Share

Bab 5

Author: Lusia Sudarti
last update Last Updated: 2024-10-28 11:42:37

5. Terjebak Cinta Terlarang

Gelagat Aneh Paman

Penulis:Lusia Sudarti

Part 5

*************

Sunardi pun menghampiri Fotografer itu, lalu menariknya kebelakang panggung yang sepi.

Aku tak tau apa yang mereka bicarakan.

Dari arah panggung, panitia menghampiri aku.

"Mbak ini uang saweran milik Mbak Maya tadi," ucap Panitia sambil menyodorkan sejumlah uang yang ada di dalam kotak khusus saweran.

"Ooh iya makasih banyak Pak," jawabku.

"Iiya sama-sama Mbak, nanti Mbak Maya di minta untuk membawakan lagu kembali," ucap panitia dengan tersenyum sopan.

Aku terkejut, benar-benar tak menyangka, kalo masih di minta membawakan lagu lagi.

"Oohh baiklah Pak," ucapku, aku mengulas senyuman.

"Kalo begitu saya permisi Mbak," pamitnya kemudian.

"Baiklah Pak, terima kasih ya," ujarku sambil membungkuk hormat.

Aku membawa kotak kardus pemberian dari pihak panitia kedalam kamar pengantin, pintu kututup agar tak ada yang melihat aku menghitung jumlah uang yang bertaburan di dalam kardus.

Kedua bola mataku membelalak sempurna! Aku menutup mulut dengan kedua jemari setelah mengetahui nomimalnya.

'Ya Allah, ini setara dengan gajiku satu bulan sebagai kuli di perkebunan," lirihku.

Kemudian aku mengucap syukur dan mengusap wajah.

'Alhamdulillah Ya Allah ...," ucapku bersyukur sambil memasukkan semua uang total tiga juta rupiah kedalam tas slempang yang ia sandang.

Kemudian ia keluar dari kamar dan kembali ketempat duduknya semula.

"Bu, aku dapat uang tiga juta," bisikku kepada Ibu.

"Alhamdulillah," jawab Ibu.

Disaat aku sedang fokus melihat kearah pelaminan, melihat Bibik yang tersenyum bahagia, hatiku pun merasa sangat bahagia.

Tak terasa titik bening mengalir perlahan dari kedua netraku.

'Semoga Bibik hidup dalam kebahagiaan sampai jannah, amiin," doaku dalam hati.

Aku menyeka bulir bening dengan tisu.

Ketika melihat sosok yang keluar dari belakang.

Dan melintas di depanku.

Fotografer tadi terlihat begitu tergesa-gesa, dan terlihat disudut bibirnya memar dan berdarah.

"Lho Mas, kenapa kok bibirnya berdarah?" tanyaku heran.

"Ooh nggak Papa Mbak, ini tadi jatuh terpeleset dan membentur tembok," jawabnya berdalih dalam kebohongan .

"Oh ya? Benarkah Mas? Tapi itu bukan bekas jatuh?" sambungku kemudian, hatiku merasa ada yang janggal antara Sunardi dan fotografer.

"Bener kok Mbak," jawabnya berdalih untuk meyakinkan.

"Ya udah kalo gitu Mas," sahutku.

"Saya permisi Mbak," ujarnya, ia nampak terlihat sangat ketakutan.

"Silahkan Mas," aku mengangguk, dan menatap punggungnya dari kejauhan. Aku mengangkat kedua bahuku.

Aku melihat ia berlalu dengan begitu tergesa-gesa.

'Aneh ...," bathinku lirih.

❣❣❣❣❣

'Heemm haus sekali."

Aku pun melenggang menuju meja untuk mengambil air minum dan mengambil cemilan.

Lumayan capek dan serak tenggorokan ini.

Disaat aku sedang asyik menikmati puding, aku mendengar ada suara sedikit berisik diruang sebelah.

Dengan sangat hati-hati aku mendekati daun pintu yang terbuka sedikit.

"Awas bro, kamu harus awasi orang-orang yang mau mendekati keponakan aku," suara parau seseorang, sepertinya aku mengenalnya.

"Kalo kamu gagal, bayaranmu aku potong," bentaknya.

"Ja-ngan Bos," jawab laki-laki di dalam ruangan.

"Makanya lakukan dengan baik dan hati-hati," perintah seseorang yang mirip Sunardi.

"Ssiiaap Bos," katanya lagi.

"Cepat awasi dari jarak jauh," sahut orang yang mereka panggil dengan sebutan Bos.

