Ini hari Minggu dan pagi ini Starla berencana untuk berbelanja kebutuhan makanannya yang hampir habis. Saat ia membuka pintu, ia begitu terkejut melihat keberadaan Saga yang tiba-tiba saja sudah berdiri di depan pintu apartemennya.“Saga?” Starla mengernyit bingung.Pria itu hanya tersenyum, lalu melambaikan tangan ke arah Starla hingga membuat wanita itu tertawa kecil.“Mau kemana?” Saga memberi jalan ketika Starla hendak keluar pintu.“Aku ingin pergi berbelanja,” jawab Starla sambil tersenyum. Namun, sedetik kemudian ia kembali menatap bingung ke arah Saga. “Tunggu dulu … kok kamu bisa tahu kalau kamarku berada di sini?” Tanya Starla.“Apa sih yang nggak aku ketahui tentang kamu.” Saga menjawab sekenanya. “Aku temani ya.”Starla tersenyum lalu mengangguk. Saat Starla hendak menutup dan mengunci pintu apartemennya, saat itu juga pintu apartemen Revanno terbuka. Pria itu hanya berdiri dengan wajah datarnya.“Ah, kebetulan sekali. Saga, itu Bosku. Kamu belum pernah aku perkenalkan den
Starla memutuskan untuk langsung pulang begitu merasa belanjaannya sudah lengkap dan tidak ada yang kurang. Setelah melakukan pembayaran, semua belanjaan Starla tadi menghasilkan dua buah kantong plastik berukuran besar yang kini masing-masing di bawa oleh Revanno dan juga Saga. Hal yang tidak terduga datang ketika mereka bertiga keluar dari supermarket tersebut. Saat melangkah keluar, Revanno tanpa sengaja melihat keberadaan Cheryl. Awalnya wanita itu belum menyadari keberadaan Revanno. Namun, begitu Cheryl menyadarinya. Wanita itu tidak bisa menyembunyikan binar bahagia yang terpancar dari dua bola matanya. Sepertinya Cheryl benar-benar merasa senang karena tanpa sengaja bisa bertemu dengan Revanno. Tapi hal itu berbeda dengan yang di rasakan oleh Revanno. Ia berusaha untuk mengabaikan keberadaan Cheryl dan terus melangkah tanpa memperhatikan Cheryl yang kini mulai berjalan menuju ke arahnya. Tapi tiba-tiba saja sebuah teriakkan terdengar dan membuat Revanno seketika mengumpat da
Cheryl masih menangis histeris di dalam kamarnya. Ia tidak menyangka jika Revanno berani membatalkan perjodohan yang selama ini sudah ia impi-impikan. Cheryl kira pria itu tidak akan berani menolak dan berkata hal yang menyakitkan saat menolak perjodohkan dengan dirinya. “Cheryl … sudahlah, Sayang. Kamu jangan menangis terus seperti ini. Mami jadi khawatir sama kamu.” Sonia atau lebih tepatnya Mami Cheryl datang menghampiri putrinya yang sejak tadi tidak berhenti menangis.“Aku mencintai Revanno, Mi. Aku nggak ingin perjodohan ini di batalkan.” Cheryl masih sesenggukan.“Mami tahu, Sayang. Tapi kamu dengar sendiri kan apa yang Revanno tadi katakan. Kamu jangan membuat Mami menjadi semakin sedih. Lebih baik sekarang kamu lupakan saja Revanno, ya.”“Nggak bisa, Mi!” Cheryl berteriak histeris. Membuat Sonia yang melihatnya pun seketika langsung merasa terkejut. “Aku nggak bisa melupakan, Revanno. Asal Mami tahu, kalau aku dan Revanno sudah ….” Cheryl sengaja menggantung kalimatnya.“Sud
“Bagaimana? Bukankah kabar itu akan menjadi hal yang menyenangkan untuk Kakek dan Ayah kamu, Revanno?” Cheryl tersenyum penuh kemenangan. Mata Revanno memelotot tajam. Rahangnya mengeras seiring dengan mulutnya yang tiba-tiba saja kehilangan kata-kata. “Kamu gila!” Tuding Revanno tepat di hadapan wajah Cheryl. Dalam hidup Revanno, ini yang pertama kalinya ia berhadapan dengan wanita gila dan nekat seperti Cheryl. Selama ini tidak ada wanita yang berani mengancamnya dengan hal seperti itu. Entah apa yang ada di dalam kepala Cheryl. “Kalau dengan cara seperti ini aku bisa mendapatkan kamu. Maka aku rela untuk melakukannya, Revanno,” sahut Cheryl dengan nada tenang. Revanno diam sejenak. Sepertinya melawan wanita seperti Cheryl dengan emosi tidak akan berhasil. Ia harus bisa sedikit lebih bersabar. “Sepertinya kamu nggak perlu rela untuk melakukannya, karena memang pada dasarnya kamu sudah gila, kan?” Ketus Revanno sambil tersenyum miring. “Terserah. Yang penting aku hanya ingin m
