Share

Bab 1. Gantengnya Bos Baru

Author: Diana Mogami
last update Last Updated: 2021-11-17 23:13:32

Raika memasuki ruang kerjanya ketika Hani, rekan satu ruangannya sedang menerima telepon. Gadis itu hanya menyapa Hani lewat tangan dan berderap menuju meja kerjanya. Raika duduk dan menyimpan ranselnya di bawah meja.

Hani menutup telepon yang ada di ruangan mereka dan menatap Raika.

“Ka, Bu Dina bakal telat datang katanya, soalnya kudu ke kantor pajak dulu. Terus, Bu Dina minta faktur minggu kemarin ke lo,” ujar Hani menyampaikan pesan Bu Dina.

“Oke. Siap, Teh,” sahut Raika seraya mengacungkan jempolnya.

“Oh iya, besok BM yang baru datang. Lo nggak lupa, kan?”

“Nggak dong, Teh. Apalagi pas tahu kalau yang jadi BMnya cucu yang punya PDP,” jawab gadis itu.

PDP atau PT. Perdana Djaya Persada adalah perusahaan distributor mesin untuk beberapa brand luar ternama. Fokusnya, mereka memperjualbelikan produk luar secara resmi seperti, mesin fotocopy, mesin spanduk, dan  mesin cetak. Kantor pusatnya bergerak di Jakarta, sementara Raika bekerja di kantor cabang yang terletak di kota Bandung.

Dan saat ini kantor cabang Bandung akan kedatangan Branch Manager baru, setelah Branch Manager sebelumnya pensiun. Selama sebulan ini kantor cabang Bandung ditangani sementara oleh Manager Regional.

Barulah seminggu yang lalu terdengar kabar jika Branch Manager baru akan mulai bekerja besok. Namun, berita yang mengejutkannya adalah Branch Manager baru mereka adalah salah satu cucu pemilik PDP. Bukan hal aneh sebenarnya untuk sebuah perusahaan turun temurun seperti PDP. Direktur perusahaan mereka adalah anak pemilik PDP, begitu juga untuk manager kantor pusat di Jakarta yang dibawahi oleh salah satu cucu pemilik PDP.

“Kepo dong, Teh. Orangnya kayak gimana?”

Hani menimbang-nimbang jawaban untuk Raika, seperti mencari kalimat yang tepat.

“Yang pasti dia bakal bikin lo nggak bisa berkata-kata.” Itulah jawaban Hani.

Raika yang tidak mengerti hanya bisa berkata, “Hah? Gimana, Teh?”

***

Hani tertawa kecil melihat ekspresi melongo Raika.

“Lo tahu kan kalau keluarga Pak Ahmad itu produk high quality semua,” jabar Hani dengan memuji keluarga pemilik PDP. “Gue aja hampir tergoda sama salah satu cucu Pak Ahmad kalau kagak inget anak sama laki gue,” gurau wanita berambut sebahu itu setengah tertawa.

“Teteh ih, serius,” protes Raika setengah merajuk.

Sorry, sorry. Gimana, ya. Selama gue kenal sama dia sih, orangnya cukup asik. Cuma untuk yang belum kenal mungkin ngiranya dia ini agak jutek aja orangnya, sama pendiem gitu,” imbuh Hani untuk BM baru mereka. “Dan biarpun dia cucunya Pak Ahmad yang punya ni perusahaan, tapi dia nggak arogan. Eh, semua keluarganya juga nggak ada yang begitu, sih. Pak Direktur aja orangnya humble banget sama karyawan.”

Raika menganggukkan kepalanya. Sebelumnya Raika pernah melihat calon  BM ini dari foto yang pernah ditunjukkan oleh Hani. Ketika di kantor pusat dulu Hani cukup dekat dengan calon BM mereka. Wajah lelaki itu tampan karena memiliki wajah keturunan setengah Timur-Tengah.

“Aku jadi nyesel deh nggak pernah bisa ikut acara tahunan PDP,” keluh Raika. “Padahal aku pengen tahu gimana wajah mereka secara langsung gitu, Teh.”

 “Nanti juga ‘kan lo bakal ketemu sama salah satunya. Puas-puasin deh, lo liatin  wajahnya,” ucap Hani blak-blakan.

“Ya, nggak gitu juga kali, Teh,” timpal Raika tertawa kecil.

Hani ikut tertawa. “Lagian lo nggak bisa ikut juga bukan ke pengen lo sendiri,” hibur Hani agar gadis itu tidak terlalu merasa sedih.

