MasukNaya berjalan gontai mencari bnagku kosong yang sedikit sepi, perasaannya saat ini tidak bisa di gambarkan dengan kata-kata. Kecewa, marah, bercampur menjadi satu. Marah pada dirinya sendiri, merasa jika dirinya adalah wanita yang sangat buruk, wanita yang tidak bisa menjaga kehormatannya sebagai seorang istri. Naya mendudukkan dirinya di bangku kayu yang di jatuhi beberapa daun kering, sepertinya bangku tersebut jarang di duduki pengunjung taman itu. Karena posisinya yang berada di pojok tepat di bawah pohon jambu Air. Tamgannya masih terasa nyeri akibat jarum infus yang ia lepas paksa, beruntung darahnya telah berhenti keluar. Naya duduk termenung, tatapannya kosong. Tidak tahu harus bebruat apa, harus bagaimana. Tring! Bunyi notif yang masuk ke ponselnya membuyarkan lamunannya yang tak tentu arah. Tangan lentik itu merogoh saku tasnya untuk men cek siapa yang mengiriminya pesan. _"Kak, Kak Naya lagi dimana?"_Ternyata itu pesan dari adiknya Bagas. "Ada apa Bagas?" Naya tidak
"Nay, sayang!" Farel segera menghampiri Naya yang berdiri sambil membawa tiang infunya. "Stop!! Aku bertanya, dan tolong mas jawab dengan jujur!" Naya mengangkat sebelah tangannya saat Farel hendak mendekatinya. "Saat mas menemukanku saat itu, apa yang terjadi padaku mas? " tanya Naya dengan raut wajah datar menatap Farel. Naya tidak ingat apa yang terjadi saat itu. Tapi mendengar langsung keraguan Farel padanya membuat hati Naya sakit. "Sayang, kenapa kamu bisa ada disini? Kamu harus istirahat, ayo kita kembali ke kamar!" Farel berusaha mengalihkan pembicaraan."Jawab mas..! Apa yang terjadi sama aku, sehingga membuatmu ragu? Aku baru saja di nyatakan hamil, tapi kamu sudah ingin melakukan tes DNA, apa mas ragu jika janin ini bukan darah dagingmu?" tukas Naya dengan mata yang sudah bercucuran air mata. Farel bungkam tak sanggup bersuara, hatinya ikut teriris melihat wajah kecewa istrinya. Bukan, bukan maksudnya untuk menyakiti istrinya. Dirinya hanya belum bisa menerima kenyataa
"Selamat ya Nay, atas kehamilannya. Aku sudah takut banget tadi saat kamu tiba-tiba pingsan di teras Toko. Ternyata kamu sedang hamil muda! Aku ikut bahagia Nay dengan kabar kehamilan mu ini, sehat-sehat selalu ya baby dan bundanya!" ucap Ella sembari memeluk Naya yang baru sadar dari pingsannya. "Terimakasih El, untung ada kamu yang nolongin aku tadi. Makasih banyak ya!" balas Naya sembari membalas pelukan Ella. "Sama-sama bumil. Jangan banyak pikiran ya, ingat ada baby di dalam sini!" lanjut Ella lagi. "Iya El, aku nggak nyangka kalau aku hamil. Padahal aku nggak ada ngerasain tanda-tanda apapun loh!" balas Naya yang begitu nampak raut kebahagiaan di wajah cantiknya. "Kenan pasti bakal senang banget, bakal dapat adik!" tukas Ella lagi sembari tersenyum tulus menatap Naya. Mendengar ucapan Ella itu Naya langsung teringat dengan suaminya. "Mas Farel kemana ya, kok lama banget keluarnya?" monolog Naya sembari menatap ke arah pintu yang tertutup. "Em...Nay, aku pamit ya, hari i
"Maksudnya gimana Nay?" Ella menautkan kedua alisnya mendengar penuturan sahabatnya itu. Naya mendesah pelan sebelum menjelaskan apa yang di alaminya selama sebulanan ini dengan sikap Farel yang kontras sekali dengan perubahannya. "Intinya semenjak kejadian itu Farel jadi berubah sikap El, dia seperti menghindariku!" jelas Naya yang sangat kentara raut resah di wajah cantiknya. "Aku nggak ngerti, kenapa dia seperti itu! Sebelumnya dia selalu hangat dan romantis!" lanjutnya, murung. Ella semakin menautkan kedua alisnya mendengar penuturan Naya. Wanita itu ikut berpikir, apa yang telah terjadi dengan hubungan Naya dan Farel."Mungkin dia sedang lelah karena banyak pekerjaan di kantor! Edward saja sekarang jarang menemuiku karena terlalu subuk. Dia hanya mengirimkan pesan saja setiap hari!"" ucap Ella mengingat kekasihnya juga akhir-akhir ini sangat sibuk. "Apa iya begitu El? Hampir setiap hari pulang malam, dan pagi-pagi sekali dia sudah pergi lagi. Kadang aku belum bangun dia suda
Hari berlalu begitu cepat, tidak terasa kini sudah sebulan dirinya kembali berkumpul dengan keluarga kecilnya. ehari-hari yang Naya lalui penuh keceriaan bermain bersama Kenan. Walaupun sebulan terakhir ini Naya merasa ada sedikit ganjalan di hatinya. Naya merasa Farel suaminya sedikit cuek padanya. Entah hanya perasaannya saja atau memang demikian. Tetapi Naya merasa Farel lebih banyak berada di rung kerjanya di bandingkan bersama dirinya dan Kenan seperti sebelumnya. Sebelum kejadian naas yang menimpanya satu bulan yang lalu. Sebelumnya Farel selalu mengurungnya di kamar, bahkan tiada hari yang mereka lewati tanpa bercinta. Tetapi kini Naya merasa ada perubahan pada sikap Farel padanya. Sepertinya ada yang di sembunyikan darinya. Tetapi Naya tidak tahu apa itu. Malam ini Naya sengaja menunggu Farel pulang, ya, akhir-akhir ini Farel selalu pulang larut. Terkadang saat pulang dirinya sudah tertidur pulas. Bahkan dalam sebulan ini Farel hanya meminta haknya dua kali saja. Tidak sepe
Naya membuka kedua matanya dan seketika matanya memicing saat sinar lampu menyorot telak netranya. "Eum, aku dimana ini?" ucapnya dengan suara serak. Naya kembali membuka matanya perlahan setelah berhasil menetralkan penglihatannya. Sesekali matanya berkedip saat terasa sepat memandang pencahayaan yang cukup terang. "Auuhh!..sakit, kok tanganku di infus, apa yang sebenarnya terjadi?" tanyanya pelan. Naya mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan itu dan sedikit terkejut campur bahagia saat mendapati Farel yang tertidur di samping Badnya. "Mas Farel ada disini? Itu berarti aku telah lolos dari penyekapan yang di lakukan Dicky?" gumam Naya pelan. Perlahan Naya menggerakkan tangannya yang terpasang selang infus dan mengusap-usap rambut Farel. Berpisah selama beberapa hari membuatnya merindukan pria itu. Ternyata dirinya benar-benar telah mencintai Farel. Merasakan usapan lembut Naya di kepalanya membuat Farel terjaga. "Sayang, kamu sudah bangun?" ucap Farel sembari berdiri dari d







