5. Terjebak Cinta Terlarang
Gelagat Aneh Paman Penulis:Lusia Sudarti Part 5 ************* Sunardi pun menghampiri Fotografer itu, lalu menariknya kebelakang panggung yang sepi. Aku tak tau apa yang mereka bicarakan. Dari arah panggung, panitia menghampiri aku. "Mbak ini uang saweran milik Mbak Maya tadi," ucap Panitia sambil menyodorkan sejumlah uang yang ada di dalam kotak khusus saweran. "Ooh iya makasih banyak Pak," jawabku. "Iiya sama-sama Mbak, nanti Mbak Maya di minta untuk membawakan lagu kembali," ucap panitia dengan tersenyum sopan. Aku terkejut, benar-benar tak menyangka, kalo masih di minta membawakan lagu lagi. "Oohh baiklah Pak," ucapku, aku mengulas senyuman. "Kalo begitu saya permisi Mbak," pamitnya kemudian. "Baiklah Pak, terima kasih ya," ujarku sambil membungkuk hormat. Aku membawa kotak kardus pemberian dari pihak panitia kedalam kamar pengantin, pintu kututup agar tak ada yang melihat aku menghitung jumlah uang yang bertaburan di dalam kardus. Kedua bola mataku membelalak sempurna! Aku menutup mulut dengan kedua jemari setelah mengetahui nomimalnya. 'Ya Allah, ini setara dengan gajiku satu bulan sebagai kuli di perkebunan," lirihku. Kemudian aku mengucap syukur dan mengusap wajah. 'Alhamdulillah Ya Allah ...," ucapku bersyukur sambil memasukkan semua uang total tiga juta rupiah kedalam tas slempang yang ia sandang. Kemudian ia keluar dari kamar dan kembali ketempat duduknya semula. "Bu, aku dapat uang tiga juta," bisikku kepada Ibu. "Alhamdulillah," jawab Ibu. Disaat aku sedang fokus melihat kearah pelaminan, melihat Bibik yang tersenyum bahagia, hatiku pun merasa sangat bahagia. Tak terasa titik bening mengalir perlahan dari kedua netraku. 'Semoga Bibik hidup dalam kebahagiaan sampai jannah, amiin," doaku dalam hati. Aku menyeka bulir bening dengan tisu. Ketika melihat sosok yang keluar dari belakang. Dan melintas di depanku. Fotografer tadi terlihat begitu tergesa-gesa, dan terlihat disudut bibirnya memar dan berdarah. "Lho Mas, kenapa kok bibirnya berdarah?" tanyaku heran. "Ooh nggak Papa Mbak, ini tadi jatuh terpeleset dan membentur tembok," jawabnya berdalih dalam kebohongan . "Oh ya? Benarkah Mas? Tapi itu bukan bekas jatuh?" sambungku kemudian, hatiku merasa ada yang janggal antara Sunardi dan fotografer. "Bener kok Mbak," jawabnya berdalih untuk meyakinkan. "Ya udah kalo gitu Mas," sahutku. "Saya permisi Mbak," ujarnya, ia nampak terlihat sangat ketakutan. "Silahkan Mas," aku mengangguk, dan menatap punggungnya dari kejauhan. Aku mengangkat kedua bahuku. Aku melihat ia berlalu dengan begitu tergesa-gesa. 'Aneh ...," bathinku lirih. ❣❣❣❣❣ 'Heemm haus sekali." Aku pun melenggang menuju meja untuk mengambil air minum dan mengambil cemilan. Lumayan capek dan serak tenggorokan ini. Disaat aku sedang asyik menikmati puding, aku mendengar ada suara sedikit berisik diruang sebelah. Dengan sangat hati-hati aku mendekati daun pintu yang terbuka sedikit. "Awas bro, kamu harus awasi orang-orang yang mau mendekati keponakan aku," suara parau seseorang, sepertinya aku mengenalnya. "Kalo kamu gagal, bayaranmu aku potong," bentaknya. "Ja-ngan Bos," jawab laki-laki di dalam ruangan. "Makanya lakukan dengan baik dan hati-hati," perintah seseorang yang mirip Sunardi. "Ssiiaap Bos," katanya lagi. "Cepat awasi dari jarak jauh," sahut orang yang mereka panggil dengan sebutan Bos. Mendengar langkah menuju kearah pintu aku buru-buru, sembunyi dibalik pintu .. dan menahan nafas agar tak ketahuan. 