Pagi ini terlihat cerah, tetapi tidak secerah hati Ayu. Disaat Ayu pulang dari sebuah ruangan kafe yang dimana ia bekerja untuk mencari nafkah.
Disana, terlihat seorang pria paruh baya yang sangat familiar dilihatnya sedang duduk bersama seorang pria berpakaian jas hitam dan dijaga ketat oleh kedua bodyguard yang setia berdiri di sebelahnya.
Ayu melangkahkan kakinya menuju tempat itu dan ia bersembunyi di balik pintu. Ia penasaran dengan raut wajah ayahnya tenang berubah menjadi memohon ampun terhadap pria itu. Ia tidak mendengar jelas pembicaraan dari mereka, tetapi Ayu menangkap percakapan terakhir yang menyebut namanya.
Di dalam ruangan kafe VIP
"Tuan Dimetri Albert, bukankah kamu sudah tahu apa hukumannya bagi seorang penghianat sepertimu!" ucap seorang pria berwajah tampan itu dengan santay tetapi penuh penekanan di akhir kalimat.
"Tu-tuan, ampuni aku. Aku berjanji akan menganti semua kerugian perusahaanmu. Tolong beri aku waktu tuan untuk menebus semua hutang piutangku," ucap seorang pria tampan berumur 50 tahun itu, ia terus memohon di hadapan Kenzo.
"Hahaha..." tawa Kenzo yang terdengar menyeramkan. Dimetri menelan saliva dengan susah payah. Ia berusaha menenangkan dirinya agar dapat berpikir jernih.
"Aku sudah berbaik hati memberikan kepercayaan penuh padamu, tetapi kau salah mengartikan semua kebaikanku dan sengaja memanfaatkan segala kebaikanku,"
Lelaki Kejam itu bernama Kenzo Rihandra merupakan seorang CEO tampan dan berdarah dingin dari perusahaan Rihandra Group. Perusahaan keluarga yang susah payah ia bangun hingga menjadi nomor satu terkaya di dunia dan memiliki banyak cabang perusahaan di setiap negara.
"T-tuan aku mohon, kasihanilah aku. Aku masih memiliki seorang istri dan kedua anak perempuan yang harus saya hidupi.” jawab Dimetri dengan suara terbata-bata tetapi masih bisa didengar dengan jelas.
“Aku tidak mau tahu tentang kelurgamu itu! Yang aku tahu kau sudah berhianat dan seorang penghianat harus mati!” ancam Kenzo dengan senyuman miringnya.
“Apakah kau sudah senang menghabiskan uang ku? Aku sudah menduga hal itu, ternyata kau orang tidak jujur. Sepertinya aku perlu merasa bersenang-senang dulu. Sebelum menjemput ajalmu,” Kenzo menatap remeh di hadapan Dimetri.
Dimetri yang mendengar semua ucapan pria di hadapannya, ia menelan salivanya dengan susah. Dimetri tidak membayangkan bagaimana nantinya ia akan disiksa habis-habisan oleh seorang tuan muda bernama Kenzo Rihandra.
"Jimmy! Bawa pria tua ini ke ruang bawah tanah.” perintah Kenzo kepada sekertaris sekaligus tangan kanannya.
"Baik Tuan." jawab Jimmy melangkahkan kakinya menuju ke arah Dimetri dan ia menarik paksa tangan Dimetri agar mengikuti langkah kakinya.
Kenzo memang tidak pernah main-main dengan semua ucapannya. Siapapun yang berani mengusik hidupnya maka ia tidak segan-segan menghabisi nyawanya. Semua sikap kejam dan dingin Ini bukanlah sifat Kenzo yang dulu, semua berubah drastis setelah ia mengalami kejadian beberapa tahun yang lalu.
“Tu-tuan aku mohon, Ak-aku akan melunasi semua hutang piutangku. Aku akan bertanggung jawab dan aku mohon Tuan, jika Tuan tidak percaya dengan ucapan aku maka aku akan menyerahkan salah satu anakku sebagai jaminannya.” Dimetri terus memohon di telapak kaki Kenzo.