Mendengar langkah menuju kearah pintu aku buru-buru, sembunyi dibalik pintu .. dan menahan nafas agar tak ketahuan.

'Sebenarnya ada apa dengan Sunardi itu ya? kenapa bawa-bawa aku?" lirihku dalam hati.

Dari tempat acara yang telah dimulai kembali setelah istirahat makan siang.

Suara MC memanggil namaku kembali.

"Kepada Mbak Maya, di persilahkan naik keatas panggung, untuk membawakan sebuah lagu," suara MC menggema melalui microfon.

Maya!

Maya!

Maya!

Suuuuiiiiittttt!

Maya pun segera menuju keatas panggung kembali.

"Terima kasih sebelumnya, atas kehormatan yang di berikan kepada saya. Saya akan mencoba membawakan sebuah lagu dari ...

"Lilis Karlina, Cinta Terisolasi," suaraku menggema.

Horreeee ...!

Terdengar riuh tepukan dan sorakan

dari para tamu undangan yang semakin banyak memenuhi ruangan, bahkan hingga kehalaman.

Mereka semua begitu menikmati persembahan diriku yang ketiga kalinya.

Akhirnya, sampai lagu kelima berturut-turut aku bernyanyi, dan sambutan dan reaksi tamu undangan begitu antusias.

Aku melihat sosok yang diam-diam memperhatikanku dari tempo hari, entah mengapa hatiku begitu penasaran.

Penampilannya selalu mencuri hatiku.

Wajah dan tubuhnya yang membuat ia berbeda dengan yang lain.

Mata elangnya begitu tajam, wanita yang menjumpainya pasti akan tertarik dan rela antri untuk mendapatkan dirinya.

Jantungku seolah terpompa dengan cepat, debaran yang kurasakan semakin membuatku hampir tak mampu untuk kukendalikan.

"Astagfirrullah, apa yang aku rasakan ini," berulang kali aku mengucap istigfar dalam hati, untuk mengendalikan gejolak dalam dadaku.

'Siapakah dia? Tunggu di bab-bab selanjutnya tentang lelaki yang berhasil mencuri perhatian seorang Maya.

❣❣❣❣

"Dek, nanti dampingi Bibik di pelaminan ya ...!" tiba-tiba suara Sunardi mengagetkan aku. Sontak aku menoleh kearah suara.

Ia telah berdiri disampingku.

"Iya Paman," jawabku singkat.

Kemudian ia pamit untuk bergabung dengan mempelai di pelaminan.

Namun kedua netranya tak lepas dariku.

Bahkan aku menangkap, sesuatu disana.

Namun aku hanya menganggap itu biasa, mungkin bentuk dari kasih sayangnya untukku, sebagai keponakan yang belum lama dipertemukan.

Tetapi itu hanya alibiku semata kala itu! Karena aku tak tau, bahwa Sunardi mempunyai maksud terselubung, maksud jahat dan licik.

Ternyata ia ingin menjadikanku miliknya.

Sunardi tak rela jika aku di dekati siapa pun.

Dan saat itu aku benar-benar tak menyadarinya.

Bahkan kekuargaku pun tak tau.

Hanya Sunardilah yang tau.

Sebenarnya ada beberapa sahabat karibnya yang mencoba untuk mendekati aku tetapi dilarang keras olehnya.

Seperti kejadian tadi pagi.

"Bro kenalin donk sama tuh keponakan kamu yang kemarin membawakan lagu, suaranya begitu merdu dan manis sekali wajahnya,"

"Awas kalo kamu berani mendekati keponakan aku Fer, kamu berurusan sama aku," ancam Sunardi, ia tak menyangka kalo kehadiranku menarik perhatian dari sahabat-sahabatnya.

Ia takut aku jatuh kepelukan orang lain, selain dirinya.

"Kenapa emangnya Di?" tanyanya kala itu, dari tempat tersembunyi diam-diam aku memperhatikan mereka.

"Ah gak apa-apa, nanti kamu permainkan perasaan Adikku," sanggahnya kemudian.

Dan Ferdi pun mundur secara teratur dan pergi meninggalkan Sunardi.

Sementara itu acara masih begitu meriah, undangan semakin banyak berdatangan bahkan dari tetangga desa, mau pun dari jawa. Maklum keluarga kami keluarga besar.

Dan tak terasa waktu terus berjalan, acara masih terus berlanjut, karena memang acara akan berakhir hingga sehari semalam kemudian.

Malam harinya acara dilanjut kembali, setelah mengadakan pengajian dan tausiyah dari Kyai yang sengaja di datangkan. Dan diiringi dengan musik qosidah/gambus.

