Share

4. Kencan Sesaat

Author: Nur Laili
last update Last Updated: 2023-06-05 09:48:21

Setelah selesai jam kampusnya, Lala segera menggayuh sepedanya pergi dari parkiran kampus menuju ke cafe tempat ia bekerja yang letaknya tak jauh dari gedung kampusnya. Lala bahkan melupakan janjinya bersama dengan Jacob untuk ketemuan di parkiran setelah jam kuliah selesai, maklum saja, mereka berdua berbeda jurusan. Di tambah lagi dengan Lala yang harus mementingkan pekerjaannya demi keamanan uang jajannya. Hanya butuh waktu 10 menit Lala sampai ke tempat kerjanya, Lala memakirkan sepedanya di parkiran dengan cafe tempat ia bekerja. Dengan cepat Lala lantas masuk ke dalam menuju ke ruang ganti untuk mengganti pakaian yang ia kenakan dengan seragam khusus pelayan. Setelah itu Lala langsung mengepel dan juga membersihkan jendela cafe, terkadang ia juga melayani pelanggan yang memesan makan atau hanya sekedar memesan minuman dingin.

Di sisi lain, Jacob sedang duduk di atas kap mobilnya bagian depan sembari bersiul ria, ia sudah sangat merindukan kekasihnya, siapa lagi kalau bukan Lala. Jujur saja, ini adalah pertama kalinya Jacob merasakan hal seperti ini. Baru bertemu dengan Lala pagi tadi, dan saat siang hari ia menjadikan Lala sebagai seorang kekasih. Dan sore ini, ia sudah sangat merindukan gadis manis itu, Jacob benar-benar merasa gila, gila karena Lala.

Pandangan Jacob menyapu seluruh area parkiran kampus yang luas, kali saja Lala sudah menunggunya namun tidak di sekitarnya. Namun walaupun netranya sudah menyapu seluruh area parkiran, ia tak kunjung juga menemukan keberadaan Lala. Nindy yang melihat Jacob langsung kecentilan dan berlari manja ke arah Jacob yang sedang sibuk mencari ke beradaan Lala di area parkiran.

"Hai Jacob!" sapa Nindy dengan ceria. Jacob hanya berdehem membalas sapaan Nindy yang ia anggap tak penting sama sekali.

"Jacob lagi apa?" Nindy kembali bertanya, membuat Jacob menghembuskan nafasnya dengan kasar lantas menatap dingin ke arah Nindy yang serang memasang ekspresi imut, membuat Jacob yang melihatnya menahan ingin muntah. 

"Nungguin pacar gue, Lala." balas Jacob dengan ketus. Nindy memasang ekspresi kesalnya, ke dua tangannya ia lipat di dada dan memanyunkan bibirnya beberapa centi ke depan.

"Jadi bener, kalo lo pacaran sama si Lala itu?" kesal Nindy, Jacob mengangguk santai tanpa milirik ke arah Nindy sedikitpun, ia lebih suka melihat ke arah lain dari pada melihat ke arah wajah Nindy yang menurutnya sangat menyebalkan.

"Lala bukannya udah berangkat kerja ya jam segini?" celetuk Nindy yang sukses membuat Jacob yang mendengarnya lantas menatap ke arah gadis itu dengan intens.

"Di mana Lala kerja?" tanya Jacob dengan antusias. Nindy tersenyum licik lantas merangkul lengan Jacob dengan manja.

"Katanya kalian pacaran, kok lo gak tau kalo Lala kerja di cafe ayam goreng petir, lo bohong ya kalo pacaran sama Lala?" goda Nindy sembari bergelayut manja di lengan Jacob, membuat pria tampan itu merasa risih dengan kelakuan gadis aneh di sampingnya ini. Dengan kasar Jacob langsung melepaskan tangan Nindy yang bergelayut di lengannya. Pria itu dengan cepat langsung masuk ke dalam mobil lantas melajukannya menuju ke tempat di mana Lala bekerja, menghiraukan Nindy yang berteriak-teriak memanggil namanya seperti orang gila.

