehan, ia menatap kerlipan lampu kota Yogya bak bintang di langit. Suasana sekitar yang ramai pengunjung bisa sedikit mengalihkan perhatian Hangga padanya yang sudah didera rasa gugup tak menentu. Pengunjung di bukit bintang mayoritas anak muda.Swari tak mampu menolak pesona Hangga. Namun dia juga memikirkan keluarganya. Apa kata orang tuanya kalau dia menjalin hubungan dengan laki-laki yang usianya jauh dibanding dirinya terutama ayahnya bisa murka.Ibunya sendiri karena keturunan putri Solo pastinya juga memiliki kriteria sendiri untuk calon suaminya kelak.Swari memijit pelipisnya, rasanya pusing memikirkan hidupnya yang makin rumit.Tak ingin berlama-lama mendiamkan seseorang yang menanti jawaban dengan harap-harap cemas, Swari menghela nafasnya dan mencoba bersuara."Apa yang kamu suka
Bab 13Di sebuah gasebo, Satria sudah menunggu kedatangan Swari yang punya janji ketemu jam 10. Satria sudah datang lebih dulu karena selesai lebih awal bimbingannya dengan dosen. Masih 15 menit menuju jam 10, dia melewati waktu menunggu dengan browsing materi di internet.Dari kejauhan tampak mahasiswi berjalan mendekatinya."Mas Satria sedang apa?" sapanya dengan lembut namun tingkahnya mencurigakan bagi Satria.Hana biasanya gadis agresif yang mengejar-ngejar dirinya."Lagi duduk aja, kamu nggak lihat atau gimana?" ucapnya ketus membuat Hana hanya ber oh ria."Tumben kalem, ada udang di balik batu pasti nih?" tanya Satria heran."Boleh tolongin aku nggak kak?" "Apa? Boleh aja asal nggak aneh-aneh."Hana mendekat membisikkan niatnya pada Satria. Sementara Satria kaget terperanjat dengan permintaan adik tingkatnya itu. Hana mengharapkan pertolongan Satria dan berjanji melakukan apa yang dimintanya."Kamu serius ingin aku berakting di depan cowok itu?" ucap Satria sambil menunjuk se
Bab 14Di ruangan CEO perusahaan tekstil, Raditya Hangga memberitahu sekretarisnya Kartika melalui interkom untuk menyiapkan acara syukuran pembukaan cabang di wilayah Surakarta.Acara diselenggarakan di rumahnya dengan mengundang para kepala divisi dan karyawan non produksi. Untuk acara seluruh karyawan diagendakan lain waktu bersamaan dengan family gathering.Hangga memanggil Kartika ke ruangnya untuk diajak diskusi persiapan acara syukuran minggu depan."Tika, tolong kamu handle acaranya ya!""Baik, Pak. Ini beneran mau dilaksanakan di rumah Pak Hangga?" tanya Kartika serius, tidak biasanya bosnya mengadakan acara di rumah."Iya, masih muat kok halaman rumah saya," canda Hangga membuat sekretarisnya mengulum senyum.Hangga sengaja mengadakan syukuran di rumah sekalian ingin mengenalkan Swari pada karyawannya. Tok.tok.Hangga dan sekretarisnya menoleh ke arah pintu menampakkan sosok cantik yang biasa menyambangi waktu makan siang Hangga. Dia tak lain adalah Dena. Kedatangannya tida
Bab 15A"Om Hangga..."Hangga yang terdiam justru mengeratkan pelukannya."Om..."Swari mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Hangga yang tak berkedip.Ternyata Hangga terpaku dibuatnya sampai lamunannya melanglang buana."Om melamun?"'Astaga, kenapa pikiranku buruk sekali. Astaghfirullah, kalau begini caranya aku harus segera menghalalkanmu saja, Ri,' guman Hangga yang langsung memalingkan wajahnya. "Ayo, segera keluar dari sini sebelum ada yang ketiga!""Isshh, sudah tahu bahaya mengintai malah nungguin aku di kamar. Dasar laki-laki dewasa pikirannya pasti m*s*m," ucap Swari lirih namun masih di dengar Hangga."Apa kamu bilang?""Ah, tidak-tidak. Bukan apa-apa, Om."Hangga, Arka dan Swari sudah berada di ruang keluarga. Mereka bersantai ditemani jahe hangat dan pisang goreng yang dihidangkan Bi Marni.Hangga menceritakan rencananya mengadakan syukuran pembukaan cabang di Surakarta. Swari kaget tak menyangka kalau dirinya juga akan diundang ke acara itu, bahkan Hangga ingin
