Share

Bab 2. Malu-maluin Aja

Penulis: Diana Mogami
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-17 23:18:45

Raika tidak ingat kapan terakhir kali dirinya bermanja-manja pada ketiga kakaknya. Perempuan berumur 24 tahun itu hanya tahu jika ketiga kakaknya masih overprotektif padanya hingga saat ini. Ingatan Raika bukan kemanjaan dirinya pada ketiga kakaknya. Melainkan pada ingatan dimana dirinya menderita saat menjadi target fans-fans ketiganya ketika masih bersekolah.

Masa-masa mengerikan untuknya karena waktunya habis untuk menghadapi semua fans ketiga kakaknya. Lalu, apa yang terjadi pada ketiga kakaknya? Tentu saja mereka tidak peduli sedikit pun. Namun, karena gadis itu sudah lelah, akhirnya Raika memarahi ketiga kakaknya. Dan entah bagaimana semua fans kakak-kakaknya sudah tidak mengganggunya lagi.

Raika senang mendapat perlindungan dan kasih sayang berlimpah dari ketiga kakaknya. Namun, terkadang sikap mereka bisa sangat berlebihan. Salah satunya adalah dengan janji yang mereka mereka ikrarkan dua tahun lalu. Di mana mereka tidak akan menikah sebelum dirinya.

Meski ayah mereka memberi ultimatum, tapi Raika sampai saat ini tidak pernah benar-benar memiliki gebetan atau pacar. Mengingat janji itu, Raika merasa harus berhati-hati dalam mencari pasangan.

“Pemikiran kakak-kakak kamu tuh emang nggak ada yang bisa nandingin sih, Ka,” ujar Khalif, sahabat kecil Raika ketika dirinya curhat tentang janji ketiga kakaknya.

Kiran, sahabat lain Raika, mengangguk dan berkata, “Kamu sendiri ada kandidat yang potensial, nggak?”

Raika terdiam sejenak untuk berpikir. Beberapa detik kemudian perempuan itu mengangguk seraya tersenyum.

“Siapa?” tanya kedua sahabatnya antusias.

“Abang Shun Oguri,” jawab Raika dengan seringai jahilnya. Membuat kedua sahabatnya mendesis kesal dan mengejeknya.

Raika tertawa meski dalam hatinya merasa tertindih beban yang sangat berat. Entah siapa lelaki itu, Raika hanya bisa berharap dia adalah lelaki yang bisa menaklukkan ketiga kakaknya.

***

Raika menggeleng pelan kepalanya supaya tak disadari oleh keempat orang yang ada di sana. Inilah yang membuat Raika tidak bisa sembarangan mencari lelaki. Ingatan janji ketiga kakaknya selalu muncul tiap kali Raika bertemu lelaki. Siapapun itu.

Uluran tangan Raika disambut oleh Aidan. “Saya Aidan. Salam kenal juga,” balas lelaki itu dengan ramah, namun terkesan sedikit dingin. Pikiran itu coba Raika enyahkan. Mungkin hanya perasaannya saja.

Raika terlebih dahulu melepas jabat tangan tersebut. Berjabat tangan lama-lama hanya akan membuat jantungnya tidak sehat.

Oh iya, untuk ukuran wajah, ketampanan ketiga kakaknya sedikit kalah dengan Aidan. Namun, untuk tinggi badan sepertinya Aidan sedikit lebih pendek dari kedua kakaknya, Rasya dan Rama. Apalagi postur tubuh kakak keduanya yang lebih berotot dibanding Aidan.

Lah, kenapa aku jadi bandingin dia sama mereka, ya? ujar Raika dalam hati tidak mengerti. Perempuan itu menggeleng pelan kepalanya lagi.

Aidan mempersilakan ketiganya untuk duduk. Raika sengaja memilih duduk di sisi kanan, Bu Dina di tengah, dan Hani di sisi lainnya. Rudi sendiri duduk bersebelahan dengan Aidan. Obrolan seputar Aidan pun menjadi bahasan utama mereka setelah semua pesanan makanan dibawa oleh pelayan.

“Lo kapan nyampe Bandung?” tanya Hani dengan antusias. Perempuan itu terlihat senang bertemu Aidan kembali. Itu karena sewaktu di kantor pusat Hani cukup dekat dengan Aidan sebelum dirinya dipindahkan ke cabang Bandung.