'Sebenarnya ada apa dengan Sunardi itu ya? kenapa bawa-bawa aku?" lirihku dalam hati. Dari tempat acara yang telah dimulai kembali setelah istirahat makan siang. Suara MC memanggil namaku kembali. "Kepada Mbak Maya, di persilahkan naik keatas panggung, untuk membawakan sebuah lagu," suara MC menggema melalui microfon. Maya! Maya! Maya! Suuuuiiiiittttt! Maya pun segera menuju keatas panggung kembali. "Terima kasih sebelumnya, atas kehormatan yang di berikan kepada saya. Saya akan mencoba membawakan sebuah lagu dari ... "Lilis Karlina, Cinta Terisolasi," suaraku menggema. Horreeee ...! Terdengar riuh tepukan dan sorakan dari para tamu undangan yang semakin banyak memenuhi ruangan, bahkan hingga kehalaman. Mereka semua begitu menikmati persembahan diriku yang ketiga kalinya. Akhirnya, sampai lagu kelima berturut-turut aku bernyanyi, dan sambutan dan reaksi tamu undangan begitu antusias. Aku melihat sosok yang diam-diam memperhatikanku dari tempo hari, entah mengapa hatiku begitu penasaran. Penampilannya selalu mencuri hatiku. Wajah dan tubuhnya yang membuat ia berbeda dengan yang lain. Mata elangnya begitu tajam, wanita yang menjumpainya pasti akan tertarik dan rela antri untuk mendapatkan dirinya. Jantungku seolah terpompa dengan cepat, debaran yang kurasakan semakin membuatku hampir tak mampu untuk kukendalikan. "Astagfirrullah, apa yang aku rasakan ini," berulang kali aku mengucap istigfar dalam hati, untuk mengendalikan gejolak dalam dadaku. 'Siapakah dia? Tunggu di bab-bab selanjutnya tentang lelaki yang berhasil mencuri perhatian seorang Maya. ❣❣❣❣ "Dek, nanti dampingi Bibik di pelaminan ya ...!" tiba-tiba suara Sunardi mengagetkan aku. Sontak aku menoleh kearah suara. Ia telah berdiri disampingku. "Iya Paman," jawabku singkat. Kemudian ia pamit untuk bergabung dengan mempelai di pelaminan. Namun kedua netranya tak lepas dariku. Bahkan aku menangkap, sesuatu disana. Namun aku hanya menganggap itu biasa, mungkin bentuk dari kasih sayangnya untukku, sebagai keponakan yang belum lama dipertemukan. Tetapi itu hanya alibiku semata kala itu! Karena aku tak tau, bahwa Sunardi mempunyai maksud terselubung, maksud jahat dan licik. Ternyata ia ingin menjadikanku miliknya. Sunardi tak rela jika aku di dekati siapa pun. Dan saat itu aku benar-benar tak menyadarinya. Bahkan kekuargaku pun tak tau. Hanya Sunardilah yang tau. Sebenarnya ada beberapa sahabat karibnya yang mencoba untuk mendekati aku tetapi dilarang keras olehnya. Seperti kejadian tadi pagi. "Bro kenalin donk sama tuh keponakan kamu yang kemarin membawakan lagu, suaranya begitu merdu dan manis sekali wajahnya," "Awas kalo kamu berani mendekati keponakan aku Fer, kamu berurusan sama aku," ancam Sunardi, ia tak menyangka kalo kehadiranku menarik perhatian dari sahabat-sahabatnya. Ia takut aku jatuh kepelukan orang lain, selain dirinya. "Kenapa emangnya Di?" tanyanya kala itu, dari tempat tersembunyi diam-diam aku memperhatikan mereka. "Ah gak apa-apa, nanti kamu permainkan perasaan Adikku," sanggahnya kemudian. Dan Ferdi pun mundur secara teratur dan pergi meninggalkan Sunardi. Sementara itu acara masih begitu meriah, undangan semakin banyak berdatangan bahkan dari tetangga desa, mau pun dari jawa. Maklum keluarga kami keluarga besar. Dan tak terasa waktu terus berjalan, acara masih terus berlanjut, karena memang acara akan berakhir hingga sehari semalam