Share

Bab 7. Bujukin Sang Putri

Penulis: Diana Mogami
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-10 11:54:38

Menjadi anak perempuan satu-satunya, membuat Raika memiliki privilege tersendiri di rumah. Terutama keistimewaan yang sering ia dapatkan dari ketiga kakaknya. Entah dalam bentuk materi, kasih sayang, ataupun perhatian.

Jika Raika ingin membeli sesuatu, gadis itu tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun. Kakak-kakaknya akan dengan sukarela membelikan apapun itu. Selama masih bisa mereka sanggupi dan bukan hal membahayakan.

Raika tidak lagi minta dibelikan sesuatu sejak bekerja. Apalagi meminta hadiah dari ketiga kakaknya. Namun, ketiganya masih saja membelikan sesuatu yang sebenarnya tidak dibutuhkan gadis itu. Membuat Raika tidak enak untuk menolak apalagi mengembalikannya.

“Uang punya Adek ditabung aja atau beli sesuatu yang memang Adek pengen. Untuk hal lain Adek minta aja ke Kakak. Kan kakak kerja juga untuk Adek.” Kalimat mengharukan Rasya itu membuat Raika trenyuh sekaligus merasa bersalah.

“Nggak gitu juga dong, Kak. Kan kakak juga pasti punya keperluan sendiri. Ingin beli ini itu pake uang sendiri. Aku masih bisa beli sesuatu pake uang sendiri, Kak. Aku nggak mau ngerepotin Kak Rasya, Kak Raihan, dan Kak Rama lagi. Aku udah gede. Malu,” tutur Raika panjang lebar.

“Kita mah banyak uangnya, Dek. Kamu nggak usah khawatir,” ujar si Raihan Dwi Wiharja ini menyombongkan diri.

“Iya, iya, aku percaya.” Tentu saja Raika berpura-pura mempercayainya.

“Tapi muka kamu nggak bilang gitu. Kasih tahu sama adek kita, Ram. Berapa jumlah tabungan kita.” Raihan menoleh pada Rama masih menyombongkan diri.

“Uh, berjeti-jeti, deh pokoknya. Kalau Adek lihat, pasti bakal bingung lihat angkanya,” ucap Rama tak kalah berlebihan.

“Iya, bingung karena angkanya pada nggak ada,” sahut Raihan mendapat high five dari Rama dan keduanya tertawa bersama.

“Apa sih, ih? Kalian nggak jelas banget.” Raika ikut tertawa mendengar lelucon garing kedua kakaknya. Rasya pun ikut tertawa.

Dan kebiasaan membelikan adik mereka hadiah tidak akan pernah berhenti. Apalagi jika keadaan menuntut mereka membeli hadiah untuk adik mereka yang sedang marah. Tentu saja hal itu wajib menjadi senjata andalan mereka untuk mendapatkan maaf dari Raika.

***

Raika masih terdiam. Dihadapannya, tepatnya dua meter dari gadis itu berdiri, ada ketiga kakaknya yang berdiri gagah dan masing-masing menggenggam sesuatu di tangan mereka dengan senyum semanis madu untuk Raika.

Dalam hati Raika mendengus geli ketika melihat ketiga kakaknya begitu niat untuk membujuknya yang sedang kesal. Kenapa Raika bisa bilang ketiga kakaknya ini sangat niat? Mari kita bedah satu-persatu.

Di sisi kanan ada Rama yang menggenggam buket bunga. Di tengah ada Rasya yang memegang boneka beruang besar berwarna coklat. Sementara di sisi kiri ada Raihan yang memangku satu keranjang makanan berisi beberapa ayam goreng tepung ternama kesukaan Raika.

See? Ketiga kakaknya ini memang romantis dan Raika yakin siapa pun yang menjadi pasangan mereka nanti akan bahagia. Tingkah mereka yang kadang sulit ditebak, membuat Raika sering terkejut sekaligus bahagia memiliki tiga kakak yang menyayanginya. Kecuali janji konyol mereka tentu saja.

"Hai, Dek," sapa lelaki bernama lengkap Rama Tria Wiharja ini memecah keheningan seraya menampilkan senyumnya.

Raika hanya mengangkat kedua alisnya pada Rama.

Oke, sepertinya tidak akan mudah membujuk adik mereka jika respon yang didapat hanya gerakan angkat alis Raika.

Kini Raihan berdeham untuk meredakan suasana canggung.

