Bu Siti langsung menghadang Edo yang hendak mendekati Bella. Ia tidak suka melihat calon istri Tuannya di dekati pria lain apalagi orang yang membuat takdir Bella berubah.“Jangan pernah muncul di hadapan Nona Bella lagi.”“Jangan ikut campur! Bel, lebih baik kita pergi, kita perbaiki semuanya!” Edo meraih tangan Bella, kembali di tepis olehnya. “Cukup Edo, kita sudah selesai, tidak ada yang harus di perbaiki. Aku sudah menjadi istri Tuna El, jangan pernah mengganggu aku. Ayo Bu,” ujar Bella.Bella pun gegas membayar belanjaannya, sedangkan Edo hanya bisa memandang dari kejauhan karena ada satpam yang di minta menjaga Bella saat ia mengantri. Hati Bella tidak karuan, harusnya ia berterima kasih pada Tuhan karena kembali mempertemukan dengan Edo. Namun, semua pertanyaan yang ada di benaknya sudah tidak ingin ia tanyakan karena sudah jelas perbuatan itu begitu jahat. Ia tidak butuh alasan untuk tahu kenapa dan bagaimana bisa ia tega menjual dirinya pada Tuan El.Bella dan Bu Sit
“Jadi Mama mengharapkan aku miskin dan gila?” Sebuah pertanyaan yang terlontar dari bibir Melanie membuat sang ibu tertawa tipis. Tidak ada yang mengatakan jika menginginkan sang anak seperti itu. Marta hanya tidak ingin Melanie terus menerus memikirkan Elvaro yang mungkin sudah bahagia dengan pilihannya. “Terserah kamu, pikir saja sendiri.”Marta pun ke luar dari kamar, terlalu lama si tempat itu membuat ia semakin kacau. Bahkan, ia saja mulai cemas dengan banyaknya tagihan yang datang ke rumah karena belum di bayar oleh Melanie.Jika terus menerus seperti itu, karier yang dibangunnya akan hancur dan Marta berpikir Melanie tidak akan kuat dengan kemiskinan.Sementara, Melanie terduduk lemas sembari membaca beberapa pesan masuk dari Dion. Pria itu yang selalu mengabarkan kondisi suaminya Elvaro. Bahkan, pernikahan itu pun ia tahu dari mulut ipar Elvaro.“Argh, sialan kamu Bella!” Ronald menghubunginya, tangan itu masih memegang ponsel yang sama sekali tak ingin ia pencet tom
Bella membuka mata setelah malam tadi di buat tidak berdaya oleh Elvaro. Pria itu tertidur lelap dengan memeluk tubuhnya, suara mendengkur pria itu membuat Bella tersenyum. Walau bukan pertama kali mereka melakukannya, tapi kali ini bagi wanita itu sangatlah berbeda. Dengan statusnya yang kini sudah menjadi istri Tuan El, Bella pun siap melayani suaminya kapan saja. Ia mencoba keluar dari pelukan sang suami, tapi pria itu terus saja memeluknya erat. “Tuan, aku mau baung air kecil,” bisik Bella. “Ehm.”“Tangannya, bisa pindah sebentar?” tanya Bella lagi.Akhirnya pria itu melepaskan pelukannya, matanya masih tertutup. Padahal hari ini sudah waktunya bekerja, tapi pria dengan balutan selimut itu masih saja memejamkan mata. Perlahan Bella ke kamar mandi, udara dingin pun membuat air sangat dingin ketika tersentuh ke kulit. Bella mengguyur sekujur tubuhnya, tidak menyangka ia akan menjadi nyonya Elvaro walau banyak yang menentang pernikahan mereka.Bella tidak berlama-lama di kamar ma
Sepeti mendapatkan harta Karun, Elvaro dan David begitu girang saat menemukan masalah yang selama ini sulit di ungkap. Keduanya kompak akan menyelidiki hal itu.“Sepetinya kamu bisa sendiri, kan?” “Romannya, mau meninggalkan tugas berat.”“Kami mau bulan madu, tidak lama dan tidak jauh. Paling seminggu, bisa kan?” David menarik napas, ia sudah menduga. Ia hanya mengira awalnya sang bos akan ikut mengidentifikasi, hanya saja itu tidak mungkin. David sudah paham dan mengerti.“Lima kali gaji, cukup?” “Okelah.”“Deal.”Elvaro tahu yang disukai David. Bekerja dan uang, untuk wanita ia tahu David masih sangat memilih. Sampai detik ini tidak ada pernah dia bercerita tentang wanita.David menceritakan bagaimana pertemuannya dengan Melanie. Ketakutan wanita itu menjadi kekuatan bagi David untuk mengancam hingga membuat dia menandatangani berkas yang harus di tanda tanganinya. “Rasanya cepat sekali semua berakhirnya. Dulu, aku masih sangat mencintai dia. Nyatanya, cinta yang aku
