Share

Rani yang Pergi

Rani, menangis sambil menggigil ketakutan. Dia bingung harus ke mana? Air mata masih deras mengalir, kosong sungguh hatinya, memeluk tas slempang yang dia bawa. 

Rintik hujan mengisi Jakarta pagi menjelang siang itu.

Sementara, Venca masih sibuk memutar setir. Sama bingungnya dengan kakak—tiri yang barusan Ibu lantang katakan.

Sesekali, adiknya menoleh ke Mbaknya yang masih sesengukan. Tak kalah memang hatinya pun sakit mendengar Ibu mengusir Mbaknya tadi. Apa lantaran hamil? Mengapa semua kehormatan keluarga itu penting sekali untuk Ibu dan Bapaknya.

"Kita—makan dulu aja, Mbak, gimana? Caca lapar."

Rani mengangguk pasrah. Tidak bohong memang dirinya pun kelaparan, memang beberapa minggu ini selalu kelaparan begini. Dia baru tahu tadi pagi kalau dirinya berbadan dua, mungkin karena ini yang membuatnya selalu kelaparan. 

Caca memutar setir, berhenti di pelataran parkir restoran makanan khas Korea.

"Lo kan enggak suka makan di s
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status