Acara berlangsung dengan khidmat. Sang mempelai wanita masih tetap berlinang air mata, karena sebentar lagi akan melepas masa-masa lajangnya. Dan akan meninggalkan rumah orang tuanya demi berbakti kepada sang Suami.

Aku pun turut menitikkan air mata kala mendampinginya.

"Selamat berbahagia ya Bik, semoga menjadi keluarga yang sakinah mawadah warohmah, sampai ke jannah. Amiiin," ucapku seraya memeluknya dengan erat.

"Amiiinn, terima kasih banyak Maya, semoga kelak Maya juga mendapatkan pengganti yang jauh lebih baik lagi ya," balasnya, disaat kami berpelukan.

"Iya Bik, mudah-mudahan jika Maya masih diberikan jodoh lagi, walau pun sebetulnya, belum berfikir untuk menikah lagi, Maya belum bisa melupakan trauma itu," jawabku sendu.

"Jangan begitu Maya, gak semua laki-laki itu buruk, masih banyak diluar sana laki-laki yang baik lho." ujarnya memberi nasihat kepadaku. Kami pun saling bercerita tentang kehidupan dan pengalaman perjalanan masing-masing.

Aku mengamati kamar pengantin yang dihias begitu indah, dan tempat tidur pun bertaburan kelopak-kelopak bunga mawar merah.

Aku takut sekali untuk berumah tangga kembali, karena kegagalan yang pernah kualami, dan masih menyisakan trauma yang mendalam.

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 66

    66. Terjebak Cinta TerlarangAku Menerima Mas Reno Apa Pun Keadaannya.Penulis : Lusia SudartiPart 66"Aminn," ujarku menjawab Mas Reno.Bapak dan Ibu, terdiam mendengar penuturan Mas Reno.Aku berfikir, pasti ada udang di balik bakwan, aku mencurigai seseorang di balik kejadian ini.🌹🌹🌹🌹🌹🌹Alam fikiranku masih menduga-duga, dan feelingku mengatakan bahwa orang masa laluku terlibat atas kejadian ini.Suara deru motor berhenti di halaman rumah. Tak lama beberapa orang terdengar riuh, mereka yang di minta untuk mencari tas Mas Reno yang mungkin tercecer di lokasi kejadian.Yang terdiri dari Mas ku, dan dua orang lainnya."Pak, di lokasi tak ada satu pun yang tercecer," ujar Masku, dan di benarkan oleh perangkat desa yang turut serta dalam pencarian."Ya Allah, apa dosaku hingga aku mengalami hal seperti ini?" Mas Reno tergugu dalam tangis yang terdengar sangat pilu menusuk kalbu.Aku pun tak dapat lagi membendung tangisku yang sedari tadi kutahan.Aku memakai kebaya berwarna hija

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 65

    65. Terjebak Cinta TerlarangMas Reno Tak Sadarkan Diri, Dia Di Rampok.Penulis : Lusia SudartiPart 65Entahlah ... di desaku, banyak yang membenci, mereka benar-benar tak menyukai aku, mungkin karena aku janda, yang selalu di cap buruk, apalagi sekarang aku akan dilamar seseorang.Mungkin dari mantan Suami dan keluarganya, atau orang yang iri. Aku juga tak tau!🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🕊Dirumah telah berkumpul semua undangan, Pak Kepala desa, ketua RT, ketua RW, dan beberapa warga.Aku dan tamu undangan telah menanti dua jam lamanya.Namun Mas Reno tak kunjung tiba.Aku menunggu dengan cemas dan gelisah, dirumah riuh para tamu undangan, mereka bertanya-tanya satu sama lain."Pak, gimana ini Mas Reno kok belum tiba? Sedangkan saat ini waktu telah menunjukkan jam sembilan malam. Mas coba di samperin, siapa tau ada kendala di jalan!" Titah Pak kepala desa kepada Kakakku."Siap Pak, akan saya coba cari, mungkin benar ucapan Bapak, Reno mengalami kendala!" jawab Kakakku, beliau beranjak lalu