Hari ini Revanno sudah kembali bekerja seperti biasanya. Dan masalah perusahaan juga sudah berhasil di selesaikan oleh Nathan beberapa hari yang lalu. Hanya saja hari ini Revanno memiliki jadwal yang sangat padat. Hal itu terjadi karena banyaknya pekerjaan Revanno yang menumpuk selama ia tidak berangkat bekerja beberapa hari kemarin.“Ini berkas-berkas yang harus segera Pak Revanno tanda tangani.” Starla menyerahkan beberapa dokumen ke atas meja kerja Revanno. “Dan yang ini laporan yang harus segera Pak Revanno periksa. Dan ini—““Starla.” Revanno memotong perkataan sekretarisnya itu begitu saja. “Iya, Pak.” Starla hanya menatap polos ke arah Revanno.“Aku pusing.”“Ah, apa perlu saya buatkan minuman supaya pusingnya bisa reda?”Revanno menggeleng. “Sepertinya aku hanya butuh satu ciuman saja darimu.”Starla yang mendengarnya langsung berdecak. “Pak Revanno, tolong fokus terlebih dahulu. Pekerjaan Anda sangat banyak hari ini. Dan semuanya harus Anda selesaikan sesegera mungkin.” Star
“Revanno sialan itu memang gila!” Maki Starla sembari melangkah keluar dari lift.Starla merasa tidak cukup hanya dengan merapikan penampilannya di toilet kantor, bahkan baju kerjanya saja saat ini sudah terlihat berantakkan. Starla berniat untuk kembali ke apartemen terlebih dahulu untuk mengganti baju sekaligus mandi.Namun, saat langkah Starla baru mencapai lobi kantor tanpa sengaja tatapannya bertemu dengan tatapan mata Cheryl. Starla terdiam. Benaknya seketika bertanya, bagaimana wanita bernama Cheryl itu bisa sampai ke kantor Revanno? Ada urusan apa wanita itu datang kemari?Cheryl tampak tersenyum sekilas sebelum kemudian ia berjalan mendekati Starla.“Ck! Mau apa dia?” Starla bergumam sambil terus berjalan santai melewati lobi. Niatnya, Starla ingin berpura-pura tidak melihat kedatangan Cheryl. Namun, sayangnya hal itu sudah pasti tidak akan pernah bisa terjadi.“Hai, sekretarisnya Revanno.” Cheryl yang lebih dulu menyapa. Wanita itu memasang senyum lebar pada Starla. Namun,
Cheryl bukanlah wanita polos. Ia bahkan juga sudah sering berkencan dengan berbagai pria. Melihat dari gelagat dan gerak-gerik Starla, membuat dirinya yakin kalau Revanno dan Starla memang ada suatu hubungan yang lebih dari sekedar Bos dan juga sekretaris. Apalagi saat Cheryl melihat penampilan Starla beberapa jam yang lalu. Cheryl tidak sebodoh itu untuk menebak apa yang baru saja di lakukan oleh Starla. “Starla?” Cheryl mengibaskan tangannya di depan wajah Starla. Starla yang masih terus terdiam membuat Cheryl semakin yakin dengan pikirannya. “Sepertinya kamu nggak mendengar apa yang baru saja aku tanyakan, ya? Baiklah, akan aku ulangi sekali lagi dan kali ini tolong dengarkan baik-baik, Starla.” Cheryl tersenyum sinis. Napas Starla terasa semakin memburu. Wanita yang tengah berdiri di depannya itu benar-benar menjengkelkan. Dalam benaknya Starla terus memikirkan bagaimana cara agar ia bisa menjawab dari setiap pertanyaan yang Cheryl berikan. Kalau Starla berbohong, apa hal itu
“Oh iya. Ayo masuk dulu, Saga. Hampir saja aku menjadi orang jahat karena membiarkan tamuku ini tetap berdiri di depan pintu.” Kata Starla begitu menyadari kalau sejak tadi ia dan Saga masih berdiri di depan pintu apartemennya. “Ah, akhirnya. Padahal kakiku sudah terasa kram sejak tadi,” sahut Saga sedangkan Starla hanya terkekeh. Bertepatan dengan itu, Starla baru menyadari keberadaan seseorang yang ternyata kini tengah mengawasinya dengan tatapan yang tajam. Starla pun langsung memelotot kaget. Sejak kapan Revanno berada di sana? Kenapa ia baru menyadarinya sekarang? Kemana saja matanya tadi? Bisa-bisanya Starla sampai tidak melihat keberadaan Revanno yang saat ini tengah berdiri di depan pintu apartemennya sendiri. Ah, sial. Berbagai pertanyaan kini mulai berputar-putar di kepala Starla. Namun, lain halnya dengan Saga. Jika Starla terlihat begitu kaget dan gugup, pria itu justru tampak biasa saja. Bahkan saat Revanno mulai berjalan mendekat sambil terus memberinya tatapan tajam