Kenzo yang mendengar semua ucapan pria tua di hadapannya, ia sedikit tertarik. Mengapa pria ini dengan mudahnya menyerahkan anaknya untuk dijadikan jaminan dari hutangnya? Mulailah pertanyaan itu muncul di otak kecilnya.
“Apa katamu? Hahaha… Anak mana yang terlahir dari laki-laik kejam sepertimu? Anak sendiri di jadikan jaminan. Ckckck tega sekali, dasar tidak punya hati.” sahut Kenzo.
"Kau jauh lebih kejam Tuan muda!" kata Dimetri dalam hati.
“Tuan, aku akan menunjukkan foto semua anak perempuanku.” Dimetri mengambil ponsel dari saku celananya dan ia membuka ponselnya untuk mencari foto kedua putrinya.
Setelah itu, Dimetri mengarahkan layar ponselnya di depan Kenzo. Foto pertama, Dimetri menunjukkan sebuah foto putri tirinya dan foto kedua adalah putri kandungnya sendiri.
Saat ia melihat foto pertama yang ditunjukkan oleh Dimetri, Kenzo tampak terlihat biasa saja, saat melihat putri tiri dari Dimetri yang memiliki wajah manis dan berambut pirang pendek. Namun, saat ia melihat foto kedua menampilkan seorang wanita cantik yang berhijab merah yang sedang tersenyum manis menatap ke arah layar kamera.
Kenzo yang melihat wanita itu membuat ia sedikit tertarik. Entah kenapa ia bertekat bulat ingin memiliki perempuan di foto itu.
“Hm… Sepertinya aku tertarik dengan perempuan berhijab ini, siapa namanya?” tanya Kenzo menunjukkan jari manisnya ke arah layar ponsel Dimetri.
“Namanya Ayu Liyunma, anak pertama saya, Tuan.” jawab Dimetri dengan perasaan hati yang lega.
“Kau harus membawa gadis ini besok di hadapanku, semua persiapan akan diurus oleh Jimmy. Kau? Boleh keluar dari sini!” titah Kenzo.
“Terima kasih banyak Tuan, terima kasih.” Dimetri sangat bersyukur karena nyawanya sudah aman.
“Ingat, jangan pernah bermain-main denganku lagi!” ucap Kenzo tegas dan hal itu membuat Dimetri mulai menegang.
“Aku selalu mengingatnya, Tuan.” sahut Dimetri memberikan senyuman manisnya.
“Kalau begitu saya permisi.” Dimetri pun segera berjalan keluar dari ruangan yang di tempatinya. Untung tuan mudanya mau menerima tawarannya. Jadi, dirinya terbebas dari hutangnya hari ini.
***
Ayu yang bersembunyi di balik pintu ruangan itu, ia mulai mencari tempat lain untuk bersembunyi. Agar ia tidak dipergoki menguping pembicaran antara ayahnya dan pria tersebut. Ayu berjalan menuju meja kosong dan ia mulai menundukkan badan di bawah meja itu. Ia melihat Ayahnya membuka pintu ruangan VIP dan berjalan keluar dari ruangan itu.
“Sepertinya ada yang tidak beres!” kata Ayu pada diri sendiri. Ia pun keluar dari tempat persembunyian dan ia melangkahkan kakinya menuju ruang lift.
“Jimmy! Kau cari tahu semua tentang wanita yang bernama Ayu itu selengkap-lengkapnya.” Titah Kenzo melirik singkat sekertarisnya.
“Baik Tuan,” patuh Jimmy.
Entah apa yang dipikirkan oleh Kenzo, namun, ia memiliki ide gila untuk direncanakan pada gadis sebagai jaminan dari Dimetri.
Sementara di sebuah rumah minimalis mewah yang berlantai 1, terlihat seorang wanita berhijab berjalan masuk menuju pintu rumahnya. Baru saja, Ayu berjalan menuju ke arah ruang tamu, ia mendengar suara teriakan dari Ibu tirinya yang memanggil namanya.
