Share

106. Terlacak

Author: QueenShe
last update Huling Na-update: 2025-09-11 15:53:48

Fattah berdiri tegak di ruang tengah Villa yang dipenuhi aroma kopi pahit dan asap rokok yang belum lama padam. Malam semakin larut, namun matanya sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda lelah. Ia menunggu laporan penting dari orang-orang kepercayaannya.

Tak lama kemudian, seorang anak buah masuk dengan langkah cepat dan ekspresi tegang. Ia menunduk hormat sebelum membuka suara.

“Bos, kami menemukan petunjuk baru dari keterangan Bodyguard yang terluka di rumah sakit. Katanya salah satu kepala tim pernah mengamati sebuah kendaraan dengan plat nomor yang terlihat familiar. Mobil itu sering terlihat terparkir di villa seberang, tepat di depan villa ini.”

Fattah langsung menegakkan tubuh, tatapannya tajam menusuk. “Kemana kendaraan itu bergerak?”

“Mobil tersebut terpantau menuju arah Pandaan, Pasuruan. Dari rekaman kamera jalan raya, kendaraan itu berhenti sebentar di sebuah pertigaan, lalu melanjutkan perjalanan ke daerah yang lebih sepi. Sejauh ini, lokasi pastinya masih kami telu
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Terjebak Dendam dan Gairah   108. Menebus

    FLASHBACK ONKantor Kana siang itu lengang, hanya suara detik jam dinding yang terdengar jelas. Ruangan luas dengan jendela kaca tinggi itu seolah menekan dada, membuat hawa semakin berat. Di atas meja, tumpukan berkas laporan kerugian Kamaya Group masih berserakan, angka-angka merah di layar laptop seakan menertawakannya.Ponselnya tiba-tiba berdering. Nomor tak dikenal. Kana menyipitkan mata, lalu mengangkat dengan nada tegas.“Halo. Siapa ini?”“Bobby. Ada yang harus kamu tahu… Riri ada di tangan kami.” Suara berat Bobby terdengar dari seberang.Kana spontan berdiri, kursinya bergeser keras ke belakang. Rahangnya mengeras, sorot matanya menajam.“Apa maksud kalian?!”Bryan yang kali ini menyelip masuk ke percakapan, terdengar santai tapi menyimpan ancaman.“Tenang, kami tak menyakitinya. Tapi kondisi saat ini, kamu tahu sendiri. Kamaya Group tengah berada di titik terendah. Kalau perusahaan itu jatuh, perusahaan kami akan ikut hancur. Semua jaringan bisnis kita saling terhubung. Ka

  • Terjebak Dendam dan Gairah   107. Obsesi Kana

    Ruang itu pengap, bau karat dari ranjang besi bercampur bau apek dinding lembap. Riri terbaring lemah, wajahnya pucat, keringat dingin menempel di pelipis. Tangannya masih terikat kain kasar ke ranjang, meski goresan luka di pergelangan mulai membiru. Nafasnya terengah, tubuhnya menggigil meski udara di luar cukup panas. Pintu besi berderit pelan, suara kunci berputar membuat Riri terperanjat. Dua sosok masuk, Bryan lebih dulu, dengan senyum meledek seperti biasa, lalu Bobby di belakangnya, wajah dingin tanpa emosi. “Bangun, adikku sayang,” ejek Bryan sambil menepuk pelan pipi Riri. “Hari ini… tamu spesial datang untukmu.” Riri memalingkan wajahnya, matanya berkaca-kaca. Ia tak sudi menatap dua pria yang sudah tega menyeretnya ke dalam penderitaan ini. Bobby hanya berdiri tegak, menatap Riri dengan sorot tajam. “Jangan banyak tingkah. Duduklah lebih rapi. Dia sebentar lagi masuk.” Riri menoleh cepat, jantungnya berdegup kencang. “Dia?” suaranya parau. Bryan terkekeh. “Oh, kamu p