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 64

    64. Terjebak Cinta TerlarangMas Reno Akan Melamarku.Penulis : Lusia SudartiPart 64"Apa itu Mas?" tanyaku, sembari membalas tatapannya.Tatapan penuh cinta dan kerinduan yang tersirat dari kedua bola matanya.Aku pun begitu merindukan momen-momen berdua dengan nya."Mas boleh kan cium adek!"🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹Keesokan harinya, kami semua bangun pagi.Mas Reno hendak berangkat ke Palembang."Mas berangkat ya dek!" pamitnya kepadaku.Aku mengangguk dan mencoba tersenyum."Pak, Bu, saya pamit dulu, titip adek ya Pak, Bu!" Mas Reno mencium tangan kedua orang tuaku dengan hikmat, kemudian ia menatapku dengan tatapan berat.Aku mencium punggung tangannya lembut, berat sekali rasanya melepas kepergiannya, meskipun siang nanti ia pulang kembali kerumah."Hati-hati ya Mas?" ucapku lirih."Hati-hati di jalan ya Ren, gak usah ngebut."Bapak menasehatinya."Iya Pak, ya sudah, saya berangkat dulu, Bu, Pak, dek!" Mas Reno melangkah perlahan menuju motor ia menoleh sekilas menatapku, kemudia

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 63

    63. Terjebak Cinta TerlarangMaafkan Mas Dek!Penulis : Lusia SudartiPart 63"Enggak apa-apa Sayang," ujarnya menatapku sambil tersenyum manis.Aku mengalah, aku membantunya menyusun piring yang telah di cuci."Ma ..."🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹Aku dan Mas Reno masih berkutat di dapur untuk mencuci piring dan membereskan meja makan.Sementara Anjani telah selesai makan dan menghapiriku."Apa Sayang!" aku menoleh kearahnya, ketika mendengar suara panggilannya.Ia tersenyum sambil berdiri dibelakang Mas Reno yang sedang asyik mencuci piring."Mas, lihat dibelakang!" ujarku kepada Mas Reno sembari menatap kebelakangnya."Ehh Om, rajin banget sih Om," ucap Anjani sambil cengengesan."Tuh lihat, masa iya ada anak gadis kok, yang cuci piring Om nya," sindirku sambil pura-pura ngambek kepada Anjani."Biarin sih dek, kan gak tiap hari juga," sergah Mas Reno seraya menatapku dan tersenyum kepada Anjani."Mama sewot Om hehehe," tukas Anjani meledekku. Mas Reno terkekeh mendengar ucapan Anjani, seda

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 62

    62. Terjebak Cinta TerlarangMaafkan Mas Dek, Adek Harus Ikut Mengalami Penderitaan.Penulis : Lusia SudartiPart 62"Saya mau ambil paket dari Jawa Pak," jawab Mas Reno menjelaskan perihal kepergiannya ke Palembang.'Oh, mau ambil paket," lirihku dari balik pintu, menguping pembicaraan mereka.🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹Malam ini Mas Reno berbincang dengan kedua orang tuaku, mereka membahas perihal pertunangan yang akan di laksanakan esok lusa."Pak, Bu, saya betul-betul mencintai adek Maya, dan ingin menjadikannya sebagai Istri saya Pak, Bu," ujar Mas Reno lembut, aku yang duduk di sisi Mas Reno hanya menunduk menahan malu, dan hatiku begitu bahagia mendengar ucapan Mas Reno kepada kami."Ya itu terserah Reno dan Maya, jika kalian saling mencintai, Bapak dan Ibu hanya mampu berdoa buat kalian dan merestui keinginan kalian," ujar Bapak, beliau saling bersitatap dengan Ibu, kemudian tersenyum kepada kami semua.Aku hanya menunduk malu, sesekali melirik Mas Reno.Mas Reno tersenyum mendengar u

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 61

    61. Terjebak Cinta TerlarangHidupku Kembali Berwarna.Penulis : Lusia SudartiPart 61"Kalo Mas kasih tau ya bukan kejutan donk," katanya, sembari mencubit pipiku, lalu di ciumnya dengan gerakan yang tak terduga sama sekali."Iihh ... Mas Reno mulai nakal," sungutku manja.Aku begitu malu kepadanya, yang dengan tiba-tiba menciumku.🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹Hari menjelang petang, Anjani pulang dari kerja kelompok, ia diantar oleh Rita."Mama udah pulang?" serunya ketika ia melihatku sedang menyetrika pakaian di depan televisi."Iya, kok sore sekali pulangnya," jawabku, dan bertanya balik kepadanya."Hehehe, kan sekalian main Ma! Oh iya, mana Om Reno Ma?"Ia celingukan kesana-kemari mencari keberadaan Mas Reno."Oom sedang istirahat, jangan di ganggu dulu ya, kasihan! Om capek," jawabku sambil merapikan pakaian yang baru selesai aku setrika."Iya Ma, ya udah Anjani mandi dulu, mau ngaji!" ujarnya sambil beranjak dari sampingku."Iya ...""Ehh, Anjani Sayang sudah pulang!" dari kamar tamu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status