“Darimana saja kamu? Sudah jam segini baru pulang, cepat bereskan semua cucian pakaian di belakang rumah. Cepat!" teriak Ibunya bernama Miyana.
“Baik Ma,” ucap Ayu mempercepat langkah kakinya menuju belakang rumah.
Sekarang, Ayu sedang mencuci semua pakaian kotor di belakang rumah. Padahal ada 4 maid yang bisa diperkerjakan membersihkan rumah. Tetapi, Ayu selalu disuruh mengerjakan semua pekerjaan rumah dengan tangan kosongnya. Padahal kan, Ia baru saja pulang kerja dan disuruh mengerjakan semua pekerjaan rumah. Dimanakah hati nurani seorang Ibu terhadap anaknya walaupun Ayu adalah anak tirinya.
“Yang bersih! Jangan ada noda dan Jangan rusak! Kamu disini itu cuma numpang! Jangan mau enaknya saja," ucap Miyana yang berumur sekitar 40 tahun.
“Kamu kalo kerja itu yang benar! Sekalian cuci baju aku juga." lanjut seorang perempuan berambut pendek dengan melemparkan beberapa pakaian di hadapan wanita berhijab yang sedang mencuci tumpukan pakaian.
Perempuan itu bernama Miyana Albert dan Nada Albert. Mereka sedang melihat kinerja dari anak kandung suami Miyana.
“Iya.” hanya itu yang mampu Ayu ucapkan, ia tidak mampu melawan posisi ibu tirinya bersama kakak tirinya yang mempunyai relasi yang kuat.
“Bagaimana dengan kuliah kamu, sayang?” tanya Miyana membelai pucuk kepala anaknya dengan sayang.
“Baik kok Ma. Oh iya, kemarin, temen aku beli ponsel pengeluaran terbaru dan fitur ponselnya canggih banget. Aku mau Ma, masa aku pake ponsel jadul seperti ini.” jawab Nada.
“Ponsel baru? Ya udah ayo kita belanja sekarang dan akan mama belikan semua kebutuhan yang kamu mau,” ucap Miyana menatap anak kandungnya yang berdiri di sebelahnya.
“Oke Mah, aku siap-siap dulu,” ucap Nada tersenyum di hadapan Miyana dan berjalan menuju kamarnya.
“Kamu! Kalo sudah selesai mencuci, kamu siapkan makan malam nanti!” perintah Miyana dan mengikuti langkah kaki anaknya.
Ayu yang mendengar semua ucapan dari Ibu tirinya hanya tersenyum kecut. Ia menahan buliran kristal yang hampir jatuh mengenai wajah cantiknya. Tetapi, masih ditahan dan ia selalu berdoa dalam hati agar dapat ikut dengan Ibu kandungnya yang telah tiada dan ia tidak menerima perlakuan yang adil di rumah ayah kandungnya.
"Tuhan, Kapan semua penderitaan ini akan berakhir dan tergantikan dengan kebahagiaan?" kata Ayu dalam hati.