“Tapi kadang sebel aja gitu Teh Han, mau pergi kemana-mana masih diatur,” ucap Raika setengah lesu.

“Ya, namanya juga jadi kesayangan,” ujar Hani setengah mengolok dengan senyum usil.

“Ih, Teh Hani mah malah nyindir,” Gadis itu merengut seraya mengambil berkas di meja kerjanya. Lalu gadis itu teringat sesuatu. “Eh, by the way Teh, ini yang Sinar Jaya untuk sparepartnya kemarin nggak jadi, kan?”

“Iya kagak jadi. Udah gue konfirm ke gudang juga dan sparepartnya udah dibalikin kemarin sama si Roni,” jelas Hani yang diiyakan oleh Raika.

Keduanya masih melanjutkan obrolan sambil memulai pekerjaan yang menanti. Satu jam kemudian Bu Dina, atasan keduanya memasuki ruangan. Setelah berbasa-basi sebentar ketiganya kembali pada pekerjaan masing-masing.

***

Menjelang istirahat pintu ruangan ketiganya diketuk oleh seseorang. Ketiga orang di ruangan itu menoleh dan menyapa orang tersebut.

“Kenapa, Rud?” tanya Hani seraya membereskan pekerjaannya.

“Mau ikut makan siang bareng saya, nggak?” tanya balik lelaki itu, Rudi, Supervisor Teknisi. “Aidan lagi ada di BIP.”

Hani dan Bu Dina menampakan wajah terkejut, sementara Raika menampakan wajah bingung. Namun, beberapa saat kemudian wajahnya ikut terkejut bersamaan. Aidan kan nama BM baru mereka alias cucu dari pemilik PDP.

“Lah, ngapain dia di BIP?” tanya Hani setelah rasa terkejutnya hilang. “Dia kan baru kerja besok.”

Rudi mengangkat bahunya. “Jadi, mau ikut, nggak? Saya sih bilangnya mau ngajak kalian juga dan dia setuju.”

“Mau atuh. Udah lama saya nggak ketemu Aidan,” sahut Bu Dina. Perempuan 40 tahun itu menoleh ke arah Raika. “Makan siangnya jadi di BIP nggak apa-apa kan, Neng?”

Dengan ragu Raika menganggukan kepalanya. Gadis itu tidak masalah makan di mana saja. Tapi, makan bersama BM baru sepertinya akan menjadi hal yang cukup mendadak untuknya. Karena untuk pertama kalinya gadis itu akan bertemu dengan sosok yang selama ini hanya ia lihat lewat foto.

Perjalanan singkat menuju restoran yang berada di dalam mall tersebut, membuat Raika membayangkan bagaimana cara menyapa BM baru mereka. Berbagai skenario ia bayangkan, mulai dari bersikap sangat sopan hingga sesantai mungkin. Raika tidak tahu bagaimana harus bersikap. Ini pertama kalinya Raika akan bertemu dengan salah satu orang penting di PDP.

Monolog di kepala Raika yang berkelana harus pecah karena Rudi berkata, “Itu Aidan.” Lelaki itu menghampiri Aidan bersama Hani, Bu Dina, dan Raika.

Rudi memanggil Aidan setengah berteriak sehingga lelaki yang sedang memainkan ponselnya itu menengadahkan kepalanya. Melihat siapa yang datang Aidan berdiri dan menyambut ketiganya dengan senyum tipis. Lelaki itu memasukkan ponselnya ke dalam saku celana.

Rudi yang pertama kali menghampiri Aidan dan bersalaman ala pria. Disusul oleh Hani yang terlihat senang bertemu kembali dengan Aidan dan Bu Dina yang bersikap lebih santai pada Aidan. Lalu lelaki itu melihat sosok asing di antara mereka bertiga. Dan dengan sigap Hani segera memperkenalkan keduanya.

“Oh iya, dia Raika. Admin baru di PDP Bandung. Dia masuk setelah lo balik ke Jakarta,” tutur Hani.

Raika maju beberapa langkah supaya lebih dekat dengan lelaki itu. Entah kenapa Raika merasa begitu gugup. Apa itu karena dia bertemu dengan salah satu orang penting di PDP atau karena lelaki yang ada di depannya ini ternyata sangat tampan?

Ya Allah, kirain cuma cakep doang. Ini mah dia cakeeppp banget!!! Mirip Zayn Malik ini mah wajahnya!!

Raika tanpa sadar menatap Aidan dengan lekat. Dari foto lelaki ini tampannya biasa saja, tapi lihatlah ketika Raika berhadapan langsung dengannya. Gadis itu menjadi tak bisa berkutik.