"Kita mau minta maaf sama kamu, Dek."

Sekarang Raika melipat kedua tangannya di depan dada. Sebenarnya Raika sudah tidak marah lagi, tapi ia akan tetap mempertahankan posisi ini untuk menunjukkan marah pura-puranya. Sekalian saja ia jahili ketiga kakaknya supaya kapok.

"Yakin minta maaf? Yakin nggak akan kayak gitu lagi?” tanya Raika sedikit sinis padahal dalam hatinya berusaha keras menahan tawa.

"Dek, udah dong, jangan marah gitu. Kita minta maaf, beneran deh. Dan kita janji nggak akan begitu lagi sama Adek." kini Rasya mengeluarkan suara yang sedikit memelas.

Ucapan Rasya barusan diangguki oleh Raihan dan Rama dengan tempo cepat. Membuat Raika berasumsi leher keduanya bisa saja lepas jika mengangguk secepat itu. Raika menghela napasnya kemudian matanya tertuju pada benda-benda yang ada di tangan ketiga kakaknya.

***

Dengan memicingkan matanya Raika menatap curiga benda-benda yang dipegang oleh ketiga kakaknya. "Terus itu apa maksudnya?" tanya Raika seraya menunjuk benda-benda tersebut dengan dagunya.

Ketiganya langsung menyengir kuda dan menghampiri Raika lalu menyodorkan ketiga benda tersebut padanya.

"Untuk Adek," ucap Rama dengan senyum manisnya.

"Untuk aku?" ketiganya langsung mengangguk. "Nyogok gitu ceritanya?" tuding Raika.

"Ey, bukan dong, kita bukan nyogok Adek. Ini cuma wujud permintaan maaf kita untuk kamu," kilah Raihan walau sebenarnya makna yang tersirat tidak beda jauh.

Raika menatap ketiga kakaknya bergantian. Wajah ketiganya tampak memelas dan berharap dimaafkan olehnya. Kejadian tadi pagi itu memang bukan hal besar, tapi yang membuat Raika kesal ketiganya ini seperti tidak risih. Sikap mereka layaknya bukan seperti orang dewasa.

"Yakin nggak akan ulangin lagi kayak tadi?” pertanyaan gadis itu mendapat anggukan dari ketiganya. “Jujur aku tuh risih. Kita ini udah pada dewasa, Kak. Aku emang adik kalian, tapi aku kan perempuan dewasa. Bukan lagi anak umur enam tahun yang suka dicium-cium begitu," tutur Raika panjang lebar menasehati ketiganya yang menundukkan kepala.

Maaf, Dek," seru ketiganya serempak.

Bahkan si sulung yang sering melarang Raika ini itu menjadi ciut jika melihat Raika versi marah dan menjadi penasihat dadakan. Sikap tegas dan kerasnya hilang begitu saja, menguap ke udara.

Raika kembali menghela napas.

"Ya udah, aku maafin." Seketika ucapan Raika tersebut membuat wajah ketiganya berbinar. "Tapi janji ya, nggak akan diulangi lagi?"

Ketiganya mengangguk dan langsung menghampiri Raika kemudian memeluknya. Kini mereka terlihat seperti teletubies yang sedang berpelukan dan tubuh Raika seperti ditelan karena tertutup oleh badan besar ketiga kakaknya.

Shinta yang sedari tadi memperhatikan dari pintu kamarnya hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepala. Meski anak bungsu, Raika bukanlah anak manja dan cengeng hanya karena memiliki ketiga kakak laki-laki yang memanjakannya. Malah terkadang Raika memiliki pemikiran yang lebih dewasa dibanding ketiganya. Seperti kejadian barusan yang bisa membuat ketiganya bungkam.

"Udah ah, pelukannya. Sesak nih," protes Raika dengan menggeliatkan badannya.

Mereka pun menguraikan pelukan sambil tersenyum satu sama lain. Rasa lega menghampiri ketiga anak laki-laki keluarga Wiharja tersebut karena sang adik sudah memaafkan mereka.

"Nah, kalau gitu, ini Kakak kasih untuk Adek." Rasya menyodorkan boneka beruang besar pada Raika yang langsung dipeluk oleh Raika.

"Bonekanya hampir segede kamu, Dek," sindir Raihan pada Raika yang dibalas lirikan tajam oleh adiknya. "Ahaha, ngambek lagi. Jadi, ayamnya nggak mau nih?"