  • Terjebak Dendam dan Gairah   106. Terlacak

    Fattah berdiri tegak di ruang tengah Villa yang dipenuhi aroma kopi pahit dan asap rokok yang belum lama padam. Malam semakin larut, namun matanya sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda lelah. Ia menunggu laporan penting dari orang-orang kepercayaannya. Tak lama kemudian, seorang anak buah masuk dengan langkah cepat dan ekspresi tegang. Ia menunduk hormat sebelum membuka suara. “Bos, kami menemukan petunjuk baru dari keterangan Bodyguard yang terluka di rumah sakit. Katanya salah satu kepala tim pernah mengamati sebuah kendaraan dengan plat nomor yang terlihat familiar. Mobil itu sering terlihat terparkir di villa seberang, tepat di depan villa ini.” Fattah langsung menegakkan tubuh, tatapannya tajam menusuk. “Kemana kendaraan itu bergerak?” “Mobil tersebut terpantau menuju arah Pandaan, Pasuruan. Dari rekaman kamera jalan raya, kendaraan itu berhenti sebentar di sebuah pertigaan, lalu melanjutkan perjalanan ke daerah yang lebih sepi. Sejauh ini, lokasi pastinya masih kami telu

  • Terjebak Dendam dan Gairah   105. Janji (21+)

    Lampu gantung di ruang kerja itu temaram, memantulkan kilau samar di meja kayu mahoni besar yang kini dipenuhi berkas berantakan. Wangi parfum maskulin Kana bercampur dengan aroma kopi dingin yang tertinggal sejak siang tadi, menciptakan suasana yang berat, intens. Kana berdiri di depan Sabrina, tubuhnya tegap, sorot matanya menusuk. Jemarinya terulur, mengangkat dagu Sabrina perlahan. Tatapannya begitu dalam, membuat wanita itu merinding. “Kalau kamu mau aku, kamu harus siap aku yang mengendalikan malam ini,” bisik Kana, suara seraknya rendah dan penuh kendali. Sabrina menggigit bibir, tubuhnya gemetar halus, tapi ada kilau tantangan di matanya. Kana tersenyum tipis, senyum yang lebih seperti peringatan. Ia mendekat, satu tangannya meraih pinggang Sabrina, mendorongnya ke meja kerja yang dingin. Dengan gerakan mantap, Kana mengangkat tubuh Sabrina, mendudukannya di tepi meja. Suara gesekan kain rok melawan kayu terdengar jelas, menambah ketegangan suasana. Sabrina merasakan pu

  • Terjebak Dendam dan Gairah   104. Semua tentang mereka (21+)

    Sabrina terdiam, lalu mengubah topik dengan nada serius. “Felix. Dia belum terlihat sejak awal minggu ini. Aku tanya ke tim, katanya dia sedang keluar kota. Apa benar?”Kana menoleh pelan, matanya tajam. “Ya. Ada hal penting yang perlu dia urus.”“Ke mana?” Sabrina mengerutkan dahi.“Jawa Timur.” Jawaban Kana singkat, datar.Sabrina menatap Kana lama, seakan mencari celah untuk bisa menembus dinding yang Kana bangun di sekeliling dirinya. Namun tatapan dingin pria itu tak memberinya banyak ruang. Meski begitu, Sabrina tidak menyerah. Tangannya yang merapikan jas Kana perlahan bergeser, menyentuh dada pria itu.Kana tidak langsung menjawab. Ia hanya menarik napas panjang, menatap kosong ke arah lampu temaram di atas meja. Sabrina bisa melihat nafas Kana terlihat memburu, seolah-olah apa yang akan dilakukannya nanti begitu rahasia. Dan pria itu tetap diam, membuat hati Sabrina sedikit berdebar khawatir.“Aku tahu kamu lagi nyiapin sesuatu, sayang,” Sabrina melanjutkan, suaranya lirih, “

  • Terjebak Dendam dan Gairah   103. Pikiran Kana

    Di ruang kerjanya yang luas, Kana duduk di balik meja besar dengan kepala tertunduk, menatap laporan keuangan terbaru yang baru saja dikirimkan tim finansialnya. Baris demi baris angka merah menari di matanya, seolah mengejeknya. Saham Kamaya Group terus merosot sejak penangkapan Candra, dan skandal rumah tangganya dengan Riri yang sudah menyebar ke publik membuat kepercayaan investor semakin runtuh.Kana menghela napas panjang, mengendurkan dasi yang terasa mencekik lehernya. Rambutnya berantakan, wajahnya pucat. Sejak dua minggu terakhir, ia jarang pulang ke rumah, memilih tidur di ruang kerjanya atau di salah satu apartemen perusahaan.Pintu ruangannya terbuka pelan, Sabrina masuk dengan setumpuk berkas di tangan. Wanita itu terlihat elegan seperti biasa, mengenakan setelan jas abu-abu yang rapi. Namun ekspresinya kali ini serius, tak ada senyum yang biasa ia tunjukkan di depan publik.“Ini laporan terbaru,” kata Sabrina sambil meletakkan berkas di meja Kana. “Investor dari Singapu

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status