“Tadi malam sekitar jam sembilanan,” jawab Aidan. “Padahal saya pergi dari siang, tapi ternyata jalanan di Jakarta emang nggak bisa diprediksi.”

“Mau tengah malem juga jalanan di Jakarta mah nggak akan sepi,” komentar Hani yang pernah menjadi warga Jakarta. “Jadinya lo nyewa apartemen?”

Aidan mengangguk. “Iya, minggu lalu saya udah bayar sewanya untuk enam bulan dulu. Kalau betah saya mungkin akan pertimbangkan lagi untuk nambah sewanya.”

Percakapan yang cukup meriah itu hanya bisa didengarkan oleh Raika sebagai orang baru. Selain dirinya masih malu karena insiden tadi, Raika tidak mau dianggap sok akrab. Hanya sesekali gadis itu menjawab jika salah satu dari teman kantornya memberitahu hal yang berkaitan dengan perusahaan.

Selebihnya gadis itu hanya menjadi pendengar yang baik. Raika tidak mau nimbrung dalam obrolan yang tidak ia ketahui. Apalagi Raika baru pertama kali bertemu dengan atasannya ini, setidaknya Raika ingin memberi kesan yang baik.

***

Selang dua puluh menit kemudian makanan yang mereka pesan datang. Dua ayam goreng kremes, dua bebek goreng kremes, dan satu nasi goreng lada hitam. Kelimanya makan dengan lahap seraya mengobrol ringan.

Raika yang tidak terlalu ikut dalam obrolan fokus dengan makanannya. Gadis itu menikmati ayam goreng kremesnya. Apalagi dengan sambel dadak yang pedas-pedas sedap membuat nafsu makannya bertambah. Ekspresi makan gadis itu tak pelak menjadi salah satu hal yang diperhatikan oleh Aidan secara diam-diam.

“Anteng banget Neng makannya,” seloroh Rudi mulai menyadari Raika yang asyik makan sendiri.

“Dia kalau udah makan sama ayam goreng bakal lupa sama dunia,” cibir Hani membuat Raika yang masih mengunyah makanannya hanya bisa protes lewat bola matanya yang membesar. “Udah sana lanjut aja, anggap kita nggak ada.”

“Nggak gitu, Teh,” kilah Raika malu setelah makanannya turun ke tenggorokan.

Perempuan itu menoleh pada Aidan yang sedang tersenyum melihatnya. Baru bertemu sudah membuat malu dua kali. Ah, Hani menghancurkan imagenya. Lagian kenapa juga ayam ini begitu enak? Fix, ini salah ayam goreng kremesnya. Mau memberi kesan yang baik? Hah, kesan yang baik dari Hongkong!

“Maaf, ya, Pak.” Gadis itu meminta maaf pada Aidan. “Saya nggak begitu kok, tapi ayam goreng ini emang enak,” ujar gadis itu sungkan dan jujur sekaligus.

Aidan akhirnya tertawa kecil mendengar permintaan maaf Raika yang lucu. Gadis itu meminta maaf karena menikmati makanannya yang lezat. Entah di mana salahnya, tapi Aidan menerima permintaan maaf tersebut.

“Nggak apa-apa. Saya malah senang kamu menikmati makanannya,” balas Aidan yang sudah menyelesaikan makannya. “Makanan enak itu memang harus dinikmati dan disyukuri.”

“Betul itu, nggak apa-apa kok, Neng. Ibu juga pengennya mah nambah, tapi malu.” Kalimat jenaka Bu Dina tersebut sedikit mereduksi rasa malu Raika.

Suara tawa memenuhi meja makan mereka. Semua kini menyuruh Bu Dina untuk menambah porsi, tetapi ditolak Bu Dina dengan alasan dirinya sedang diet. Yang tentu saja malah menjadi bahan ledekan Hani.

Raika yang tertawa karena perseteruan Hani dan Bu Dina kembali menjadi perhatian kecil Aidan. Sudut mata lelaki itu menciptakan kombinasi senyum tipis di bibirnya karena melihat tawa Raika. Sebuah lesung pipi tercetak manis di pipi kanan gadis itu.