"Ih, ya mau dong." Gadis itu mencebik, tidak rela ayam gorengnya hilang.

"Terus ini bunga dari kakak gimana?" tanya Rama sambil mengangkat buket bunganya.

"Nanti Adek masukin ke vas bunga. Makasih, ya, Kak," ujar Raika dengan senyum tiga jarinya.

"Sama-sama.”

"Kamu lapar, Dek?" tanya Rasya sambil merangkul Raika yang masih memeluk boneka.

Raika mengangguk.

"Kakak bikin makaroni schotel tadi, Adek mau?"

Senyum cerah menghiasi wajah Raika. "Mau dong. Mana bisa aku nolak makanan buatan Kakak. Oh iya, sama ayam gorengnya, ya."

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjebak Di Antara Para Lelaki Tampan   Bab 55. Harus Gimana Sekarang?

    “Kamu nggak lagi ngelindur kan ngomong kayak gini?” Raihan mendelik tajam pada Rama yang duduk di sampingnya. Sementara Rasya menatap dalam diam, tapi jelas sangat menusuk. Rama menggelengkan kepalanya seraya menatap bergantian pada kedua kakaknya. “Aku nggak lagi ngelindur atau bercanda, Kak. Aku serius sama ucapan aku.” Rasya mendesah setengah gusar. “Apa karena pacar Adek udah pernah nolongin kamu waktu itu, jadi sekarang kamu balas dengan ngedukung mereka?” Rama melipat bibirnya karena ucapan Rasya cukup tepat sasaran. Tak mau menyembunyikannya, lelaki kurus itu pun menganggukkan kepalanya. “Kamu jadi subjektif kalau gitu, Ram. Hanya karena dia pernah nolongin kamu, nggak berarti sekarang kamu harus balas dengan cara kayak gini,” protes Raihan tak terima dengan alasan sang adik. “Itu cuma salah satunya, Kak,” Rama menjeda ucapannya dan melanjutkan, “kemarin dia datang nemuin aku dan kami ngobrol banyak.” Kedua kakaknya tampak terkejut. Tentu saja kejadian itu hal langka bagi

  • Terjebak Di Antara Para Lelaki Tampan   Bab 54. Kabur Aja Dulu

    Untuk pertama kali dalam hidupnya, Raika melarikan diri dari rumah. Dari semua adu mulut dan pertengkaran yang pernah terjadi dengan tiga kakaknya, baru kali ini rasanya Raika benar-benar marah. Bahkan keputusan ini tak pernah terbayangkan olehnya. “Mau kemana, Mbak?” tanya sang Supir ramah seraya menatap lewat kaca spion dalam. Raika terdiam. Saat menghentikan taksi barusan ia tak memikirkan ke mana akan pergi. Yang ia tahu, ia hanya ingin pergi dari rumah. Pergi dari kakaknya yang protektif. “Jalan aja dulu, Pak. Nanti saya kasih tahu lagi.” Hanya itu jawaban yang bisa Raika berikan. Gadis itu mengusap pipinya yang basah saat berteriak pada kakaknya tadi. Ia menangis. Sang Supir hanya menganggukkan kepala dan melajukan taksinya keluar komplek perumahan. Raika menatap jalanan melalui jendela mobil seraya menggigit bibir bawahnya menahan marah. “Aku doain jodoh Kak Rasya lebih nyebelin dari aku. Dasar Kakak dzalim…” gumamnya geram kembali menitikan airmata. “Haah… astaghfirullah…

  • Terjebak Di Antara Para Lelaki Tampan   Bab 53. Apa Lagi Ini?!

    Rasya dan kedua adiknya bergegas keluar rumah mencari Raika. Rasa khawatir, cemas, dan bersalah kini menghantui Rasya. Tak pernah ia menginginkan pertengkaran seperti ini dengan adik bungsunya. Ia hanya ingin melindungi sang adik. Memberi yang terbaik agar adiknya tak tersakiti. Namun, sepertinya semua itu tak sama dengan yang dipikirkan Raika.Tok… tok… tok…Rama mengetuk pintu rumah Khalif dengan sopan walau perasaannya sedang tak karuan saat ini. Saat akan mencari Raika tadi, Rama berpamitan pada Shinta. Wanita paruh baya itu memberitahu Rama jika dirinya sudah menghubungi Khalif melalui ibunya. Semoga saja saat ini sang adik ada di rumah Khalif.“Assalamu’alaikum.”“Walaikumsalam,” sahut suara wanita dari dalam rumah.Seseorang membuka pintu dan terkejut menatap tiga orang lelaki tinggi berdiri di depan rumahnya.“Eh, Rasya, Raihan, Rama? Ada apa ini?” tanya Rini, Ibu Khalif.“Maaf ganggu malem-malem, Tan. Adek ada datang ke sini, nggak?” tanya Rama dengan wajah cemas.“Raika? Ngg

  • Terjebak Di Antara Para Lelaki Tampan   Bab 52. Dan Terjadi Lagi...

