Acara terakhir di taman safari itu adalah melihat pertunjukan gajah. Di barisan para penonton, keempat orang itu duduk berjejeran di bangku yang sangat pas untuk melihat aksi para gajah di seberang sana—di batasi oleh sebuah kolam dengan pagar kaca kokoh, dan di sisi lain sudah ada sebuah panggung bertema pedesaan menghiasinya. Selama pertunjukan tersebut dengan musik yang membuat jantung was-was dan berdebar takut, beberapa penonton berhasil dibuat tegang dan mematung kaget hingga terdiam tanpa kata. Dua gajah terlatih berakting menghancurkan sebuah rumah buatan yang aslinya bisa dibongkar pasang, gajah ini berperan sebagai gajah liar. Para manusia yang berakting sebagai para penduduk desa panik melihat ada gajah liar yang masuk ke perkampungan mereka, merusak rumah dan hasil tanaman yang ada. Lalu, beberapa penduduk desa akting mengusir gajah-gajah itu dengan mukul-mukul mereka menjauhi tempat tinggal manusia, mengusirnya kembali masuk ke dalam hutan. “Oh, ya, Tuhan! Mereka tidak
Yang tidak diketahui oleh Risa, ini adalah pengalaman pertama bagi Shouhei. Jadi, pria ini sedikit bingung harus melakukan apa di atas panggung. Alhasil, dia hanya bisa menggoda Risa untuk mencari tahu apa yang seharusnya mereka lakukan. Wajah Shouhei sesaat terbengong bodoh, tapi segera terhapuskan dengan senyum profesionalnya yang tampan, meraih tangan Risa dan menggenggamnya erat ketika sang pemandu acara datang bersama seekor gajah dewasa. Sang gajah dengan sopan dan hati-hati mengalungkan karangan bunga kepada kedua orang ini. “Berikan tepuk tangan pada keberanian mereka berdua!” teriak sang pemandu acara dengan gembira, menunjuk keduanya dengan tangan kiri, berbicara lebih banyak ke arah penonton. “Bagaimana? Gajah tidak begitu buruk, bukan? Tidak seseram yang kamu pikirkan,” hibur Shouhei kepada Risa yang kini sedikit gugup karena belalai Lulu bermain-main di puncak kepalanya, mengelus-ngelus rambutnya dengan sangat jinak. “Sho-Shouhei...” sahutnya gugup dengan bibir gemeta
“Aku sangat merindukan calon istriku, apa kamu tidak merindukanku juga?” Adnan tersenyum lebar sekali lagi, memeluk Risa lebih kuat hingga nyaris kesulitan bernapas. Detik berikutnya, dia melirik ke arah tiga orang di depan sana. Sudut bibirnya tertarik licik, kepala dianggukkan memberi salam, tapi ada kesan sombong dari pembawaan pria satu ini. Mata Adnan dan Shouhei terkunci satu sama lain. Keduanya diam-diam langsung bisa menilai kalau mereka adalah saingan satu sama lain tanpa perlu dijelaskan dengan kata-kata. Tangan Shouhei mengepal di kedua sisi tubuhnya, hatinya bagaikan diremas oleh tangan tak terlihat. Suasana canggung dan tegang itu sangat terasa, tapi Adnan yang diam-diam berjiwa playboy lebih mendominasi mereka hingga semua orang di sana hanya bisa terdiam mengamati, atau lebih tepatnya menerima aksi pamer kemesraan itu. James melirik cemas ke arah Shouhei. Mata pria berdarah Jepang itu tidak lepas dari kedua sosok tersebut, tidak berkedip dan tidak dilepas sedetik pu
Adnan tertawa lembut yang rendah, membuat tampilannya sangat segar. Ketampanan dan aura keren pria ini naik berkali-kali lipat, berkata kembali dengan agak dingin seolah tengah menyindir Risa dengan sengaja. “Aku berpikir untuk memberimu kejutan, tapi malah aku yang terkejut.” Syok! Jantung Risa rasanya mau copot! Bagaimana ini? Apakah Adnan mencurigai mereka berdua? Dia pasti telah mendengar gosip tentang dirinya, kan? Sebelumnya, dia dan Shouhei jelas terlihat tidak sedang bekerja. Memang pekerjaan mereka telah selesai, tapi tidakkah kebersamaan mereka terlihat terlalu akrab sebagai sekretaris dadakan dan bosnya? Mereka jelas terlihat seperti orang yang baru saja melakukan double date! Astaga! ‘Bagaimana ini? Aku memang salah, tapi... ‘ batin Risa dengan perasaan sudah seperti berada di tepi jurang, bingung dengan posisi tidak jelas yang dimilikinya sekarang. Dia dan Adnan juga belum bertunangan. Jadi, apakah dia berselingkuh atau tidak, ini sedikit abu-abu untuknya. Sayang,