•••••••

Malam semakin larut, ini adalah waktunya Lala untuk pulang ke rumah, kaki jenjangnya ia langkahkan menuju ke arah parkiran di depan cafe untuk mengambil sepedanya. Langkah kaki Lala terhenti saat ia melihat Jacob sedang berada di depannya, menghalau langkah kakinya yang hendak berjalan.

"Jacob?" Lala terkejut saat tiba-tiba Jacob menarik tubuh mungilnya ke dalam dekapannya. Sudah lebih dari 5 jam Jacob menunggu Lala selesai bekerja di parkiran, selama lima jam pula ia terus mengamati pekerjaan Lala, dan ia sangat yakin bahwa gadis yang sudah menjadi kekasihnya itu sedang kelelahan saat ini.

"Kok lo gak bilang sama gue kalo lo kerja?" tanya Jacob sembari masih memeluk tubuh Lala, semakin lama bahkan pelukannya semakin erat.

"Lo udah tau kan, kalo mulai tadi siang lo resmi jadi pacar gue." Jacob melepaskan pelukannya, ke dua tangannya ia letakan di ke dua bahu Lala, sedangkan netranya berfokus pada netra Lala.

"Gue pikir lo cuma bercanda pas bilang mulai hari ini gue jadi pacar lo." balas Lala sembari netranya membalas tatapan hangat Jacob. Jacob mengecup kening Lala beberapa detik, membuat Lala mematung diam mematung, jujur saja, Lala tak pernah pacaran sebelumnya dan juga tak pernah di perlakukan manis seperti ini.

"Gue gak bercanda, lo itu sekarang pacar gue." jelas Jacob. Lala menatap intens ke arah Jacob, membuat Jacob mengernyitkan dahinya karena Lala terlalu intens menatapnya. "Apa gue bener-bener ganteng banget, makanya lo liatin gue kayak gitu?" tanya Jacob, ke dua alis tebalnya ia gerakkan naik turun menggoda Lala.

"Gue gak pantes buat lo, gue anak orang miskin, sedangkan lo---" belum selesai Lala menyelesaikan kalimatnya, Jacob dengan cepat menaruh jari telunjuknya ke bibir Lala, memberi isyarat pada Lala agar tak melanjutkan kalimatnya.

"Gue gak peduli, gue sayang sama lo dan gue sangat yakin, kalo gue juga cinta sama lo. Jadi, lo juga harus belajar sayang dan cinta sama gue. Gue gak peduli lo siapa, karena rasa sayang itu bisa mengalahkan semuanya, harta bagi gue gak penting." jelas Jacob dengan sorot mata yang sangat tulus, Lala tersenyum manis ke arah Jacob lantas memeluk tubuh jangkung pria itu, dengan senang hati Jacob membalas pelukan Lala tak kalah erat.

"Gue anterin lo pulang." ucap Jacob, Lala lantas melepaskan pelukannya, dengan cepat ia menggelengkan kepalanya ke arah Jacob, membuat Jacob mencuramkan ke dua alisnya. "Aku bawa sepeda!" jawab Lala sembari jari telunjuknya ke arah sepedanya yang terparkir manis tak jauh dari posisi mereka berdiri. 

"Kita naik sepeda bareng, gue bonceng ya?" tawar Jacob, Lala membuka mulutnya, melongo. Dengan cepat Jacob menutup mulut Lala yang terbuka, Lala langsung sadar dan menutup kembali mulutnya. Jacob menarik lengan Lala dengan lembut ke arah sepeda. Jacob mulai menaiki sepeda, dan Lala membonceng di belakang, malam itu Jacob dan Lala menikmati angin malam yang lumayan dingin, menikmati jalanan yang macet di malam hari, menikmati pemandangan langit malam yang bertaburan bintang dan juga sinar bulan purnama. Mereka saling bercerita satu sama lain, saling tertawa dalam kebersamaan mereka. Malam itu Jacob mengantarkan Lala pulang ke rumah, setelah Lala sampai ke rumah, Jacob berpamitan dan menaiki taxi untuk membawanya ke cafe tempat Lala bekerja, Jacob meninggalkan mobilnya di parkiran cafe tadi. Tadi sebelum Jacob berpamitan, ia sempat mengecup kening Lala sekilas, membuat Lala senang bukan main, Lala benar-benar sangat bahagia hari ini, di mana ia sudah melepaskan masa jomblonya dan memiliki kekasih Jacob, sang most wanted di kampus.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Gairah Sang Mafia   36. Happy Ending

