“Terima kasih. Saya tahu sepetinya di mana rumah itu.”“Tuan El sekarang berada di hotel Marsa. Sepertinya memang sudah beberapa hari di sana.”“Baik, pembayaran sudah saya transfer. Jika ada kelanjutannya, bisa hubungi saya.”“Baik, Bu.”Pria itu pamit dan meninggalkan rumah Melanie. Sementara, Marta menenangkan sang anak. Namun, tetap saja Melanie tak bisa tenang. Selama ini ia berpikir jika suaminya setia. Tidak pernah bermain api dengan siapa pun. Akan tetapi, kenyataannya berbeda. Kini, ia merasa terhantam batu yang jatuh menimpa kepalanya.“Sudah seperti ini, apa yang akan kau lakukan?” “Aku akan merebut suamiku kembali.”“Bagaimana bisa kamu melakukan hal itu. Dia itu sudah memiliki pengganti kamu. Mungkin dia bisa mendapatkan anak dari wanita itu.”Tidak ada jawaban dari Melanie. Wanita dengan wajah cantik itu kian memanas saat kembali menatap foto keduanya. Perubahan sang suami seharusnya ia sadari sejak lama, tapi ia terlalu sibuk memikirkan karier ke artisannya.
Tuan El menatap dengan tajam, ia tak suka dengan wanita yang agresif. Apalagi dengan sengaja ingin menjebak dirinya. Pria itu melempar kertas yang berisi sebuah pembatalan kerja sama dengan perusahaan Lady. “Jangan pernah bergerak seenak hati Anda. Jika berilah lagi, kupastikan akan mengusut semua kejahatanmu!” Tuan El melangkah keluar kamar Lady, sedangkan Lady dengan keras memukul ranjang. Wanita itu kesal karena sebuah pembatalan kerja sama dengan perusahaan besar milik Elvaro. Terutama kegagalan dirinya untuk mendapatkan pria tampan dan kaya raya itu.“Kenapa dia bisa tahu? Tapi, kenapa tidak berefek obat itu?” Lady bertanya-tanya sendiri. Wanita itu sudah menunggu lama untuk bisa bermesraan dengan Elvaro. Namun, ia tak menduga jika semuanya malah sia-sia dan gagal total. “Sial, kenapa gagal! Licin sekali pria itu.”Lady pun menatap cermin, ia mematut diri. Apa dirinya tidak cantik hingga mendapat penolakan dari Elvaro, pikirnya. Akan tetapi, banyak pria yang menginginka
Bu Siti semakin gugup menanggapi pertanyaan dari Melanie. Entah otaknya kini sedang memikirkan alasan apa karena dirinya pun tidak ada informasi dari sang tuan.“Bu, bisa jawab pertanyaan saya kan?” Bu Siti mengangkat kepala, saat itu pun mobil Tuan El memasuki halaman. Bu Siti menarik napas lega, setidaknya ia selamat dari pertanyaan sang majikan. Hanya saja ia mengkhawatirkan Tuan El dan Bella.Sementara, dari dalam mobil Tuan El terus menatap wanita yang berada di hadapan Bu Siti. Sama halnya dengan Bella yang memincingkan mata untuk melihat dengan jelas siapa wanita cantik yang berdiri dengan Bu Siti.“Tuan, itu kan, artis yang bernama Melanie. Tuan kenal?” Hanya menoleh sekilas pada Bella, Tuan El pun turun dari mobil. Ia bersikap santai walau ia merasa akan menyakiti wanita itu. “Ada apa ini?” tanya Tuan El.“Oh, kamu akhirnya datang juga. Dari mana saja?” tanya Melanie.“Bukan urusanmu.” “Tidak menjawab pesan dan telepon dari aku, malah sibuk dengan selingkuhan kam
“Kau juga pengkhianat Elvaro!” pekik Melanie.Tubuhnya bergetar hebat, ia pun menatap tajam sang suami. Apa yang ada di pikirannya begitu kalap apalagi saat melihat ada wanita lain secepat itu menggantikan posisi dirinya. “Aku berkhianat karena rasa kecewaku. Apalagi saat aku tak bisa meminta hak untuk memiliki anak. Untuk apa aku bersama dengan wanita sepertimu!” Keduanya saling menatap dengan bengis, apalagi Elvaro yang tak bisa menahan emosi saat beberapa pesuruhnya memberikan foto saat sang istri bersama pria lain. “Aku paham sekarang, kamu belum siap memiliki anak karena kamu pasti akan bingung anak yang kamu kandung itu anak dari pria mana karena kamu tidur dengan banyak pria!”Tangan Melanie bergetar setelah menampar pipi sang suami. Ia tak tahan mendengar semua apa yang di katakan Elvaro. Secara tidak langsung, dia menyebut sang istri perempuan tidak baik.Guncangan hebat membuat diri Melanie tak berdaya. Apalagi saat semua rahasianya terbongkar. Entah, rasanya sakit