kemudian. Malam harinya acara dilanjut kembali, setelah mengadakan pengajian dan tausiyah dari Kyai yang sengaja di datangkan. Dan diiringi dengan musik qosidah/gambus. Acara berlangsung dengan khidmat. Sang mempelai wanita masih tetap berlinang air mata, karena sebentar lagi akan melepas masa-masa lajangnya. Dan akan meninggalkan rumah orang tuanya demi berbakti kepada sang Suami. Aku pun turut menitikkan air mata kala mendampinginya. "Selamat berbahagia ya Bik, semoga menjadi keluarga yang sakinah mawadah warohmah, sampai ke jannah. Amiiin," ucapku seraya memeluknya dengan erat. "Amiiinn, terima kasih banyak Maya, semoga kelak Maya juga mendapatkan pengganti yang jauh lebih baik lagi ya," balasnya, disaat kami berpelukan. "Iya Bik, mudah-mudahan jika Maya masih diberikan jodoh lagi, walau pun sebetulnya, belum berfikir untuk menikah lagi, Maya belum bisa melupakan trauma itu," jawabku sendu. "Jangan begitu Maya, gak semua laki-laki itu buruk, masih banyak diluar sana laki-laki yang baik lho." ujarnya memberi nasihat kepadaku. Kami pun saling bercerita tentang kehidupan dan pengalaman perjalanan masing-masing. Aku mengamati kamar pengantin yang dihias begitu indah, dan tempat tidur pun bertaburan kelopak-kelopak bunga mawar merah. Aku takut sekali untuk berumah tangga kembali, karena kegagalan yang pernah kualami, dan masih menyisakan trauma yang mendalam. Bersambung59. Terjebak Cinta TerlarangMenjemput Mas Reno.Penulis : Lusia SudartiPart 59Kami memasuki daerah Tanjung, itu artinya kami harus melewati tiga daerah lagi untuk tiba di sana.Imam melajukan motor sedikit lebih kencang, agar segera sampai.Setelah berkendara selama hampir dua jam, akhirnya kami tiba di terminal regional tentu saja setelah bertanya ke beberapa orang."Mam, berhenti di sana itu ya?" aku menunjuk sebuah warung di tepi terminal yang berdiri di sisi jalan."Iya Mbak." Imam segera membawa motor ke tempat yang baru saja kutunjuk dengan jari telunjukku.Aku dan Imam kemudian turun dari motor dan melangkah menuju sebuah warung, aku mencoba bertanya kepada pemilik warung."Permisi Buk, mau bertanya?" ujarku kepada Ibu yang sedang melayani pembeli."Iya Dek, ada apa?" tanyanya kepadaku sambil menatapku.Dari tatapannya beliau nampak bingung. Mungkin belum pernah bertemu sebelumnya."Apakah Ibu melihat seorang lelaki yang menunggu seseorang Bu?" tanyaku pelan.Sejenak Ibu itu
58 Terjebak Cinta TerlarangIiAkhirnya Aku Menjemput Pujaan Hatiku.Penulis : Lusia SudartiPart 58Aku tertawa puas melihat ekspresi Ayu, kemudian aku segera meninggalkan tempat itu.Siang ini lumayan terik, matahari seolah tepat berada di atas kepala.Kulit seolah terbakar, seperti halnya hatiku saat ini.Entah mengapa, ujian yang kuhadapi datang bertubi-tubi.Kasus dengan Sunardi, masalah dengan Arga, Rafa yang semuanya hampir membuatku g1l4.Kini, masalah dengan Mas Reno, aku berharap semuanya cepat selesai. Bagaimana pun juga, ingin sekali membina rumah tangga sakinah mawadah dan warohma bersama lelaki yang aku cintai.Semua itu kudapatkan dari Mas Reno.Semoga Allah memberikan kemudahanatas semua urusanku. Amiin.Aku hendak membaringkan tubuh, ketika jeritan ponselku terdengar nyaring.Karena aku melamun, sepulang dari rumah Sella. Mendengar deringan dari ponsel pun menjadi terkejut.Aku meraih ponsel yang sedari tadi berada di atas nakas, karena sedang mengisi daya. Kedua ma