    Keluarga Raika baru saja menyelesaikan makan malam. Meski dalam suasana yang canggung, semua keluarga tetap makan seperti biasa. Hanya saja, tak ada obrolan ringan menyenangkan.Rasya baru saja akan melangkah, tapi Raika yang sudah menahan kata-kata di lidahnya sejak tadi sore segera menghampiri sang kakak.“Jadi, maksud Kakak ngundang A Aidan tadi buat bikin malu dia? Sampe-sampe bawa orang yang nggak tahu apa-apa segala.”Rasya menoleh dan menghadap pada Raika. “Karena dia bukan cowok yang pantes buat Adek,” katanya tegas dengan wajah serius.“Apa?”“Kakak udah tahu siapa dia,” ungkap Rasya datar. “Dan Kakak semakin nggak setuju Adek pacaran sama dia.”“Kakak ini apa-apaan sih? Makin ke sini Kakak tuh makin nggak ngaco, tahu, nggak.”Percakapan kakak beradik itu mendapat perhatian dari seluruh keluarga yang ada di ruang makan. Bisa dilihat jika keduanya kembali membahas hal yang sama. Ketidaksetujuan Rasya terhadap hubungan sang adik dan Aidan.Raihan dan Rama hanya saling menatap c

  • Terjebak Di Antara Para Lelaki Tampan   Bab 51. Dibalik Semua Pesan

    (Si Macan Manja) Dek, maafin kakak, ya 10.54 Raika menatap heran pesan yang dikirim oleh Rama padanya. Perempuan itu hanya mengabaikan pesannya dan kembali bekerja. “Teh, untuk Sewarna kita stop service dulu, ya. Mereka masih ada tunggakan,” beritahu Raika pada Hani. “Oke.” Hani mengacungkan jempolnya. “Rudi sama Aidan udah dikabarin?” tanyanya. “Udah, Teh. Jadi kalau mereka minta service nggak bisa kita kasih dulu.” “Sip.” “Neng, faktur yang kemarin udah beres?” tanya Bu Dina seraya menoleh sekilas pada Raika. Wanita itu sedang sibuk menyiapkan kas kecil untuk teknisi yang akan dinas luar. “Udah, Bu. Ini, Bu.” Raika menyerahkan form faktur pada Bu Dina. “Hah, gila, ya. Kerjaan awal bulan tuh emang paling nyebelin,” keluh Hani. Perempuan itu baru saja menyelesaikan pekerjaannya dan sedikit meregangkan ototnya yang kaku. “Pengennya nyantei terus, ya, Teh,” timpal Raika seraya terkekeh. “Jelas itu.” Hani tertawa pelan kemudian menggerakan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Ponse

  • Terjebak Di Antara Para Lelaki Tampan   Bab 50. Galaunya Rama

    Aidan menatap ruko dua lantai itu dengan seksama. Terlihat satu mobil box terparkir di sana dan beberapa motor. Dengan tekad kuat lelaki itu pergi mendekat ke ruko.Mendengar cerita kekasihnya kemarin, Aidan tidak ingin tinggal diam. Ia ingin melakukan sesuatu untuk kekasihnya itu. Apalagi semua ini menyangkut masa depan hubungan keduanya. Aidan tidak bisa mundur.Tidak.Bukan karena Aidan tidak bisa mundur, melainkan karena Aidan tidak ingin mundur begitu saja. Perasaannya pada Raika sudah tak terbendung. Cintanya pada gadis itu membuatnya tak ingin melepaskan Raika.“Permisi,” sapa Aidan pada lelaki yang sedang membereskan beberapa rumput sintetis.“Ya?” balas si pria bertubuh sedikit gemuk itu dengan ramah. “Mau pesen rumput, Mas?”Aidan menggelengkan kepala sambil mengulas senyum tipis. “Bukan, Mas. Saya mau ada perlu sama Kak Rama,” ujar Aidan. “Orangnya ada?”“Oh. Bentar, ya, saya panggilin dulu.”Si pria pergi meninggalkan Aidan yang menunggu di depan ruko. Setelah dua menit, k