Tangan yang lebih besar darinya itu begitu kokoh digenggamannya. Memang ya, bibit unggul itu tidak pernah main-main hasilnya. Lihatlah lelaki ini, tubuhnya tinggi dengan badan yang ramping, wajah setengah Timur-Tengahnya begitu menarik perhatian, dagu tajam dengan sedikit janggut dan jambang tipis yang menghiasi wajahnya. Lekuk mata yang dalam dan alis tebal itu menambah poin ketampanan lelaki ini.

“Maaf, ada yang salah dengan wajah saya?” tanya Aidan membuat Raika tersadar.

“O-Oh, nggak ada, Pak. Maaf. Salam kenal, Pak. Saya Raika.” Gadis itu mencoba bersikap cool untuk menutupi rasa malunya yang sudah hampir menjalar ke pipinya. Kenapa pada perkenalan pertama ini Raika malah bersikap memalukan seperti ini?

Salahkan wajah tampan di depannya ini. Baru beberapa detik bertemu sudah bisa membuat jantung Raika berdegup kencang. Raika merasa seperti diserang cinta pada pandangan pertama.

Pokoknya kita nggak akan nikah sebelum Adek nikah duluan!”

Ah, sial!

Kenapa di saat seperti ini ingatan itu malah terngiang kembali di kepalanya?

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Di Antara Para Lelaki Tampan   Bab 55. Harus Gimana Sekarang?

    “Kamu nggak lagi ngelindur kan ngomong kayak gini?” Raihan mendelik tajam pada Rama yang duduk di sampingnya. Sementara Rasya menatap dalam diam, tapi jelas sangat menusuk. Rama menggelengkan kepalanya seraya menatap bergantian pada kedua kakaknya. “Aku nggak lagi ngelindur atau bercanda, Kak. Aku serius sama ucapan aku.” Rasya mendesah setengah gusar. “Apa karena pacar Adek udah pernah nolongin kamu waktu itu, jadi sekarang kamu balas dengan ngedukung mereka?” Rama melipat bibirnya karena ucapan Rasya cukup tepat sasaran. Tak mau menyembunyikannya, lelaki kurus itu pun menganggukkan kepalanya. “Kamu jadi subjektif kalau gitu, Ram. Hanya karena dia pernah nolongin kamu, nggak berarti sekarang kamu harus balas dengan cara kayak gini,” protes Raihan tak terima dengan alasan sang adik. “Itu cuma salah satunya, Kak,” Rama menjeda ucapannya dan melanjutkan, “kemarin dia datang nemuin aku dan kami ngobrol banyak.” Kedua kakaknya tampak terkejut. Tentu saja kejadian itu hal langka bagi

  • Terjebak Di Antara Para Lelaki Tampan   Bab 54. Kabur Aja Dulu

    Untuk pertama kali dalam hidupnya, Raika melarikan diri dari rumah. Dari semua adu mulut dan pertengkaran yang pernah terjadi dengan tiga kakaknya, baru kali ini rasanya Raika benar-benar marah. Bahkan keputusan ini tak pernah terbayangkan olehnya. “Mau kemana, Mbak?” tanya sang Supir ramah seraya menatap lewat kaca spion dalam. Raika terdiam. Saat menghentikan taksi barusan ia tak memikirkan ke mana akan pergi. Yang ia tahu, ia hanya ingin pergi dari rumah. Pergi dari kakaknya yang protektif. “Jalan aja dulu, Pak. Nanti saya kasih tahu lagi.” Hanya itu jawaban yang bisa Raika berikan. Gadis itu mengusap pipinya yang basah saat berteriak pada kakaknya tadi. Ia menangis. Sang Supir hanya menganggukkan kepala dan melajukan taksinya keluar komplek perumahan. Raika menatap jalanan melalui jendela mobil seraya menggigit bibir bawahnya menahan marah. “Aku doain jodoh Kak Rasya lebih nyebelin dari aku. Dasar Kakak dzalim…” gumamnya geram kembali menitikan airmata. “Haah… astaghfirullah…

  • Terjebak Di Antara Para Lelaki Tampan   Bab 53. Apa Lagi Ini?!