Tanpa keduanya sadari, itulah awal dari sebuah kisah cinta, penolakan, sebuah restu, dan keikhlasan menerima.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjebak Di Antara Para Lelaki Tampan   Bab 55. Harus Gimana Sekarang?

    “Kamu nggak lagi ngelindur kan ngomong kayak gini?” Raihan mendelik tajam pada Rama yang duduk di sampingnya. Sementara Rasya menatap dalam diam, tapi jelas sangat menusuk. Rama menggelengkan kepalanya seraya menatap bergantian pada kedua kakaknya. “Aku nggak lagi ngelindur atau bercanda, Kak. Aku serius sama ucapan aku.” Rasya mendesah setengah gusar. “Apa karena pacar Adek udah pernah nolongin kamu waktu itu, jadi sekarang kamu balas dengan ngedukung mereka?” Rama melipat bibirnya karena ucapan Rasya cukup tepat sasaran. Tak mau menyembunyikannya, lelaki kurus itu pun menganggukkan kepalanya. “Kamu jadi subjektif kalau gitu, Ram. Hanya karena dia pernah nolongin kamu, nggak berarti sekarang kamu harus balas dengan cara kayak gini,” protes Raihan tak terima dengan alasan sang adik. “Itu cuma salah satunya, Kak,” Rama menjeda ucapannya dan melanjutkan, “kemarin dia datang nemuin aku dan kami ngobrol banyak.” Kedua kakaknya tampak terkejut. Tentu saja kejadian itu hal langka bagi

  • Terjebak Di Antara Para Lelaki Tampan   Bab 54. Kabur Aja Dulu

    Untuk pertama kali dalam hidupnya, Raika melarikan diri dari rumah. Dari semua adu mulut dan pertengkaran yang pernah terjadi dengan tiga kakaknya, baru kali ini rasanya Raika benar-benar marah. Bahkan keputusan ini tak pernah terbayangkan olehnya. “Mau kemana, Mbak?” tanya sang Supir ramah seraya menatap lewat kaca spion dalam. Raika terdiam. Saat menghentikan taksi barusan ia tak memikirkan ke mana akan pergi. Yang ia tahu, ia hanya ingin pergi dari rumah. Pergi dari kakaknya yang protektif. “Jalan aja dulu, Pak. Nanti saya kasih tahu lagi.” Hanya itu jawaban yang bisa Raika berikan. Gadis itu mengusap pipinya yang basah saat berteriak pada kakaknya tadi. Ia menangis. Sang Supir hanya menganggukkan kepala dan melajukan taksinya keluar komplek perumahan. Raika menatap jalanan melalui jendela mobil seraya menggigit bibir bawahnya menahan marah. “Aku doain jodoh Kak Rasya lebih nyebelin dari aku. Dasar Kakak dzalim…” gumamnya geram kembali menitikan airmata. “Haah… astaghfirullah…

  • Terjebak Di Antara Para Lelaki Tampan   Bab 53. Apa Lagi Ini?!

    Rasya dan kedua adiknya bergegas keluar rumah mencari Raika. Rasa khawatir, cemas, dan bersalah kini menghantui Rasya. Tak pernah ia menginginkan pertengkaran seperti ini dengan adik bungsunya. Ia hanya ingin melindungi sang adik. Memberi yang terbaik agar adiknya tak tersakiti. Namun, sepertinya semua itu tak sama dengan yang dipikirkan Raika.Tok… tok… tok…Rama mengetuk pintu rumah Khalif dengan sopan walau perasaannya sedang tak karuan saat ini. Saat akan mencari Raika tadi, Rama berpamitan pada Shinta. Wanita paruh baya itu memberitahu Rama jika dirinya sudah menghubungi Khalif melalui ibunya. Semoga saja saat ini sang adik ada di rumah Khalif.“Assalamu’alaikum.”“Walaikumsalam,” sahut suara wanita dari dalam rumah.Seseorang membuka pintu dan terkejut menatap tiga orang lelaki tinggi berdiri di depan rumahnya.“Eh, Rasya, Raihan, Rama? Ada apa ini?” tanya Rini, Ibu Khalif.“Maaf ganggu malem-malem, Tan. Adek ada datang ke sini, nggak?” tanya Rama dengan wajah cemas.“Raika? Ngg

  • Terjebak Di Antara Para Lelaki Tampan   Bab 52. Dan Terjadi Lagi...

