“Kamu tetap di sini, Bella.” Bella menoleh ke arah Tuan El, ada Bu Siti saja ia merasa ketakutan, apalagi tidak ada. Ia bergidik ngeri jika membayangkan beringasnya pria itu saat menciuminya. Apalagi saat sedang mabuk, ia bahkan menarik kasar baju yang dikenakannya. “Tuan, saya takut kalau enggak ada Tuan.” Bella kembali protes. Bu Siti pun hanya bergeming, ia tidak bisa menjawab karena semua keputusan ada di tangan sang tuan. “Bu, apa tidak bisa di batalkan saja?” tanya Bella.“Maaf, Non Bella. Tidak bisa,” ujar Bu Siti.Bella melirik kembali Tuan El yang santai dengan makanannya. Ia sedikit masam karena sudah pasti pria itu menyiapkan sebuah pikiran kotor setelah ini. Apalagi mengingat keberingasannya malam itu.Tuan El terlihat tenang, ia pun langsung pamit untuk pergi ke perusahaan kembali. Sementara Bella sedang berpikir bagaimana ia harus menjalani hidup sendiri tanpa Bu Siti.Pria dengan jambang tipis itu melirik ke arah rumahnya, ia sedikit bimbang dengan kebersama
Bella langsung menunduk agar tidak terlihat oleh penjaga. Ia bertahan di pojok yang sangat bau. Ia satpam celingukan lalu setelah memeriksa tidak ada orang, mereka pun kembali ke tempatnya. Bela mengelus dada, ia bangkit dari jongkok lalu mencoba memindik lagi. Tangannya meraih tembok dan mencoba naik. Untung saja ada akar pohon hingga ia bisa menaikinya untuk memanjat. Bella agak oleng saat melihat ke bawah, ia takut jika turun melompat dalam posisi yang salah. Pelan tapi pasti, ia pun memilih untuk meloncat. “Ya Tuhan, aduh hampir saja kaki ini terkilir. Dengan modal uang yang aku ambil dari jaket Tuan El yang ada di gantungan kamar, lumayan untuk aku kabur.” Bella bergumam sendiri.Bella berjalan dengan cepat walau kakinya masih sangat sakit. Ia menaiki ojek yang sedang mangkal dan memintanya mengantarkan ke rumah sang ibu. Hatinya merasa gelisah, walau ia tahu kapan pun Tuan El bisa menemukannya. Hanya saja kali ini ia butuh bertemu dengan sang ibu. Akhirnya Bella sampai
Mobil melesat begitu kencang, Bella tak bisa berkutik karena obat bius. Suruhan Tuan El terpaksa membungkam mulutnya agar Bella tak banyak bergerak yang akan membuat sopir tidak berkonsentrasi. Mereka langsung menelepon dan mengabari Tuan El. Setelah itu melajukan mobil kembali ke titik di mana kini Tuan El berada. Sementara, Tuan El pun kini menyendiri di sebuah hotel. Pria itu tidak mengerti dengan apa yang kini dirasakannya. Sebuah rasa tidak ingin kehilangan Bella, muncul begitu besar. Bahkan, saat sang istri menghubungi pun ia tidak membalasnya. Hari ini ada sebuah pertemuan dengan beberapa rekan bisnis gelapnya di hotel yang akan melangsungkan acara itu. Sudah berulang kali ia mengatakan ingin mundur, tapi tetap saja mendapat undangan. Apalagi dengan adanya Lady, wanita yang mengejar-ngejar dirinya.Sebuah pesan masuk dari Lady membuatnya sedikit menyunggingkan senyum.[Hari ini kau harus datang]“Lady, apa maumu. Sudah aku katakan, seleraku bukan kamu.” Tuan El kemba
Bella berada di ranjang, sedangkan Tuan El duduk di sofa menatap keheranan wanita yang ada di hadapannya. Apalagi sejak tadi Bella seperti sedang menahan hasratnya. Dia menggeliat, lalu menutup seluruh tubuh dengan selimut.“Bella katakan, kenapa kamu sepeti ini?” tanya Tuan El.“Tuan, aku juga enggak tahu.” Tiba-tiba dia membuka bajunya. Bella pun tidak mengerti kenapa dengan dirinya. Hawa panas kian menjalar ke seluruh tubuh.Tuan El merasa bingung, apalagi Bella sudah dalam keadaan tak berbusana di dalam selimut. Tangannya meremas seprei sepeti sedang menahan hawa napsu.“Tadi saya melihat wanita yang mendekati Tuan. Saya lihat dari menaburkan sesuatu ke gelas Tuan. Makanya saya pikir dia akan meracuni Tuan, jadi saya takut Tuan mati.” “Lalu kamu sengaja meminumnya agar kamu saja yang mati?”Bella bergeming, ia kembali mengeliat di kasur. Melihat Tuan El, rasanya ingin sekali ia menyentuhnya. Tuan El menepuk keningnya, ia paham kenapa Bella seperti itu. “Itu bukan racun, t
“Terima kasih. Saya tahu sepetinya di mana rumah itu.”“Tuan El sekarang berada di hotel Marsa. Sepertinya memang sudah beberapa hari di sana.”“Baik, pembayaran sudah saya transfer. Jika ada kelanjutannya, bisa hubungi saya.”“Baik, Bu.”Pria itu pamit dan meninggalkan rumah Melanie. Sementara, Marta menenangkan sang anak. Namun, tetap saja Melanie tak bisa tenang. Selama ini ia berpikir jika suaminya setia. Tidak pernah bermain api dengan siapa pun. Akan tetapi, kenyataannya berbeda. Kini, ia merasa terhantam batu yang jatuh menimpa kepalanya.“Sudah seperti ini, apa yang akan kau lakukan?” “Aku akan merebut suamiku kembali.”“Bagaimana bisa kamu melakukan hal itu. Dia itu sudah memiliki pengganti kamu. Mungkin dia bisa mendapatkan anak dari wanita itu.”Tidak ada jawaban dari Melanie. Wanita dengan wajah cantik itu kian memanas saat kembali menatap foto keduanya. Perubahan sang suami seharusnya ia sadari sejak lama, tapi ia terlalu sibuk memikirkan karier ke artisannya.