Di sebuah mension mewah bermodel klasik Eropa milik seorang pengusaha terkaya nomor satu di dunia tetapi terkenal dingin dan kejam tak berperasaan. Disana, terlihat seorang pria muda yang sedang duduk di ruang kerjanya. “Permisi Tuan Muda, saya telah menemukan semua berkasnya,” ucap Jimmy seraya berjalan masuk ke dalam ruang kerja Tuan Muda Kenzo. Kenzo yang sedang menatap pemandangan di luar jendela, ia langsung mengalihkan pandangannya ke arah tangan kanannya. “Taruh saja di atas meja!” titah Kenzo dengan ekspresi wajah datarnya. “Baik Tuan,” Jimmy menaruh semua berkas yang dipegangnya menuju di atas meja. “Pergilah!” usir Kenzo. Jimmy menghela nafas sejenak dan ia tersenyum manis ke arah Tuan muda Kenzo. “Baik Tuan.” Jimmy membalikkan tubuhnya dan ia melangkahkan kakinya menuju pintu keluar ruangan. Kenzo menggeserkan kursi kebesarannya agar mendekati meja kerjany
Setelah menyelesaikan semua tugas yang biasa Ayu lakukan sebagai anak rumah tangga. Ayu melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamarnya. Di dalam kamar Ayu terdapat kasur ukuran kecil dan lemari plastik yang hampir roboh. Tidak ada AC atau kipas angin yang dapat mendinginkan suhu kamar Ayu. Melainkan, Ayu yang merasa kepanasan, ia langsung membuka jendela kamar agar udara segar masuk ke dalam kamar. Entah bagaimana pola pikir papa kandung Ayu, yang selalu membencinya tanpa sebab. Dulu, Dimetri memberikan semua fasilitas mewah pada Ayu. Namun, semenjak Dimetri menikahi janda anak satu, Ayu tidak mendapatkan rasa ketenangan di rumahnya. Semua fasilitas yang ia miliki, lenyap begitu saja dan tersisa hanyalah Ayu menerima penderitaan siksaan oleh Ibu tiri dan saudari tirinya. Ibu tirinya dengan seenak jidatnya menyuruh Ayu melakukan semua pekerjaan rumah, tanpa memberikan istirahat dan Ayu tidak dapat melawan keinginan ibu tirinya. Begitupun, papa kandungnya han
Ayu terbangun dari alam mimpinya, ia mengucek pelan kedua bola matanya. Ayu mendudukkan dirinya di atas kasur sejenak untuk menyeimbangkan tubuhnya. Setelah dirasa cukup, ia melangkahkan kakinya menuju ke arah ruang kamar mandi umum yang terletak di sebelah dapur. Hari telah menunjukkan pukul 07.10 pagi, Ayu dengan cekatan, merapikan semua makanan yang telah ia masak di atas meja makan. Ia menatap semua masakan yang dibuatnya yang begitu indah dan ia pergi dari ruang meja makan karena sudah waktunya sarapan pagi. Ayu yang berada di ruang dapur, ia telah terbiasa melihat kedua orang tuanya bersama adik tirinya berjalan menuju meja makan. "Ayu, geserkan kursi ini! Aku mau duduk. Tangan aku telah melakukan perawatan dan aku takut tangan aku kotor dan tidak indah lagi," ucap Nada yang berdiri di sebelah meja makan. "Kamu bisa dengar gak perkataanku! Apa telinga kamu sudah hilang dan tidak bisa mendengarnya denga
“Nona muda, mari silahkan duduk disini.” lanjut Jimmy undur diri di hadapan tuan muda Kenzo. Ayu yang masih berdiri di belakang Jimmy, ia langsung melangkahkan kakinya menuju meja di depannya. Wajah yang cantik, pujian Itulah yang Kenzo klaim saat menatap wajah polos wanita muda yang berada di belakang sekretarisnya. Ternyata, melihat orangnya secara langsung, lebih cantik dibandingkan dengan tampilan foto. Jimmy mempersilahkan Ayu untuk duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan Tuan muda Kenzo, Ayu yang diperlakukan seperti ratu, ia tersenyum dan mengucapkan terima kasih pada Jimmy yang berdiri di sebelahnya. “Nona Muda Ayu Liyunma, apakah kamu mengetahui kalau Tuan Dimetri mengajakmu datang kemari?” ucap Kenzo saat melihat Ayu duduk di hadapannya. “Aku tidak tahu, ada apa Tuan?” ucap Ayu dengan wajah penuh tanya. Ayu memang tidak kalau papa kandungnya menyu