    Revan berlari tergesa-gesa di sebuah lorong rumah sakit, rambutnya naik turun akibat derap langkahnya yang yang kencang. Bulir bulir keringat membasahi area keningnya. Revan sekarang sudah jauh lebih dewasa, menjadi ayah dari seorang putri yang sekarang sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik. Usia Becca saat ini sudah menginjak sepuluh tahun, dan hari ini Revan akan kedatangan anggota keluarga baru, Lala saat ini sedang berada di rumah sakit untuk melahirkan buah cintanya dengan Revan yang kedua.Revan menghentikan langkahnya saat ia melihat putrinya, Becca sedang duduk di sebuah kursi samping pintu sebuah kamar. Di sana juga ada Erik dan Norma yang sedang menunggu. Sedangkan Heru sedang mengurus pabrik makanan ringan yang di rintis Revan dengannya. Pabrik yang awalnya rumahan dan kecil, sekarang sudah berubah menjadi pabrik besar dengan mesin mesin canggih yang memproses pembuatan makanan ringan. Bisa di bilang sekarang Revan mendapatkan kesuksesannya kembali. Keluarga mereka juga t

  • Terjebak Gairah Sang Mafia   35. Rebecca

    Tangan Revan terulur menghapus air mata Lala yang terus mengalir dengan derasnya. Putri kecilnya juga ikut menangis saat melihat Lala menangis."Ssstt.... Kan buat putri kecil kita juga menangis." ujar Revan dan Lala langsung menghentikan tangisnya lalu menimang bayi kecilnya."Siapa namanya?" tanya Lala dan Revan menggaruk kepalanya yang tiba tiba terasa gatal. Ia tahu pasti bahwa Lala akan memukulnya lagi jika dia beri tahu bahwa putri mereka belum ia beri nama."Siapa namanya?" Lala mengulangi pertanyaannya sembari menatap Revan."Dia belum kuberi nama," jawab Revan.Lala memukuli kepala Revan dengan membabi buta, matanya menatap tajam ke arah sang suami yang sedang mengelus kepalanya yang terasa sakit akibat pukulannya."Dasar ayah tidak waras!" maki Lala dan Revan memasang jengkelnya."Apa? Mau marah?" ujar Lala sembari memberi tatapan devil pada sang suami."Aku menunggumu sadar, Kalo aku kasih nama terus kamunya gak suka gimana? Kamu marah sama aku." tutur Revan dan Lala

  • Terjebak Gairah Sang Mafia   34. Bayi Kuat

    Revan berjalan santai di lorong rumah sakit, dalam gendongannya saat ini ada bayi kecilnya, kaki-kaki mungil bayi itu terus saja bergerak ke udara dalam gendongan Revan. Tangan mungil bayi itu terus saja memukul mukul rahang Revan dengan keras. Senyum bayi itu terus mengembang saat melihat sang ayah terkekeh akibat perbuatannya. Tangan kanan Revan menenteng sebuah tas bayi dengan isi perlengkapan milik putri lucunya.Usia bayi mungil Revan saat ini sudah berusia 2 bulan, berarti sudah 2 bulan juga Lala terbaring koma. Selama 2 bulan itu juga Revan selalu menjaga putri kecilnya yang hingga saat ini ia belum beri nama.Semua anggota keluarga terus memaksa Revan agar memberi nama bayi itu, namun Revan selalu menolaknya, ia akan memberi nama putri kecilnya saat Lala sudah sadar. Revan sangat yakin bahwa Lala akan sadar dari koma, ia benar benar sangat yakin dengan hal itu.Dan mengenai Jacob, Jessica dan si penghianat Max, mereka ada dalam pengawasan Endy. Endy mengurung ke tiga oran