    Rasya dan kedua adiknya bergegas keluar rumah mencari Raika. Rasa khawatir, cemas, dan bersalah kini menghantui Rasya. Tak pernah ia menginginkan pertengkaran seperti ini dengan adik bungsunya. Ia hanya ingin melindungi sang adik. Memberi yang terbaik agar adiknya tak tersakiti. Namun, sepertinya semua itu tak sama dengan yang dipikirkan Raika.Tok… tok… tok…Rama mengetuk pintu rumah Khalif dengan sopan walau perasaannya sedang tak karuan saat ini. Saat akan mencari Raika tadi, Rama berpamitan pada Shinta. Wanita paruh baya itu memberitahu Rama jika dirinya sudah menghubungi Khalif melalui ibunya. Semoga saja saat ini sang adik ada di rumah Khalif.“Assalamu’alaikum.”“Walaikumsalam,” sahut suara wanita dari dalam rumah.Seseorang membuka pintu dan terkejut menatap tiga orang lelaki tinggi berdiri di depan rumahnya.“Eh, Rasya, Raihan, Rama? Ada apa ini?” tanya Rini, Ibu Khalif.“Maaf ganggu malem-malem, Tan. Adek ada datang ke sini, nggak?” tanya Rama dengan wajah cemas.“Raika? Ngg

  • Terjebak Di Antara Para Lelaki Tampan   Bab 52. Dan Terjadi Lagi...

    Keluarga Raika baru saja menyelesaikan makan malam. Meski dalam suasana yang canggung, semua keluarga tetap makan seperti biasa. Hanya saja, tak ada obrolan ringan menyenangkan.Rasya baru saja akan melangkah, tapi Raika yang sudah menahan kata-kata di lidahnya sejak tadi sore segera menghampiri sang kakak.“Jadi, maksud Kakak ngundang A Aidan tadi buat bikin malu dia? Sampe-sampe bawa orang yang nggak tahu apa-apa segala.”Rasya menoleh dan menghadap pada Raika. “Karena dia bukan cowok yang pantes buat Adek,” katanya tegas dengan wajah serius.“Apa?”“Kakak udah tahu siapa dia,” ungkap Rasya datar. “Dan Kakak semakin nggak setuju Adek pacaran sama dia.”“Kakak ini apa-apaan sih? Makin ke sini Kakak tuh makin nggak ngaco, tahu, nggak.”Percakapan kakak beradik itu mendapat perhatian dari seluruh keluarga yang ada di ruang makan. Bisa dilihat jika keduanya kembali membahas hal yang sama. Ketidaksetujuan Rasya terhadap hubungan sang adik dan Aidan.Raihan dan Rama hanya saling menatap c

  • Terjebak Di Antara Para Lelaki Tampan   Bab 51. Dibalik Semua Pesan

    (Si Macan Manja) Dek, maafin kakak, ya 10.54 Raika menatap heran pesan yang dikirim oleh Rama padanya. Perempuan itu hanya mengabaikan pesannya dan kembali bekerja. “Teh, untuk Sewarna kita stop service dulu, ya. Mereka masih ada tunggakan,” beritahu Raika pada Hani. “Oke.” Hani mengacungkan jempolnya. “Rudi sama Aidan udah dikabarin?” tanyanya. “Udah, Teh. Jadi kalau mereka minta service nggak bisa kita kasih dulu.” “Sip.” “Neng, faktur yang kemarin udah beres?” tanya Bu Dina seraya menoleh sekilas pada Raika. Wanita itu sedang sibuk menyiapkan kas kecil untuk teknisi yang akan dinas luar. “Udah, Bu. Ini, Bu.” Raika menyerahkan form faktur pada Bu Dina. “Hah, gila, ya. Kerjaan awal bulan tuh emang paling nyebelin,” keluh Hani. Perempuan itu baru saja menyelesaikan pekerjaannya dan sedikit meregangkan ototnya yang kaku. “Pengennya nyantei terus, ya, Teh,” timpal Raika seraya terkekeh. “Jelas itu.” Hani tertawa pelan kemudian menggerakan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Ponse

  • Terjebak Di Antara Para Lelaki Tampan   Bab 50. Galaunya Rama

    Aidan menatap ruko dua lantai itu dengan seksama. Terlihat satu mobil box terparkir di sana dan beberapa motor. Dengan tekad kuat lelaki itu pergi mendekat ke ruko.Mendengar cerita kekasihnya kemarin, Aidan tidak ingin tinggal diam. Ia ingin melakukan sesuatu untuk kekasihnya itu. Apalagi semua ini menyangkut masa depan hubungan keduanya. Aidan tidak bisa mundur.Tidak.Bukan karena Aidan tidak bisa mundur, melainkan karena Aidan tidak ingin mundur begitu saja. Perasaannya pada Raika sudah tak terbendung. Cintanya pada gadis itu membuatnya tak ingin melepaskan Raika.“Permisi,” sapa Aidan pada lelaki yang sedang membereskan beberapa rumput sintetis.“Ya?” balas si pria bertubuh sedikit gemuk itu dengan ramah. “Mau pesen rumput, Mas?”Aidan menggelengkan kepala sambil mengulas senyum tipis. “Bukan, Mas. Saya mau ada perlu sama Kak Rama,” ujar Aidan. “Orangnya ada?”“Oh. Bentar, ya, saya panggilin dulu.”Si pria pergi meninggalkan Aidan yang menunggu di depan ruko. Setelah dua menit, k

