Starla dan Revanno saling bergelung di bawah selimut. Mereka baru saja selesai melepas rindu setelah kurang lebih tiga jam yang lalu. Starla menyandarkan kepalanya di dada Revanno, sedangkan Revanno meletakkan pipinya di puncak kepala Starla. “Aku khawatir sekali dengan keadaanmu,” bisik Starla. Matanya terpejam sambil mendengarkan detak jantung Revanno yang mulai kembali normal. “Maaf.” Lagi-lagi hanya kata maaf yang bisa di katakan Revanno. Walaupun ia yakin itu tidak akan cukup untuk memaafkan kesalahannya. “Sebenarnya kamu kemana saja selama dua hari ini?” Starla mengangkat kepalanya, mendongak ke arah Revanno. “Dan kenapa kamu bisa babak belur seperti ini?” Revanno menatap lekat wajah wanita yang selama dua hari ini begitu ia rindukan. “Aku di hajar sama preman,” ujarnya sambil terkekeh. “Serius?” Starla menaikkan alisnya tidak percaya. Revanno mengangguk. “Serius. Buktinya aku sampai pingsan dan koma selama dua hari ini,” ujarnya lalu terkekeh lagi. Lebih baik ia tidak men
Ini hari Minggu dan pagi ini Starla berencana untuk berbelanja kebutuhan makanannya yang hampir habis. Saat ia membuka pintu, ia begitu terkejut melihat keberadaan Saga yang tiba-tiba saja sudah berdiri di depan pintu apartemennya.“Saga?” Starla mengernyit bingung.Pria itu hanya tersenyum, lalu melambaikan tangan ke arah Starla hingga membuat wanita itu tertawa kecil.“Mau kemana?” Saga memberi jalan ketika Starla hendak keluar pintu.“Aku ingin pergi berbelanja,” jawab Starla sambil tersenyum. Namun, sedetik kemudian ia kembali menatap bingung ke arah Saga. “Tunggu dulu … kok kamu bisa tahu kalau kamarku berada di sini?” Tanya Starla.“Apa sih yang nggak aku ketahui tentang kamu.” Saga menjawab sekenanya. “Aku temani ya.”Starla tersenyum lalu mengangguk. Saat Starla hendak menutup dan mengunci pintu apartemennya, saat itu juga pintu apartemen Revanno terbuka. Pria itu hanya berdiri dengan wajah datarnya.“Ah, kebetulan sekali. Saga, itu Bosku. Kamu belum pernah aku perkenalkan den
Starla memutuskan untuk langsung pulang begitu merasa belanjaannya sudah lengkap dan tidak ada yang kurang. Setelah melakukan pembayaran, semua belanjaan Starla tadi menghasilkan dua buah kantong plastik berukuran besar yang kini masing-masing di bawa oleh Revanno dan juga Saga. Hal yang tidak terduga datang ketika mereka bertiga keluar dari supermarket tersebut. Saat melangkah keluar, Revanno tanpa sengaja melihat keberadaan Cheryl. Awalnya wanita itu belum menyadari keberadaan Revanno. Namun, begitu Cheryl menyadarinya. Wanita itu tidak bisa menyembunyikan binar bahagia yang terpancar dari dua bola matanya. Sepertinya Cheryl benar-benar merasa senang karena tanpa sengaja bisa bertemu dengan Revanno. Tapi hal itu berbeda dengan yang di rasakan oleh Revanno. Ia berusaha untuk mengabaikan keberadaan Cheryl dan terus melangkah tanpa memperhatikan Cheryl yang kini mulai berjalan menuju ke arahnya. Tapi tiba-tiba saja sebuah teriakkan terdengar dan membuat Revanno seketika mengumpat da
Cheryl masih menangis histeris di dalam kamarnya. Ia tidak menyangka jika Revanno berani membatalkan perjodohan yang selama ini sudah ia impi-impikan. Cheryl kira pria itu tidak akan berani menolak dan berkata hal yang menyakitkan saat menolak perjodohkan dengan dirinya. “Cheryl … sudahlah, Sayang. Kamu jangan menangis terus seperti ini. Mami jadi khawatir sama kamu.” Sonia atau lebih tepatnya Mami Cheryl datang menghampiri putrinya yang sejak tadi tidak berhenti menangis.“Aku mencintai Revanno, Mi. Aku nggak ingin perjodohan ini di batalkan.” Cheryl masih sesenggukan.“Mami tahu, Sayang. Tapi kamu dengar sendiri kan apa yang Revanno tadi katakan. Kamu jangan membuat Mami menjadi semakin sedih. Lebih baik sekarang kamu lupakan saja Revanno, ya.”“Nggak bisa, Mi!” Cheryl berteriak histeris. Membuat Sonia yang melihatnya pun seketika langsung merasa terkejut. “Aku nggak bisa melupakan, Revanno. Asal Mami tahu, kalau aku dan Revanno sudah ….” Cheryl sengaja menggantung kalimatnya.“Sud