  • Terjebak Gairah Sang Mafia   33. Koma

    Jari jari Revan bergerak secara perlahan, mata yang menutup selama satu minggu kini sudah mulai terbuka, Revan mengerjap ngerjapkan matanya berkali kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina matanya.Aroma obat obatnya menyeruak indra penciumannya, orang yang pertama Revan lihat adalah Endy-sang ayah."Syukurlah kau sudah sadar," ucap Endy sembari tersenyum manis ke arah Revan.Pandangan Revan mengedar ke penjuru ruangan yang ia yakini sebagai rumah sakit, ia mencari-cari sesosok yang sudah membuatnya jatuh hati sekaligus jatuh cinta."Di mana Lala?" tanya Revan terdengar seperti sebuah bisikan karena dia benar benar masih lemas. Namun begitu, Endy masih bisa mendengarnya."Lala di rawat di ruangan lain," jelas Endy dan membuat mata Revan melebar."Lala terluka?" tanya Revan dengan ekspresi yang sangat khawatir dan juga cemas."Setelah kamu di tusuk oleh Jacob, Jessica menikam perut Lala," jelas Endy yang membuat Revan mengepalkan tangannya dengan rapat, rahangny

  • Terjebak Gairah Sang Mafia   32. Konspirasi

    Bulan demi bulan di lewati oleh Lala dan juga Revan, kehidupan rumah tangga mereka selama 8 bulan ini sangat baik, tak ada pengganggu atau masalah besar yang mereka hadapi selama 8 bulan terakhir ini setelah kejadian penyerangan waktu itu. Hanya terkadang ada saja masalah kecil yang mereka hadapi, namun mereka masih bisa menyelesaikannya.Usia kandungan Lala sudah memasuki usia 8 bulan, perut rata Lala kini sudah membesar, emosinya juga kadang meledak dan sang suami Revan lah yang menjadi sasaran amukannya.Sekarang Lala sedang berada di balkon kamarnya sendirian, menikmati semilir angin yang menerpa kulit wajahnya, sangat sejuk. Tak lupa Lala juga mengelus perutnya yang membesar karena ada dua jabang bayi yang ada di dalam.Sikap pengecut Lala yang tak berani mengungkapkan perasaan cintanya pada Revan masih membuat Revan berfikir bahwa Lala belum mencintainya. Namun di hati Lala, nama Revan sudah terukir sangat indah di hatinya.Mata Lala memincing saat ia melihat ada seseorang y

  • Terjebak Gairah Sang Mafia   31. Selamat

    Jari-jemari Revan bergerak sedikit demi sedikit, Max yang tengah berdiri di samping ranjang tempat di mana Revan berbaring langsung bergerak mendekat dan melihat bagaimana kondisi sang majikan. Perlahan ke dua mata Revan terbuka, baru saja ia membuka matanya sebentar, ia kembali menutupnya kembali saat cahaya lampu kamar rumah sakit menyambutnya dengan silau. Al hasil ia harus mengerjakan ke dua matanya beberapa kali agar terbiasa dengan cahaya lampu yang masuk ke dalam retina matanya."Tuan sudah sadar? Aku akan panggilkan dokter." Ucap Max lalu hendak bergegas keluar dari kamar, namun belum sempat Max melangkah, lengannya sudah di tahan oleh Revan lalu memberikan sebuah isyarat agar ia tidak perlu memanggilkan dokter dengan cara menggelengkan kepalanya pelan."Di mana Lala?" Tanya Revan dengan lemah saat teringat pada sang istri, terakhir kali ia melihat Lala wanita yang sangat amat ia cintai tersebut dalam kondisi pendarahan. Mungkin itu efek karena ia jatuh saat menggendong Lala

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status