  • Terjebak Di Antara Para Lelaki Tampan   Bab 49. Niat Terselubung Rasya

    Seperti yang ia katakan pada Raihan kemarin, hari ini Rasya akan menjalankan rencananya. Selesai dengan pekerjaannya, Rasya segera meluncurkan motornya ke kawasan kantor Raika bekerja. Dengan semangat baru, lelaki itu siap dengan misinya yang baru juga.“Hati-hati, Chef,” ucap salah satu bawahan Rasya ketika ia berpapasan dengan bawahannya di lahan parkir.“Iya, kalian juga,” balas Rasya ramah seraya menuju motornya.Rasya berhenti tak jauh dari kantor PDP. Lelaki itu menunggu hampir setengah jam sampai seseorang yang ia tunggu keluar. Rasya melihat sang adik sudah keluar dari parkiran dan pergi berlawanan arah dari tempatnya menunggu.Kini, matanya mengawasi mobil yang baru keluar dari lahan parkir. Orang inilah yang sedang ia tunggu. Setelah menunggu kendaraan yang ditumpangi orang tersebut hampir melewati Rasya, lelaki itu segera menghentikan mobil tersebut.Adegan yang cukup berbahaya, tapi Rasya tidak peduli.“Aduh!” pekik orang tersebut. Suara seorang wanita. “Hati-hati dong, Ma

  • Terjebak Di Antara Para Lelaki Tampan   Bab 48. Pertengkaran di Rumah

    Semua atensi kini beralih pada Bandi yang melangkah memasuki ruang tamu. Shinta, dengan wajah sendu mengikuti di belakang. Anak-anak mereka memang sering bertengkar, tapi tak pernah sampai seperti ini.“Kamu ini apa-apaan sih?! Teriak begitu di depan adik kamu!” bentak Bandi membuat Rasya terdiam seketika. Namun, raut marah lelaki itu masih terpampang di wajahnya.Rama menarik mundur Raika. Lelaki itu membawa Raika pada sang ibu. Sepertinya perselisihan ini akan berlanjut.“Ayah juga apa-apaan? Kenapa Ayah setuju gitu aja Adek pacaran sama cowok itu?” tanyanya dengan nada kecewa pada Bandi.“Emang apa yang bikin Ayah harus nggak setuju sama Aidan? Kamu ini terus aja mengada-ngada tiap Adek punya pacar. Ayah paling nggak ngerti sama sikap kalian yang begini.” Bandi menatap ketiga anak lelakinya bergantian.“Kakak nggak mengada-ngada, Yah. Ayah juga baru ketemu dia sekali, kan? Apa Ayah yakin dia itu cowok yang baik untuk Adek?” Rasya terus mendesak sang ayah tanpa takut.Bandi menggele

  • Terjebak Di Antara Para Lelaki Tampan   Bab 47. Perselisihan

    Raika masih duduk di sofa dengan tatapan kosong dan pikiran menerawang. Aidan sudah pulang satu jam yang lalu. Pikirannya bermuara pada dua kakaknya saat ini. Raika tahu Rasya dan Raihan sudah kecewa padanya. Gadis itu tak menyangkalnya.Namun, hati Raika sedikit terobati ketika mendengar Rama tidak melarang hubungannya dengan Aidan. Ada perasaan lega di hatinya. Setidaknya, ada satu kakaknya yang mendukung hubungannya dengan Aidan.Melihat anak perempuannya termenung membuat Shinta menghampiri Raika. Bandi sekarang berada di kamarnya untuk tidur siang, beliau tidak mau ambil pusing dengan tingkah kekanak-kanakan anak sulungnya.“Adek masih kepikiran sama yang tadi?” tanya Shinta seraya mengelus lembut punggung Raika.Sedikit tersentak Raika menoleh pada sang ibu dengan senyum lesunya. “Iya, Bu. Gimana kalau Kak Rasya tetep nggak setuju sama hubungan aku dan A Aidan? Ibu kan tahu sendiri kalau Kak Rasya udah nentang nggak ada yang bisa ngalahin, kadang Ayah juga angkat tangan."Shinta

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status