Tuan El menatap dengan tajam, ia tak suka dengan wanita yang agresif. Apalagi dengan sengaja ingin menjebak dirinya. Pria itu melempar kertas yang berisi sebuah pembatalan kerja sama dengan perusahaan Lady. “Jangan pernah bergerak seenak hati Anda. Jika berilah lagi, kupastikan akan mengusut semua kejahatanmu!” Tuan El melangkah keluar kamar Lady, sedangkan Lady dengan keras memukul ranjang. Wanita itu kesal karena sebuah pembatalan kerja sama dengan perusahaan besar milik Elvaro. Terutama kegagalan dirinya untuk mendapatkan pria tampan dan kaya raya itu.“Kenapa dia bisa tahu? Tapi, kenapa tidak berefek obat itu?” Lady bertanya-tanya sendiri. Wanita itu sudah menunggu lama untuk bisa bermesraan dengan Elvaro. Namun, ia tak menduga jika semuanya malah sia-sia dan gagal total. “Sial, kenapa gagal! Licin sekali pria itu.”Lady pun menatap cermin, ia mematut diri. Apa dirinya tidak cantik hingga mendapat penolakan dari Elvaro, pikirnya. Akan tetapi, banyak pria yang menginginka
Bu Siti semakin gugup menanggapi pertanyaan dari Melanie. Entah otaknya kini sedang memikirkan alasan apa karena dirinya pun tidak ada informasi dari sang tuan.“Bu, bisa jawab pertanyaan saya kan?” Bu Siti mengangkat kepala, saat itu pun mobil Tuan El memasuki halaman. Bu Siti menarik napas lega, setidaknya ia selamat dari pertanyaan sang majikan. Hanya saja ia mengkhawatirkan Tuan El dan Bella.Sementara, dari dalam mobil Tuan El terus menatap wanita yang berada di hadapan Bu Siti. Sama halnya dengan Bella yang memincingkan mata untuk melihat dengan jelas siapa wanita cantik yang berdiri dengan Bu Siti.“Tuan, itu kan, artis yang bernama Melanie. Tuan kenal?” Hanya menoleh sekilas pada Bella, Tuan El pun turun dari mobil. Ia bersikap santai walau ia merasa akan menyakiti wanita itu. “Ada apa ini?” tanya Tuan El.“Oh, kamu akhirnya datang juga. Dari mana saja?” tanya Melanie.“Bukan urusanmu.” “Tidak menjawab pesan dan telepon dari aku, malah sibuk dengan selingkuhan kam
“Kau juga pengkhianat Elvaro!” pekik Melanie.Tubuhnya bergetar hebat, ia pun menatap tajam sang suami. Apa yang ada di pikirannya begitu kalap apalagi saat melihat ada wanita lain secepat itu menggantikan posisi dirinya. “Aku berkhianat karena rasa kecewaku. Apalagi saat aku tak bisa meminta hak untuk memiliki anak. Untuk apa aku bersama dengan wanita sepertimu!” Keduanya saling menatap dengan bengis, apalagi Elvaro yang tak bisa menahan emosi saat beberapa pesuruhnya memberikan foto saat sang istri bersama pria lain. “Aku paham sekarang, kamu belum siap memiliki anak karena kamu pasti akan bingung anak yang kamu kandung itu anak dari pria mana karena kamu tidur dengan banyak pria!”Tangan Melanie bergetar setelah menampar pipi sang suami. Ia tak tahan mendengar semua apa yang di katakan Elvaro. Secara tidak langsung, dia menyebut sang istri perempuan tidak baik.Guncangan hebat membuat diri Melanie tak berdaya. Apalagi saat semua rahasianya terbongkar. Entah, rasanya sakit