“Bagaimana? Bukankah kabar itu akan menjadi hal yang menyenangkan untuk Kakek dan Ayah kamu, Revanno?” Cheryl tersenyum penuh kemenangan. Mata Revanno memelotot tajam. Rahangnya mengeras seiring dengan mulutnya yang tiba-tiba saja kehilangan kata-kata. “Kamu gila!” Tuding Revanno tepat di hadapan wajah Cheryl. Dalam hidup Revanno, ini yang pertama kalinya ia berhadapan dengan wanita gila dan nekat seperti Cheryl. Selama ini tidak ada wanita yang berani mengancamnya dengan hal seperti itu. Entah apa yang ada di dalam kepala Cheryl. “Kalau dengan cara seperti ini aku bisa mendapatkan kamu. Maka aku rela untuk melakukannya, Revanno,” sahut Cheryl dengan nada tenang. Revanno diam sejenak. Sepertinya melawan wanita seperti Cheryl dengan emosi tidak akan berhasil. Ia harus bisa sedikit lebih bersabar. “Sepertinya kamu nggak perlu rela untuk melakukannya, karena memang pada dasarnya kamu sudah gila, kan?” Ketus Revanno sambil tersenyum miring. “Terserah. Yang penting aku hanya ingin m
Hari ini Revanno sudah kembali bekerja seperti biasanya. Dan masalah perusahaan juga sudah berhasil di selesaikan oleh Nathan beberapa hari yang lalu. Hanya saja hari ini Revanno memiliki jadwal yang sangat padat. Hal itu terjadi karena banyaknya pekerjaan Revanno yang menumpuk selama ia tidak berangkat bekerja beberapa hari kemarin.“Ini berkas-berkas yang harus segera Pak Revanno tanda tangani.” Starla menyerahkan beberapa dokumen ke atas meja kerja Revanno. “Dan yang ini laporan yang harus segera Pak Revanno periksa. Dan ini—““Starla.” Revanno memotong perkataan sekretarisnya itu begitu saja. “Iya, Pak.” Starla hanya menatap polos ke arah Revanno.“Aku pusing.”“Ah, apa perlu saya buatkan minuman supaya pusingnya bisa reda?”Revanno menggeleng. “Sepertinya aku hanya butuh satu ciuman saja darimu.”Starla yang mendengarnya langsung berdecak. “Pak Revanno, tolong fokus terlebih dahulu. Pekerjaan Anda sangat banyak hari ini. Dan semuanya harus Anda selesaikan sesegera mungkin.” Star
“Revanno sialan itu memang gila!” Maki Starla sembari melangkah keluar dari lift.Starla merasa tidak cukup hanya dengan merapikan penampilannya di toilet kantor, bahkan baju kerjanya saja saat ini sudah terlihat berantakkan. Starla berniat untuk kembali ke apartemen terlebih dahulu untuk mengganti baju sekaligus mandi.Namun, saat langkah Starla baru mencapai lobi kantor tanpa sengaja tatapannya bertemu dengan tatapan mata Cheryl. Starla terdiam. Benaknya seketika bertanya, bagaimana wanita bernama Cheryl itu bisa sampai ke kantor Revanno? Ada urusan apa wanita itu datang kemari?Cheryl tampak tersenyum sekilas sebelum kemudian ia berjalan mendekati Starla.“Ck! Mau apa dia?” Starla bergumam sambil terus berjalan santai melewati lobi. Niatnya, Starla ingin berpura-pura tidak melihat kedatangan Cheryl. Namun, sayangnya hal itu sudah pasti tidak akan pernah bisa terjadi.“Hai, sekretarisnya Revanno.” Cheryl yang lebih dulu menyapa. Wanita itu memasang senyum lebar pada Starla. Namun,
Cheryl bukanlah wanita polos. Ia bahkan juga sudah sering berkencan dengan berbagai pria. Melihat dari gelagat dan gerak-gerik Starla, membuat dirinya yakin kalau Revanno dan Starla memang ada suatu hubungan yang lebih dari sekedar Bos dan juga sekretaris. Apalagi saat Cheryl melihat penampilan Starla beberapa jam yang lalu. Cheryl tidak sebodoh itu untuk menebak apa yang baru saja di lakukan oleh Starla. “Starla?” Cheryl mengibaskan tangannya di depan wajah Starla. Starla yang masih terus terdiam membuat Cheryl semakin yakin dengan pikirannya. “Sepertinya kamu nggak mendengar apa yang baru saja aku tanyakan, ya? Baiklah, akan aku ulangi sekali lagi dan kali ini tolong dengarkan baik-baik, Starla.” Cheryl tersenyum sinis. Napas Starla terasa semakin memburu. Wanita yang tengah berdiri di depannya itu benar-benar menjengkelkan. Dalam benaknya Starla terus memikirkan bagaimana cara agar ia bisa menjawab dari setiap pertanyaan yang Cheryl berikan. Kalau Starla berbohong, apa hal itu