    Keluarga Raika baru saja menyelesaikan makan malam. Meski dalam suasana yang canggung, semua keluarga tetap makan seperti biasa. Hanya saja, tak ada obrolan ringan menyenangkan.Rasya baru saja akan melangkah, tapi Raika yang sudah menahan kata-kata di lidahnya sejak tadi sore segera menghampiri sang kakak.“Jadi, maksud Kakak ngundang A Aidan tadi buat bikin malu dia? Sampe-sampe bawa orang yang nggak tahu apa-apa segala.”Rasya menoleh dan menghadap pada Raika. “Karena dia bukan cowok yang pantes buat Adek,” katanya tegas dengan wajah serius.“Apa?”“Kakak udah tahu siapa dia,” ungkap Rasya datar. “Dan Kakak semakin nggak setuju Adek pacaran sama dia.”“Kakak ini apa-apaan sih? Makin ke sini Kakak tuh makin nggak ngaco, tahu, nggak.”Percakapan kakak beradik itu mendapat perhatian dari seluruh keluarga yang ada di ruang makan. Bisa dilihat jika keduanya kembali membahas hal yang sama. Ketidaksetujuan Rasya terhadap hubungan sang adik dan Aidan.Raihan dan Rama hanya saling menatap c

  • Terjebak Di Antara Para Lelaki Tampan   Bab 51. Dibalik Semua Pesan

    (Si Macan Manja) Dek, maafin kakak, ya 10.54 Raika menatap heran pesan yang dikirim oleh Rama padanya. Perempuan itu hanya mengabaikan pesannya dan kembali bekerja. “Teh, untuk Sewarna kita stop service dulu, ya. Mereka masih ada tunggakan,” beritahu Raika pada Hani. “Oke.” Hani mengacungkan jempolnya. “Rudi sama Aidan udah dikabarin?” tanyanya. “Udah, Teh. Jadi kalau mereka minta service nggak bisa kita kasih dulu.” “Sip.” “Neng, faktur yang kemarin udah beres?” tanya Bu Dina seraya menoleh sekilas pada Raika. Wanita itu sedang sibuk menyiapkan kas kecil untuk teknisi yang akan dinas luar. “Udah, Bu. Ini, Bu.” Raika menyerahkan form faktur pada Bu Dina. “Hah, gila, ya. Kerjaan awal bulan tuh emang paling nyebelin,” keluh Hani. Perempuan itu baru saja menyelesaikan pekerjaannya dan sedikit meregangkan ototnya yang kaku. “Pengennya nyantei terus, ya, Teh,” timpal Raika seraya terkekeh. “Jelas itu.” Hani tertawa pelan kemudian menggerakan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Ponse

  • Terjebak Di Antara Para Lelaki Tampan   Bab 50. Galaunya Rama

    Aidan menatap ruko dua lantai itu dengan seksama. Terlihat satu mobil box terparkir di sana dan beberapa motor. Dengan tekad kuat lelaki itu pergi mendekat ke ruko.Mendengar cerita kekasihnya kemarin, Aidan tidak ingin tinggal diam. Ia ingin melakukan sesuatu untuk kekasihnya itu. Apalagi semua ini menyangkut masa depan hubungan keduanya. Aidan tidak bisa mundur.Tidak.Bukan karena Aidan tidak bisa mundur, melainkan karena Aidan tidak ingin mundur begitu saja. Perasaannya pada Raika sudah tak terbendung. Cintanya pada gadis itu membuatnya tak ingin melepaskan Raika.“Permisi,” sapa Aidan pada lelaki yang sedang membereskan beberapa rumput sintetis.“Ya?” balas si pria bertubuh sedikit gemuk itu dengan ramah. “Mau pesen rumput, Mas?”Aidan menggelengkan kepala sambil mengulas senyum tipis. “Bukan, Mas. Saya mau ada perlu sama Kak Rama,” ujar Aidan. “Orangnya ada?”“Oh. Bentar, ya, saya panggilin dulu.”Si pria pergi meninggalkan Aidan yang menunggu di depan ruko. Setelah dua menit, k