  • Terjebak Di Antara Para Lelaki Tampan   Bab 49. Niat Terselubung Rasya

    Seperti yang ia katakan pada Raihan kemarin, hari ini Rasya akan menjalankan rencananya. Selesai dengan pekerjaannya, Rasya segera meluncurkan motornya ke kawasan kantor Raika bekerja. Dengan semangat baru, lelaki itu siap dengan misinya yang baru juga.“Hati-hati, Chef,” ucap salah satu bawahan Rasya ketika ia berpapasan dengan bawahannya di lahan parkir.“Iya, kalian juga,” balas Rasya ramah seraya menuju motornya.Rasya berhenti tak jauh dari kantor PDP. Lelaki itu menunggu hampir setengah jam sampai seseorang yang ia tunggu keluar. Rasya melihat sang adik sudah keluar dari parkiran dan pergi berlawanan arah dari tempatnya menunggu.Kini, matanya mengawasi mobil yang baru keluar dari lahan parkir. Orang inilah yang sedang ia tunggu. Setelah menunggu kendaraan yang ditumpangi orang tersebut hampir melewati Rasya, lelaki itu segera menghentikan mobil tersebut.Adegan yang cukup berbahaya, tapi Rasya tidak peduli.“Aduh!” pekik orang tersebut. Suara seorang wanita. “Hati-hati dong, Ma

  • Terjebak Di Antara Para Lelaki Tampan   Bab 48. Pertengkaran di Rumah

    Semua atensi kini beralih pada Bandi yang melangkah memasuki ruang tamu. Shinta, dengan wajah sendu mengikuti di belakang. Anak-anak mereka memang sering bertengkar, tapi tak pernah sampai seperti ini.“Kamu ini apa-apaan sih?! Teriak begitu di depan adik kamu!” bentak Bandi membuat Rasya terdiam seketika. Namun, raut marah lelaki itu masih terpampang di wajahnya.Rama menarik mundur Raika. Lelaki itu membawa Raika pada sang ibu. Sepertinya perselisihan ini akan berlanjut.“Ayah juga apa-apaan? Kenapa Ayah setuju gitu aja Adek pacaran sama cowok itu?” tanyanya dengan nada kecewa pada Bandi.“Emang apa yang bikin Ayah harus nggak setuju sama Aidan? Kamu ini terus aja mengada-ngada tiap Adek punya pacar. Ayah paling nggak ngerti sama sikap kalian yang begini.” Bandi menatap ketiga anak lelakinya bergantian.“Kakak nggak mengada-ngada, Yah. Ayah juga baru ketemu dia sekali, kan? Apa Ayah yakin dia itu cowok yang baik untuk Adek?” Rasya terus mendesak sang ayah tanpa takut.Bandi menggele

  • Terjebak Di Antara Para Lelaki Tampan   Bab 47. Perselisihan

    Raika masih duduk di sofa dengan tatapan kosong dan pikiran menerawang. Aidan sudah pulang satu jam yang lalu. Pikirannya bermuara pada dua kakaknya saat ini. Raika tahu Rasya dan Raihan sudah kecewa padanya. Gadis itu tak menyangkalnya.Namun, hati Raika sedikit terobati ketika mendengar Rama tidak melarang hubungannya dengan Aidan. Ada perasaan lega di hatinya. Setidaknya, ada satu kakaknya yang mendukung hubungannya dengan Aidan.Melihat anak perempuannya termenung membuat Shinta menghampiri Raika. Bandi sekarang berada di kamarnya untuk tidur siang, beliau tidak mau ambil pusing dengan tingkah kekanak-kanakan anak sulungnya.“Adek masih kepikiran sama yang tadi?” tanya Shinta seraya mengelus lembut punggung Raika.Sedikit tersentak Raika menoleh pada sang ibu dengan senyum lesunya. “Iya, Bu. Gimana kalau Kak Rasya tetep nggak setuju sama hubungan aku dan A Aidan? Ibu kan tahu sendiri kalau Kak Rasya udah nentang nggak ada yang bisa ngalahin, kadang Ayah juga angkat tangan."Shinta

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status