Mellisa tidak percaya dengan apa yang di katakan Melanie. Ia berpikir wanita itu sedang berhalusinasi karena begitu frustrasi di tinggal Elvaro.Melanie kembali meyakinkan Mellisa kalau apa yang di sampaikannya itu adalah benar. Elvaro sudah menikah dengan Bella, wanita kampung yang membuat Melanie tersingkir.“Tanyakan saja pada kakakmu. Kalian keluarga, tapi hanya karena wanita kampung itu seolah-olah Elvaro melupakan kalian dan lebih mementingkan dia.” Melanie mulai memanasi Mellisa. Wanita itu tidak mungkin datang ke ruangan sang kakak untuk bertanya dengan sendirian. Ia memilih diam lebih dulu untuk menghubungi sang ibu. “Terserah kamu, aku akan menemui Elvaro.”Melanie keluar dari ruangan Mellisa dan menuju ruangan Elvaro. Masih dengan emosi yang menggebu-gebu, wanita itu pun berhasil masuk ke ruangan mantan suaminya itu. Elvaro tidak terkejut dengan kedatangan Melanie. Ia sudah menduga jika wanita bar-bar itu akan datang menemuinya. “Apa tidak bisa datang dengan sopa
“Stop untuk mencari Elvaro. Sadar, kamu sudah bukan siapa-siapa dia lagi. Jangan menyiksa dirimu, Mel.” “Ma, enggak bisa. Aku cinta sama dia,” papar Melanie. “Kalau kamu cinta, kenapa kamu abaikan dia. Setelah semuanya, baru kamu kehilangan. Mama malu membela kamu di depan Elvaro.” Melanie memejamkan mata, kepalanya masih sangat pening. Ia harus sehat, banyak pekerjaan yang sudah menunggunya. Namun, pikirannya masih belum bisa fokus. Elevaro tetap jadi pemenang saat ini. Marta menggenggam tangan sang anak, ia berharap Melanie kuat dan melupakan Elvaro. “Ponsel kamu sejak tadi berbunyi. Sepertinya penting,” ungkap Marta.“Ya, penting. Pasti mereka sedang mencari aku, berikan padaku, Ma,” pinta Melanie.Marta memberikan ponsel itu pada Melanie. Dengan tangan yang di infus, Melanie mencoba membuka pesan masuk juga membacanya. Setelah itu ia menelepon sang manager untuk membatalkan jadwal untuk dua hari ke depan karena ia harus istirahat. Melanie menggenggam ponsel dan menat
Enam Puluh Enam Bening bulir menetes di pipi Bella, melihat hal itu Elvaro menarik Bella untuk masuk ke kamar saja. Ia tidak mau sang istri mendengar kalimat menyakitkan itu. Lebih baik Bella berada di dalam kamar saja. “Kamu mau ke mana El?” tanya sang ibu. “Aku mau antar Bella ke kamar dulu. Kita bicara nanti.” “El!” Elvaro tidak menggubris sang ibu, ia terus melangkah untuk membawa Bella ke kamar. Bulir bening di pipi di seka olehnya, ia tidak menyangka jika perkataan sang ibu begitu menyakitkan sang istri. “Aku akan membereskannya.” “El, jangan membantah ibumu. Mungkin memang belum bisa menerima aku,” ujar Bella. “Tenang saja, aku ke depan sebentar.” Sebelum keluar, Elvaro mengecup kening sang istri. Pria itu langsung kembali menemui sang ibu. Elvaro berharap bisa menangkan Deswita yang sepeti tengah terbakar emosi. Melihat Mellisa di sampingnya, sudah pasti emosi yang tersulut itu berasal dari sang adik yang membuat ibunya berpikir jelek tentang Bella. Netranya memandan
Bagikan tersambar petir di malam hari, Mellisa meradang mendengar hal itu. Ia sempat berpikir jika Malika salah paham atau salah dengan apa yang di katakan oleh teman sebayanya. Akan tetapi, ia menciba untuk memahami apa yang di maksud sang anak adalah suaminya berselingkuh dengan ibu dari Sella.“Dengarkan mama, duduk dan tenang. Ceritakan apa yang kamu tahu, atau bagaimana bisa Sella mengatakan hal itu. Apa kamu yakin Sella bicara benar dan jujur akan mengambil Papa kamu?” Mellisa mencoba mengajak sang anak bicara.Malika menunduk, ia takut jika sang ibu marah saat ia bercerita. Pasalnya, sang ayah mengatakan untuk tidak bicara dengan sang ibu atau Dion akan benar-benar meninggalkan mereka.“Malika, lihat mama,” ujar Mellisa.Malika menatap ragu dan sorot mata ketakutan. Apa yang di ingatnya mungkin bisa ia katakana pada sang ibu. Hanya saja gadis itu takut sang ayah meninggalkannya.“Malika takut tidak punya Papa.”“Dengarkan, mama pernah bilang anak baik tidak akan pernah berbohon