  • Terjebak Di Antara Para Lelaki Tampan   Bab 49. Niat Terselubung Rasya

    Seperti yang ia katakan pada Raihan kemarin, hari ini Rasya akan menjalankan rencananya. Selesai dengan pekerjaannya, Rasya segera meluncurkan motornya ke kawasan kantor Raika bekerja. Dengan semangat baru, lelaki itu siap dengan misinya yang baru juga.“Hati-hati, Chef,” ucap salah satu bawahan Rasya ketika ia berpapasan dengan bawahannya di lahan parkir.“Iya, kalian juga,” balas Rasya ramah seraya menuju motornya.Rasya berhenti tak jauh dari kantor PDP. Lelaki itu menunggu hampir setengah jam sampai seseorang yang ia tunggu keluar. Rasya melihat sang adik sudah keluar dari parkiran dan pergi berlawanan arah dari tempatnya menunggu.Kini, matanya mengawasi mobil yang baru keluar dari lahan parkir. Orang inilah yang sedang ia tunggu. Setelah menunggu kendaraan yang ditumpangi orang tersebut hampir melewati Rasya, lelaki itu segera menghentikan mobil tersebut.Adegan yang cukup berbahaya, tapi Rasya tidak peduli.“Aduh!” pekik orang tersebut. Suara seorang wanita. “Hati-hati dong, Ma

  • Terjebak Di Antara Para Lelaki Tampan   Bab 48. Pertengkaran di Rumah

    Semua atensi kini beralih pada Bandi yang melangkah memasuki ruang tamu. Shinta, dengan wajah sendu mengikuti di belakang. Anak-anak mereka memang sering bertengkar, tapi tak pernah sampai seperti ini.“Kamu ini apa-apaan sih?! Teriak begitu di depan adik kamu!” bentak Bandi membuat Rasya terdiam seketika. Namun, raut marah lelaki itu masih terpampang di wajahnya.Rama menarik mundur Raika. Lelaki itu membawa Raika pada sang ibu. Sepertinya perselisihan ini akan berlanjut.“Ayah juga apa-apaan? Kenapa Ayah setuju gitu aja Adek pacaran sama cowok itu?” tanyanya dengan nada kecewa pada Bandi.“Emang apa yang bikin Ayah harus nggak setuju sama Aidan? Kamu ini terus aja mengada-ngada tiap Adek punya pacar. Ayah paling nggak ngerti sama sikap kalian yang begini.” Bandi menatap ketiga anak lelakinya bergantian.“Kakak nggak mengada-ngada, Yah. Ayah juga baru ketemu dia sekali, kan? Apa Ayah yakin dia itu cowok yang baik untuk Adek?” Rasya terus mendesak sang ayah tanpa takut.Bandi menggele

  • Terjebak Di Antara Para Lelaki Tampan   Bab 47. Perselisihan

    Raika masih duduk di sofa dengan tatapan kosong dan pikiran menerawang. Aidan sudah pulang satu jam yang lalu. Pikirannya bermuara pada dua kakaknya saat ini. Raika tahu Rasya dan Raihan sudah kecewa padanya. Gadis itu tak menyangkalnya.Namun, hati Raika sedikit terobati ketika mendengar Rama tidak melarang hubungannya dengan Aidan. Ada perasaan lega di hatinya. Setidaknya, ada satu kakaknya yang mendukung hubungannya dengan Aidan.Melihat anak perempuannya termenung membuat Shinta menghampiri Raika. Bandi sekarang berada di kamarnya untuk tidur siang, beliau tidak mau ambil pusing dengan tingkah kekanak-kanakan anak sulungnya.“Adek masih kepikiran sama yang tadi?” tanya Shinta seraya mengelus lembut punggung Raika.Sedikit tersentak Raika menoleh pada sang ibu dengan senyum lesunya. “Iya, Bu. Gimana kalau Kak Rasya tetep nggak setuju sama hubungan aku dan A Aidan? Ibu kan tahu sendiri kalau Kak Rasya udah nentang nggak ada yang bisa ngalahin, kadang Ayah juga angkat tangan."Shinta

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status