"Bagus! Siapkan semua pakaianmu, sore ini kau akan ikut pulang bersamaku dan minggu depan kita akan melangsungkan pernikahan kita di belakang mensionku," ucap Kenzo. "Apa? Pulang bersamamu dan minggu depan melangsungkan pernikahan," sahut Ayu kaget. "Jimmy! Antar dia pulang ke rumahnya!" titah Kenzo. Jimmy yang mendengar perintah dari tuan mudanya, mengangguk patuh. "Baik Tuan." jawab Jimmy. "Tidak usah, aku bisa pulang sendiri." sahut Ayu menolak. "Jangan pernah membantah perintah ku!" bentak Kenzo menatap tajam ke arah Ayu. Ayu yang menerima bentakannya hanya mengabaikannya saja dan ia berjalan menuju pintu keluar Restoran. Ayu lelah diperlakukan seenak jidatnya oleh ayahnya. "Hey! Ayy..." ucap Kenzo terhenti saat mendengar ucapan dari Ayu. "Tuan, maaf saya lancang. Sepertinya, Nona muda ingin menenangkan hatinya terlebih dahulu. Mungkin, Nona muda tidak percaya dengan perlakuan dari ayahnya." jelas Jimmy saat melihat Kenzo ingin men
Ayu melepaskan rangkulan tangan Kenzo, ia meminta izin untuk segera kembali ke kamar untuk membereskan semua pakaian dan barang yang akan dibawanya. Ayu memasukkannya ke dalam tas koper berwarna pink miliknya. Setelah selesai membereskan, ia melangkahkan kakinya menuju pintu keluar kamar dan berjalan ke arah ruang tamu. Ayu berjalan menuju ruang tamu sembari membawa tas kopernya. Di sana, ia menatap semua orang yang berada di depannya dengan tatapan sendu. "Jimmy, bawakan tas kopernya!" perintah Kenzo. Jimmy yang mendengar namanya dipanggil, ia langsung menganggukkan kepala dan membawa tas koper milik Ayu. Ayu pun mengucapkan terima kasih di hadapan Jimmy. "Ayah, aku pamit pergi," ucap Ayu menatap wajah Dimetri yang berdiri di depannya. Dimetri y
Hari ini adalah hari pernikahan antara Kenzo bersama Ayu. Tidak terasa satu minggu telah berlalu. Semua perlengkapan telah siap dan tertata rapi. Dekorasi mewah dengan pernak-pernik berkilauan menyinari ruangan. Berbagai macam makanan mewah telah tersedia. Para tamu undangan telah datang memenuhi ruangan dan disinilah Ayu berada, ia menatap sekelilingnya sedang berbincang ramai. Penghulu yang dibayar oleh Kenzo pun telah datang dan janji suci pernikahan telah diucapkan dan akhirnya dinyatakan sah atas pernikahannya. Ayu menatap tak percaya bahwa tuan muda itu benar-benar menikahinya. Ayu menatap ke samping dimana tuan mudanya duduk, sekarang Ayu tahu kenapa ia disuruh mencoba mengenakan gaun pengantin kemarin. Saat ini, Kenzo sedang mengenakan jas casual berwarna abu yang senada dengan dirinya. Tampan itulah kesan pertama saat Ayu bertemu dengan Kenzo. Ayu tak menyangka suaminya kelak adalah seorang Kenzo Rihandra, entahlah pernikahan ini akan bertahan lama t
Ayu yang mendengar ucapan dari Kenzo, ia langsung menggeleng-gelengkan kepalanya di depan Kenzo."Ak-ku tidak terpesona dengan tuan," ucap Ayu dengan mengalihkan pandangannya menatap Kenzo menuju ke arah samping. Ayu menutup wajahnya yang terlihat merah merona dengan kedua tangannya. "Kenapa wanita ini berbeda dengan orang yang selalu memujaku di luar sana." kata Kenzo dalam hati, ia menatap intens ke arah Ayu. Ayu yang ditatap begitu menjadi salah tingkah. Kenzo berjalan menuju tempat tidur yang sedang diduduki oleh Ayu. Ayu melihat Kenzo yang sedang berjalan mendekati dirinya. Kenzo menyentuh ujung rambut Ayu, Ayu merasakan ada yang tidak beres dan ia berjaga-jaga agar tidak terjadi sesuatu yang diinginkan oleh Kenzo. "Jadi, kau tidak terpesona dengan tubuh tegapku?" ucap Kenzo dingin. "Bu-bukan begitu tuan, aku..." ucapan Ayu terhenti saat mendengar ucapan Kenzo yang memotong pembicaraannya. "Lalu apa?" tanya Kenzo mulai memainka