Sementara Risa menikmati steak itu dengan akting dipaksakan senang, Adnan yang bersandar di kursi dan masih memegang ponsel sang wanita terdiam memikirkan beberapa hal. Sepertinya Risa Abdullah juga tidak tahu siapa pengirim hadiah misterius itu, dan juga masih mengira itu adalah darinya. Lalu, ponsel ini? Ini adalah ponsel mahal. Risa Abdullah yang diamatinya dalam waktu singkat, bukanlah tipe wanita yang matre, atau seperti itu yang diperlihatkannya selama masa perkenalan mereka. Ataukah dia hanya pura-pura selama ini? Ayahnya saja dengan entengnya menjual anaknya untuk perjodohan bisnis, bagaimana dengan wanita di depannya ini Benarkah dia tidak matre? “Ponsel barumu ini sangat bagus, ya?” celutuk Adnan iseng. “Lebih bagus daripada ponsel baruku.” Risa yang kini malah tenggelam karena ternyata rasa steaknya sangat enak, sibuk menyuapi dirinya sambil menjawab pertanyaan itu tanpa berpikir banyak, tidak melihat sang calon suami. “Iya. Ponsel itu benar-benar sangat canggih. Sang
Pria tidak tahu malu! Shouhei baru saja menghisap lidahnya seperti penyedot debu menerobos jari-jarinya yang menahan bibir mereka untuk bertemu. Sialnya, Risa pikir dia bisa mencegahnya, tapi ternyata lolos juga! Dia bahkan menggigit jari-jarinya manja saat melakukannya. Setelah menciumnya panas seperti itu, sekarang dia mengusirnya seperti tissu sekali buang?! Pria sialan! Sangat sialan! Hati Risa Abdullah meluber panas bagaikan lava yang mengalir turun ke perut, tapi dia tidak tahu bagaimana melampiaskan emosi ini, hanya bisa berdiri linglung usai dilanda kelembutan tadi. ‘Apaan janji cap bibir darinya?! PEMBOHONG!’ maki Risa dalam hati, sangat putus asa dan kecewa. “Kenapa? Kamu masih ingin berada di sini bersamaku? Mau masuk ke dalam kamar?” Risa tercekat kaget, mundur selangkah melihat Shouhei memajukan tubuhnya meski kembali bersandar di rangka pintu, mata dinginnya menatapnya masih tidak ada rasa ketertarikan, tidak seperti kemarin yang hangat dan penuh pujaan. “Maaf, Pak
#Warning rate 21 + Mohon maaf atas ketidaknyamanannya. …………… Kedua pipi Risa Abdullah memerah hebat dengan wajah termenung linglung. Sejak tadi, dia dan Shouhei kerjanya hanya berciuman dan saling sentuh, tapi Shouhei tidak sampai selesai melakukannya. “Kamu masih marah?” tanya Shouhei halus, mengelus puncak belakang rambut sang wanita yang tengah menenggelamkan kepalanya di dadanya yang polos. Risa Abdullah memeluk Shouhei dengan kuat, bajunya sudah dilepas penuh, dan hanya menyembunyikan tubuh halus putihnya di balik selimut lembut yang menutupi tubuh mereka bersama-sama. Ini memang bukan ajaran kedua orang tua Risa, malah dia merasa sangat bersalah karena telah melakukan hal penuh dosa bersama pria yang bukan calon suaminya. Tapi, kuatnya rasa cinta yang timbul di hatinya seolah ingin meledak keluar, ditambah lagi mereka hanya berdua di ruangan luas tersebut dan ketiganya adalah setan-setan penuh bujukan maut, membuat kedua manusia beda gender yang sempat beradu mulut ini ny
“Sebaiknya kita benar-benar menjaga jarak. Jangan sampai aku kehilangan kendali hanya untuk membuktikan rasa cintaku kepadamu hanya karena cemburu dan emosi. Aku tidak mau membuka segelmu sebelum kita menikah.” Risa mengangguk saja mendengar ucapan bosnya, pasrah. Bodoh amat dia bilang apa. Kepalanya sekarang terasa berat, sulit mencerna semua ucapan Shouhei yang sangat penuh trik itu. Dia tahu jelas kalau Shouhei hanya sedang menghiburnya semata. Lagi pula, pernikahannya dengan Adnan mustahil dibatalkan. Dia hanya sedang menahannya agar tidak pergi dari sisinya, dan bersedia menjadi wanita simpanannya secara sukarela. Apakah mereka akan seperti ini seterusnya? Menjalin hubungan rahasia, bahkan setelah mereka masing-masing telah memiliki pasangan? “Sekarang, berhenti menangis. Serahkan semuanya kepadaku. Ok?” Shouhei melepas pelukannya, menghapus air mata di sebelah pipi sang wanita. “Mandilah lebih dulu, aku akan memesan sarapan pagi untuk kita berdua.” Risa mengangguk patuh sepe