57. Terjebak Cinta Terlarang Ujian Selalu Datang Penulis : Lusia Sudarti Part 57"Bu, Maya mau ketempat Sella sebentar ya Bu," teriakku dari samping. "Iya May," jawab Ibu dari ruang televisi. Aku meluncur bersama kuda besiku menyusuri jalan beraspal, ketika tiba di perempatan jalan, yang terdapat sebuah gardu pos ronda, banyak kerumunan Mak-Mak rempong, mereka selalu bergosip ria. Suara riuh yang tadi terdengar, kini tiba-tiba hening ketika melihatku melintasi mereka. Minah, Ginah, Dewi, dan masih ada beberapa orang lagi, yang aku gak kenal, mungkin warga baru, mereka berbisik-bisik ketika melihatku. Aku tak perduli, aku terus melajukan kendaraanku menuju rumah Sella. Di perempatan sekolahan, tampak Agus entah dari mana! Sepertinya ia hendak menghentikan laju kendaraanku, dengan segera aku menambah kecepatan laju motorku. Ia pun mengurungkan niatnya untuk menghampiri.Setelah tiba di rumah Sella, aku memarkir kendaraanku di bawah pohon rambutan yang berdaun rimbun. Sella da
56. Terjebak Cinta Terlarang Bunga Cinta Bersemi Penulis : Lusia Sudarti Part 56 "Sabar Sayang, ada Mas disini, jangan menangis terus, nanti kesehatan kamu terganggu!" kata lelaki yang bernama Robi membingkai wajah Dian, dan mencium keningnya dengan lembut. Aku pun tak dapat membendung air mataku menyaksikan mereka berpelukan dalam duka.Aku merasa ini seperti mimpi atau aku berada di dimensi yang berbeda.Karena dalam waktu singkat mampu berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Aku kebingungan mencari keberadaan Dian dan Robi yang baru saja saling berpelukan dalam tangisan. Kini aku berada di sebuah ruangan khusus untuk pasien VIP, dimana semua alat-alat medis yang entah apa saja namanya terpasang di saluran pernafasan dan kepala seorang pasien. Infus masih tertanam di tangannya. Aku melangkah mendekati seseorang yang berbaring lemah dan tanpa gerakan sama sekali, di layar komputer garis-garis yang menggambarkan sebuah pernafasan terus bergerak, dan berbunyi. 'Astagfirrull
55. Terjebak Cinta Terlarang Bermimpi Tentang Keluarga Mas Reno Penulis : Lusia Sudarti Part 55Aku tak dapat memejamkan kedua netraku yang terasa berat, aku teringat Mas Reno yang jauh disana. Aku bangkit dan melangkah keluar kamar, menuju ke kamar mandi, aku mengambil wudhu untuk melaksanakan sholat sunnah hajat dua rakaat. Lebih baik aku bersujud memohon kebaikan, dari pada aku hanya duduk melamun. Setelah puas aku berdoa kepada Allah swt, aku melipat kembali mukena yang kukenakan dan menaruhnya di tempat semula. Kemudian aku merebahkan diri, karena rasa kantuk telah menyerang, aku menitipkan Mas Reno, kedua orang tuaku, juga Anakku dalam perlindungan Allah, kemudian aku terlelap dalam buaian mimpi.🌷🌷🌷🌷🌷🌷Aku berada disebuah gedung perkantoran yang mewah dan megah.Aku melihat laki-laki memakai stelan jas berwarna biru dan seorang wanita dengan gaya elegant, sama seperti yang laki-laki, wanita tersebut mengenakan blues berwarna biru, rok mini pas selutut. Stelan kant
54. Terjebak Cinta Terlarang Mantan Mengajak Rujuk, Aku Tolak Mentah-Mentah.Penulis : Lusia Sudarti Part 54 "Assalamualaikum." Dari teras depan terdengar ketukan pintu dan salam. Aku mengurungkan niatku kemudian menguping dan mengintip kearah luar melalui celah hordeng pintu kamarku. "Waalaikumsalam," Ibu menjawab salam dari seseorang dari luar.🌷🌷🌷🌷Ceklek! Ibu membuka pintu. "Mau perlu apa?" tanya Ibu dengan suara sedikit meninggi, aku terkejut mendengar suara familiar seseorang, segera aku beranjak menuju keluar, untuk mengetahui secara pasti siapa gerangan yang datang! "Siap ... a!" suaraku tercekat di tenggorokan setelah mengetahui pasti siapa yang datang dan berdiri di ambang pintu. "Mau apa kamu kerumahku!" hardikku kepada Agus dan temannya, aku berkacak pinggang menatap tajam kepada mereka berdua, sedang Ibu duduk di kursi dengan tatapan datar. Mereka berdua menjadi salah tingkah, mungkin mereka tak enak hati dengan sikapku dan Ibu menyambut mereka. "Bo-boleh