Lama di kamar mandi membuat Ronal cemas, ia pun meminta Melanie untuk keluar dari sana. Dengan wajah dan mata sembab, Melanie ke luar dari kamar mandi. “Kamu masih memikirkan Elvaro?” tanya Ronal.“Dia suami aku, dia menceraikan aku Nal. Apa aku bisa diam saja?” “Cukup Mel, kamu masih ada aku. Menikah denganku, semua iklan dan film akan aku pastikan kamu yang memegang.” Ronal mencoba membujuk Melanie. Namun, wanita itu masih dalam keadaan kalut. Dia tak menjawab apa pun yang ditawarkan oleh Ronal. Melanie pun mengambil baju dan memakainya. Lalu mengambil tas dan pamit pulang. “Mel, serius kamu mau pulang? Aku antar,” ujar Ronal. “Tidak perlu. Aku ingin sendiri.”Ronal membiarkan wanita itu keluar, ia pun hanya tersenyum karena ia yakin Melanie tidak akan pernah bisa lepas darinya. Sementara, Melanie sudah memasuki mobil. Ia mulai melajukan kendaraannya. Melanie mengendarai mobil dengan kecepatan kencang tanpa pikir panjang. Ia menginjak rem saat hampir saja menabrak pe
“Non Bella, kok enggak di jawab. Menikah dengan Tuan El akan membuat hidup Non lebih baik.”“Lebih baik bagaimana?” tanya Bella. “Tuan El kaya raya, lalu Non enggak usah pusing memikirkan hidup.”Bu Siti dengan sengaja membuat Bella dilema. Memang wanita tua itu ingin sekali Tuannya bahagia. Melihat pernikahan Tuan El, ia sangat miris. Sudah lama ia ikut dengan pria itu, Bu Siti berpikir Tuan El pria baik yang wajib mendapatkan wanita yang baik pula. Bella beranjak dari tempatnya, lalu saat berbalik ada Tuan El di hadapannya. “Kamu di antar Bu Siti dan sopir jika mau bertemu dengan ibumu.”Wajah Bela berubah semringah mendengar kabar baik itu. Akhirnya ia bisa kembali bertemu dengan sang ibu. Ia pun mengangguk dan berterima kasih pada Tuan El.“Aku siap-siap dulu,” ujar Bella. Wanita itu pun gegas ke kamar untuk bersiap diri, sedangkan Tuan El menatap punggungnya dari tempat ia berdiri. “Tuan, benarkan kata saya. Membuat Non Bella senang itu mudah. Izinkan dia bertemu ib
Ide Ratih sedikit membuat Bella goyah, tapi ia merasa percuma kabur dari Tuan El karena sudah berulang kali mencoba tetap saja kembali pada pria itu. Bella menarik napas dalam, ia tidak mau kembali berulah karena pasti Tuan El akan lebih marah. “Bu, aku tetap di sini. Aku akan menikah dengan Tuan El,” ujar Bella.“Kamu yakin dia tidak akan membuat kamu menderita?” tanya sang ibu. “Yakin, Bu.”Ucapan di mulut dan di hati berbeda, ia sama sekali tidak yakin dengan pria itu karena masih sangat ragu bahkan takut di buang setelah melahirkan anaknya.“Bu, aku tidak bisa lama. Nanti aku kembali lagi jika ibu ingin pulang kampung. Aku kasih nomor ibu Siti nanti.”“Ibu Siti itu siapa?” “Dia asisten rumah tangga di rumah Tuan El. Yang mengurusi aku di sana.”“Wah, mewah hidupmu.”“Sepeti itulah.”Bella tersenyum miris, walau hidupnya mewah pun ia bagaikan burung di sangkarnya. Tidak bisa bebas ke mana ia mau. Apalagi penjagaan Tuan El sangat ketat. Bella pun pamit setelah memberika
Bola mata Tuan El membulat mendengar apa yang di katakan oleh Bella. Mana bisa seperti itu pikir Tuan El. Ia hanya akan menikahi satu wanita saja karena tidak mau kembali pada pengkhianat.“Dengar Bella, apa yang akan kau lakukan saat Suamimu tidur dengan wanita lain?” “Bukannya itu yang Tuan lakukan pada aku. Masih berstatus suami orang bukan?” “Bukan itu maksudnya. Tapi, dia berselingkuh dengan berhubungan badan. Apa masih bisa kita menikmati tubuh yang sudah di nikmati oleh orang lain?”Bella bergeming, apa yang di katakan Tuan El membuat ia tak bisa menjawab. Tuan El memilih untuk tidak berdebat dengan Bella karena akan membuat dirinya naik darah. Ia memilih untuk melihat ke luar apa Melanie masih ada atau tidak. Melihat sudah tidak ada mobilnya, ia pun gegas pergi. “Tuan, mau ke mana?” Tuan El melirik tanpa menjawab, ia pun gegas melangkah menuju mobil. Terdengar suara pintu tertutup dengan keras. “Apa aku salah? Tapi, aku tidak mau jadi selingkuhan dan perusak ruma