Bab 15B"Assalamu'alaikum. Ada apa,Yah?""Wa'alaikumsalam. Kamu nggak berubah, Ri. Nggak nanya kabar ayah justru langsung tanya maksud menelponmu."Swari hanya memutar bola matanya jengah meski ayahnya tidak bisa melihatnya."Nggak usah ditanyakan pastinya ayah sibuk kerja karena jadi kepala divisi,huh.""Haha, anak pintar.""Nggak usah memuji, pasti ada maunya.""Minggu depan, kamu diminta ibumu ke Solo. Ada acara penting untukmu.""Acara apa?" jawab Swari dengan nada datar."Ya mungkin perjodohan kali. Ibu kan keturunan darah biru.""Apa, ibu nggak bilang-bilang sama aku kok.""Lha ini ayah yang bilang. Pokoknya minggu depan kamu ke Solo. Jangan buat ayah dan ibu marah sama kamu.""Ckkkckk."Swari membanting ponselnya ke samping. Ayah dan ibunya sudah membuatnya frustasi kali ini. Bagaimana bisa mau mejodohkan tanpa bilang apa-apa.'Eh tunggu sebentar, bisa jadi bukan masalah perjodohan.' Swari masih menghibur diri sendiri dengan berprasangka yang baik pada ibunya.Dia belum bisa b
Bab 16"Maaf, Pak. Swari ini calon istri saya," ucap Hangga dengan sopan.Pak Dahlan tercengang tak percaya, otaknya seperti mendidih mendengar ucapan Hangga. Meskipun laki-laki di depannya adalah bos tempat kerjanya tapi masalah Swari adalah masalah keluarganya.Karyawan yang mendengarnya pun terperanjat, tak terkecuali Dena yang menampakkan raut kesedihan."Satria, aku menyuruhmu menjaga adikmu. Kenapa jadinya begini?" "Maafkan aku, Yah," jawab Satria dengan lirih.Swari hanya menyaksikan ketegangan dengan wajah terpaku. 'Kenyataan pahit apa ini, Satria kenapa memanggil ayahku dengan panggilan yang sama denganku. Ayah juga kenapa bilang kalau aku adiknya. Jadi, selama ini Satria membohongiku.'Bak disambar petir Swari mendapatkan fakta ini. Di saat dirinya ingin merengkuh bahagia bersama Hangga justru dipatahkan sebuah kenyataan pahit."Satria, kamu tega membohongiku, hah?" teriak Swari dengan berderai air mata menatap nyalang laki-laki yang dianggap sahabatnya ternyata adalah kak
Bab 17Hangga merasa Swari sudah tenang segera melonggarkan pelukannya.Tak disangka Swari memanfaatkannya dengan melepaskan diri.Swari membalikkan diri dan berjalan menjauhi Hangga maupun Satria.Kepalanya terasa pening dan pandangan pun mulai kabur.Tiba-tiba semua terasa gelap.Brukk."Swari...," teriak kedua laki-laki yang sedari tadi fokus padanya.Hangga segera membawa Swari ke RS karena tak kunjung siuman. Satria segera menghubungi ayahnya mengenai kondisi Swari. Bagaimanapun, Satria sudah diberi amanah oleh ayah Swari yang sekaligus juga ayahnya dengan beda ibu untuk menjaga adiknya.Swari memang tidak dibiarkan mengetahui siapa dirinya karena Satria takut akan tumbuh rasa benci terhadapnya.Swari membuka matanya perlahan, badanya masih terasa lemas dengan kepala sedikit pening. Swari terbaring di ranjang pasien dengan Satria yang menunggu di sampingnya. Sementara sosok laki-laki paruh baya yang sudah memberi tanda merah di pipinya telah duduk di sofa ruang VIP tak jauh dari