53. Terjebak Cinta Terlarang Kedatangan Mantan Penulis : Lusia Sudarti Part 53"Eh si Mamang, gak usah lirikin Mamaku terus!" ujar Anjani sambil mencibir si Mamang bakso. Aku merasa tak enak hati dengan Mamang bakso."Husstt gak boleh gitu," ujarku mengingatkan kepada Anjani. "Maaf Mang, Anak aku memang beda dari Anak orang lain," jelasku karena tak enak hati kepada Mamang bakso itu yang seketika terdiam setelah mendengar ucapan Anjani. "Enggak apa-apa kok Mbak, biasa Anak kecil, hehehe," jawabnya sambil terkekeh. "Ini baksonya Dek!" Mang bakso memberikan empat bungkus bakso kepada Anjani. "Asyiiikk, makasih Mang." Kemudian ia berlari pulang dengan membawa bakso dengan wajah sumringah dan bahagia. "Berapa Mang?" tanyaku kepada Mang bakso sembari menyodorkan uang kepada beliau. "Empat puluh Mbak," jawabnya sambil membereskan dagangannya. "Ini Mang." "Waduh, besar banget Mbak! Gak ada duit pas!" tanya Mang bakso sembari membuka tas punggungnya untuk mencari kembalian. "Eng
52. Terjebak Cinta Terlarang Kabar Meninggalnya Mama Mas Reno. Penulis : Lusia Sudarti Part 52"Mas Reno bisa gak pulang dulu ke Jakarta? Dian telpon Mbak Maya, tetapi kata Mbak Maya, Mas Reno belum kembali. Kasihan Mbak Maya Mas, ia nangis terus! Mama meninggal Mas!" Itu kabar dari Dian, Dek. Rupanya Dian menelpon Adek ya? Aku membenarkan dalam hati kabar yang Dian sampaikan tempo hari.Mas Reno terdiam untuk beberapa saat lamanya. Ternyata firasat buruk yang menghantui itu, kini terbukti. Mas Reno meneteskan air mata, Mas menyesal karena tak mendampingi Mama saat menghembuskan nafasnya yang terakhir, Sayang. Tetapi mau bagaimana lagi! "Mas, halo, Mas masih di sana ..." Suara Dian melengking hingga menyadarkan Mas dari lamunan. "Iya, masih ... jadi kapan Mama meninggal Yan?" tanya Mas kepada Dian. "Sudah tiga hari yang lalu Mas, ini di rumah sedang ada takziah keempat malam Mama Mas, Dian di toilet menghubungi Mas," ujar Dian. "Mas akan menuju kesana Yan!" jawab Mas Reno b
51. Terjebak Cinta Terlarang. Suka Duka Reno Dalam Perjalanan Penulis : Lusia Sudarti Part 51"Moal A, ieu bade ngeureuyeuh. (Tidak A, ini sudah mau berangkat.) jawab Iwan sambil menyalakan mesin mobilnya.🌷🌷🌷🌷🌷🤣Akhirnya Mas Reno mendapatkan tumpangan, dan akan ikut ke Cirebon. Apakah perjalanan Mas Reno kali ini akan mulus semulus jalan tol? Baca terus sambungan-sambungan surat Mas ya Sayang?●●●"A, hayu abi bade ka warung, bade tuang," Iwan mengguncang tubuh Mas Reno, untuk membangunkan Mas yang tertidur tanpa sengaja. Tentu Mas Reno terkejut ketika Iwan membangunkan dirinya. Mas Reno tak menyadari jika ia terlelap terlalu lama.Sesaat Mas Reno mengedarkan pandangan keluar, ternyata hari telah beranjak malam. "Astagfirullah, ternyata aku ketiduran ya Wan?" kata Mas pelan. "Muhun A, hayu tuang heula(iya A, ayo makan)"Sok Iwan wae nya? Aa eungkeu wae(silahkan Iwan aja ya? Aa nanti aja) ujar Mas Reno kepada Iwan, bukan apa-apa, Reno tak ingin menampakkan diri dahulu di