/ Rumah Tangga / Terjebak Dendam dan Gairah / BAB 41. Menyetujui dan Melaksanakan

공유

BAB 41. Menyetujui dan Melaksanakan

작가: QueenShe
last update 최신 업데이트: 2025-08-14 16:36:21

Riri masih bersandar di dada Damian di sofa ruang kerja Damian, matanya menatap kosong ke lantai berkarpet tebal. Di dalam kepalanya, suara-suara dari malam kemarin terus memutar ulang, seperti kaset rusak yang tak mau berhenti.

Pembicaraan Kana dan Sabrina kemarin terasa seperti belati yang diputar di dalam dadanya. Dan yang lebih menyakitkan, selama ini ia hanya cinta sendiri, mempercayai Kana sepenuh hati, disaat pria itu tak pernah sedikitpun menjatuhkan hati. Dan tanpa rasa bersalah sedikit pun padanya.

Damian tak berkata apa-apa selama beberapa menit, hanya membiarkannya tenggelam dalam pikirannya. Tangannya mengusap pelan punggung Riri, gerakannya teratur, nyaris seperti irama yang menenangkan.

“Aku tahu kamu benci semua ini,” ucap Damian akhirnya, suaranya rendah, nyaris berbisik. “Tapi kalau kamu tetap diam, dan dia akan terus menang. Dia akan terus hidup nyaman di atas luka yang dia buat untukmu.”

Riri menelan ludah. “Menang?”

Damian melepaskan pelukannya perlahan, lalu berg
이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
잠긴 챕터

최신 챕터

  • Terjebak Dendam dan Gairah   100. Saudara tak diinginkan

    Riri perlahan membuka mata. Pandangannya kabur, kepalanya terasa berat, dan mulutnya terasa kering seperti gurun. Aroma tajam obat bius masih samar tercium, bercampur bau karat dan debu. Ia mencoba bergerak, tapi suara gesekan rantai terdengar. Perih langsung menjalar ke pergelangan tangannya.Tangan dan kakinya terikat ke ranjang besi. Ranjang itu berderit pelan setiap kali ia mencoba menggeliat. Mulutnya dibekap kain kasar, membuatnya hanya bisa mengeluarkan suara lirih.Riri menoleh ke sekeliling. Kamarnya gelap, hanya diterangi lampu bohlam redup yang menggantung di langit-langit, berayun perlahan. Dindingnya terbuat dari beton kusam dengan bercak lumut di beberapa sudut. Aroma pengap dan dingin merayap ke kulitnya, membuat bulu kuduknya berdiri. Tak ada jendela, hanya satu pintu besi di ujung ruangan.Panik mulai melanda. Detak jantungnya berpacu kencang. Ia mencoba mengingat apa yang terakhir kali terjadi. Ada penyusup masuk, diikuti suara tembakan, jeritan bodyguard, dan salah

  • Terjebak Dendam dan Gairah   99. Pemburuan Malam

    Damian berdiri di tengah ruang tamu vila itu, tubuhnya tegak seperti patung, namun auranya memancarkan amarah yang membara. Foto USG Riri masih terasa di saku jasnya, seolah menjadi pengingat bahwa waktu terus berjalan dan nyawa dua orang yang ia cintai sedang dipertaruhkan.“Pak Tua,” ucap Damian lirih namun tegas, “aku butuh semua rekaman kamera di sekitar wilayah ini. Semua laporan polisi, semua informasi sekecil apa pun. Orang-orang itu profesional, tapi tak ada yang sempurna. Mereka pasti meninggalkan jejak.”Fattah mengangguk. “CCTV rumah rusak semua. Tapi tim sudah mulai menelusuri CCTV kota. Juga menghubungi beberapa orang lama. Tapi Damian…” Fattah menatapnya tajam, “kalau mereka seahli ini, kemungkinan besar orang terlatih. Kalau ini perbuatan Kana, berarti ia keterlaluan!"Damian tersenyum miring, tapi tatapannya dingin. “Lihat saja nanti, semakin besar mereka menyentuh Riri, maka semakin keras aku akan menjatuhkan mereka. Tak ada orang yang tak bisa disentuh, Pak Tua.”Ia

  • Terjebak Dendam dan Gairah   98. Perang Dua Raja

    Malam di Malang terasa berat, udara dingin menusuk tulang. Damian turun dari SUV hitam yang menjemputnya di bandara dengan ekspresi dingin dan sorot mata tajam seperti pisau. Vila persembunyian Riri kini dipenuhi garis polisi kuning yang berkelok-kelok di halaman depan. Lampu sorot polisi menerangi pekarangan luas yang biasanya tenang, tapi malam itu berubah seperti TKP pembantaian.Beberapa petugas polisi masih berjaga, menulis laporan, dan memotret sisa-sisa kekacauan. Dua kantung jenazah hitam terbentang di dekat gerbang, diapit polisi forensik yang sedang mengumpulkan barang bukti. Aroma anyir darah samar tercium di udara, bercampur dengan bau hujan yang belum lama reda. Para bodyguard dan asisten rumah tangga di mintai keterangan.Damian melangkah masuk, tangannya terkepal di sisi tubuh. Wajahnya tanpa ekspresi, tapi sorot matanya memancarkan badai emosi yang hampir tak terkendali. Sepatunya menginjak pecahan kaca dari lampu gantung yang pecah.“Damian.”Suara itu membuat Damian

  • Terjebak Dendam dan Gairah   97. Memutar balik fakta

    Telepon dari Fattah tadi pagi masih bergema di kepalanya. Suara ayah Riri yang biasanya tenang kini terdengar tegang dan penuh emosi.Membuat dunia Damian terasa runtuh.“Dam... Riri… Riri diculik, Damian. Rumah tempat tinggalnya berantakan, dua orang bodyguard tewas. Saya butuh kamu ke sini. Bisa kan kamu menyusul kesini sekarang?”Damian berdiri di depan jendela kantornya, napasnya memburu. Tangannya menggenggam ponsel erat sampai buku-bukunya memutih. Ia meraih jasnya, lalu menendang kursi di belakang meja hingga terbalik. Jantungnya bertalu cepat, pikirannya melayang pada Riri. Ia benar-benar takut sesuatu terjadi pada wanita yang di cintainya“Kalau anda tak menyembunyikan Riri dariku, hal ini tidak akan terjadi!” bentaknya pada Fattah yang masih di seberang.“Damian, ini bukan saatnya saling menyalahkan! Semua di luar kendaliku, tak ada satu pun yang mengetahui villa ini. Saya benar-benar kecolongan!” balas Fattah dengan nada tajam.Damian tak ingin mendengar ucapan Fattah, tanl

  • Terjebak Dendam dan Gairah   96. Penculikan

    Rumah besar itu berdiri kokoh dan angkuh di tengah pekarangan luas yang basah oleh gerimis. Pagar tinggi berlapis baja berdiri tegak mengitari seluruh area, dihiasi kawat berduri di atasnya. Kamera pengawas menatap setiap sudut, lampu taman menyoroti jalan setapak berlapis batu, menciptakan bayangan panjang yang bergerak samar tertiup angin.Di dalam rumah, keheningan terasa menakutkan, seakan udara pun menahan napas.Dua bodyguard bersenjata patroli di halaman depan, sementara yang lain memantau layar monitor di ruang keamanan. Lampu-lampu taman menyinari jalan setapak yang basah oleh gerimis, menciptakan bayangan panjang yang bergerak samar.Sedan abu-abu berhenti di ujung jalan, lampunya dimatikan. Dari dalam mobil, pria berjaket kulit menekan tombol kecil di earphone.“Fattah meninggalkan lokasi. Target utama ada di dalam rumah. Perintah selanjutnya?”Suara berat di telinga menjawab datar, nyaris tanpa emosi.“Lumpuhkan semua pengamanan. Ambil dia malam ini. Jangan ada suara.”Pri

  • Terjebak Dendam dan Gairah   95. Titik Lokasi

    Riri duduk bersandar di tepi ranjang, jemari halusnya mengusap perutnya yang perlahan membesar. Usia kandungannya memasuki lima bulan, dan tubuhnya mulai terasa berat. Ia mengenakan gaun rumah berwarna lembut, rambutnya tergerai kusut tanpa hiasan. Televisi di sudut ruangan masih menayangkan breaking news penangkapan Candra, mertuanya, yang diarak keluar dari mansion keluarga Kana dengan tangan diborgol. Kilatan kamera wartawan menyilaukan, suara reporter bertubi-tubi seperti peluru yang menghujani telinga.Klik.Ia mematikan televisi. Keheningan mendadak terasa mencekam. Dadanya naik-turun cepat, napasnya berat. Bayangan Kana terlintas di benaknya, pria yang pernah begitu ia cintai. Meski kini lelaki itu mengkhianatinya, rasa iba tetap menyelinap masuk ke dalam hatinya.Air mata menetes, membasahi pipinya. Ia memejamkan mata, mencoba mengusir penyesalan yang menghantam bagai ombak."Semua ini… dimulai karena aku," gumamnya.Ingatan itu kembali, malam di mana ia dengan tangan sendiri

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status