Share

Tiga

“Kalian berdua sama saja!”

Bella masih saja emosi jika membayangkan dirinya kini menjadi tahanan Tuan El. Pria arogan yang sesuka hati menggunakan tubuhnya untuk di nikmati. Bella menatap bengis Tuan El, tapi pria itu sedikit melunak saat melihat luka gores yang sengaja di buat Bella.

“Tangan indah ini cukup sekali saja kau lukai, jangan sekali lagi mencoba menggores di bagian tubuh mana pun. Aku tidak suka hal itu. “

Bella memalingkan wajah, ia tak peduli dengan apa yang di katakan Tuan El. Ia sangat membenci pria itu. Apalagi saat dengan nafsu El menyentuhnya.

Tuan El mengambil piring yang berisi bubur di meja, lalu menyiapkan untuk Bella makan. Dengan tangannya, pria itu pun membalikkan wajah Bella.

“Makan, atau kau akan kurus dan tak berisi.”

“Enggak ma—“

Belum selesai bicara, Tuan El sudah menyuapkan bubur itu ke mulut Bella. “Di buang, saya buat rumah sakit ini tidak beroperasi karena buat makan tidak enak buat kamu.”

Terpaksa Bella memakan bubur itu walau mulutnya terasa hambar. Ia pun tak ingin melihat pria itu kembali menyakiti dirinya. Tuan El menyimpan kembali piring di nakas setelah Bella meminta untuk menyudahi makannya.

Tuan El ke luar ruangan dan mencoba menghubungi beberapa orang. Tidak lama ia pun terlihat emosi dan menendang tong sampah.

“Habisi saja dia, saya tidak menerima wanita untuk di gadaikan. Kalau mereka tidak bisa bayar, usir dan rebut apa yang mereka mau. Atau, jebloskan mereka ke penjara.”

Gemelutuk gigi Tuan El terdengar begitu menyeramkan. Bisnis gelap yang ia jalankan kini berjalan sangat pesat. Bahkan membuat dirinya memiliki tambahan investasi dari banyak investor. Namun, ada saja penghalang dan orang-orang bodoh yang tak mau membayar.

Ia pun teringat saat Edo datang dengan membawa foto Bella dan menjadikannya jaminan saat dirinya kalah atau tak bisa membayar hutang.

“Dia Bella, calon istriku. Dua hari lagi kami akan menikah, jika aku tidak bisa membayar dan kalah dalam permainan ini, bos boleh bawa dia.”

Tuan El mengambil foto Bella, ia tersenyum dan senang melihat wajah cantik dan tubuh indah yang di miliki oleh Bella. Senyum menyeringai membuat Edo yakin jika Tuan El suka dengan Bella.

Tuan El pun memberikan instruksi memberikan sekoper uang pada Edo. Pria itu begitu senang dan semringah karena membawa banyak uang di koper. Namun, Edo pun tak mengerti karena dirinya saja belum kalah, tapi sudah di beri uang banyak.

“Tidak usah menunggu kau kalah, dia kubeli dengan harga yang ada di dalam koper itu. Frans, berikan dia cek lagi lalu kau bawa perempuan itu dua hari lagi.”

Tuan El tersadar dari lamunan saat Dokter menyapanya.

“Ada apa Dok?” tanyanya.

“Ada yang perlu saya katakan tentang Nyonya Bella.”

“Iya, ada apa dengan dia?”

“Sepertinya Dia mengalami gangguan dan stres secara psikis karena di lihat dari kasus percobaan Bunuh dirinya.”

Penjelasan Dokter membuat Tuan El bergeming sesaat. Iya mengerti apa yang membuat Bella seperti itu.

Sementara itu, Bella menatap kosong sekeliling ruangan. Hatinya hampa juga hancur. Lagi-lagi dirinya harus mempertanyakan kenapa Edo sejahat itu. Menjual pada pria yang tak dia kenal.

“Aku harus pergi dan mencari Edo. Harus!”

Namun, tubuhnya masih terasa lemah karena obat. Percobaan bunuh diri yang dilakukannya cukup membuat sekujur tubuhnya lemas. Kini, hatinya terasa hancur berkeping-keping. Iya menangis mengingat sang ibu yang mungkin berpikir dirinya sedang bahagia dengan Edo.

Ruangan sepi, Bella kembali ingin kabur. Ia mencopot infusnya, cairan merah kembali berceceran. Bella mengambil sedikit kain di tepi ranjang untuk menghentikan darah walau masih menetes akibat infus. Lalu, memindik ke luar untuk mencari Edo.

Bella menutup kepala dengan seprei putih, berjalan sembari melirik ke kanan kiri. Tekadnya bulat untuk mencari sang suami untuk meminta penjelasan. Ia masih tidak percaya jika Edo menjualnya tanpa alasan.

Sementara, Tian El terkejut saat masuk ke ruangan tidak mendapati Bella. Iya kembali murka, gegas ia menelepon beberapa penjaga mencari Bella.

Pria itu pun berlari mencari Bella, kemungkinan dia belum jauh. Bertanya jeli saat melihat bercak darah yang masih berceceran sedikit di lantai dari depan kamar inap.

Sayangnya bercak darah itu terhenti, Tuan El harus mencari kembali Bella dengan usaha panjang.

Melangkah tertatih-tatih, hanya itu yang bisa di lakukan oleh Bella untuk mencari Edo. Tubuhnya masih sangat lemah, bahkan tangannya masih terasa sangat pedih bekas luka sayatannya tadi.

“Aku harus kuat. Aku harus menemui Edo, aku yakin ini ada kesalahan.”

Langkah Bella terhenti saat pundaknya tercengkeram tangan besar.

“Berhenti!”

Bella menarik napas dalam saat kembali menemui jika dirinya telah tertangkap lagi. Tangan besar itu kembali mencengkeram lengannya. Tidak peduli bekas luka yang masih basah dan belum mengering.

Tuan El kembali menarik Bella ke ruangan. Ia gegas meminta suster untuk kembali memasang selang infus di tangan Bella.

Tatapan tajam itu penuh dengan ancaman. Ia pun mendekati Bella setelah suster pergi, Tuan El kembali menatapnya.

“Kamu itu gila, aku tidak akan membuat kamu mati dengan sangat cepat.”

“Silakan bunuh aku, untuk apa hidup dengan tubuh yang sudah ternoda. Kamu telah merengut kebahagiaanku!”

Tuan El mengernyitkan kening, apa yang di katakan Bella sungguh aneh. Sejak kapan dirinya menyentuh dia.

“Kata siapa aku menodai kamu?”

“Berengsek kamu! Tidak mau mengakui?”

“Apa buktinya?”

“Bajuku sudah terganti, apa namanya itu?”

Tuan El menepuk keningnya, saat itu juga Bu Siti muncul di ambang pintu membawa beberapa buah dan baju ganti untuk Bella.

“Permisi,” ujar Bu Siti.

“Masuk, Bu.”

Bu Siti masuk dengan membawa beberapa pakaian untuk Bella. Wanita tua itu tersenyum lalu menunduk. Sementara, Bella bingung dengan kehadiran Bu Siti di ruangan itu.

“Bu, jelaskan sama dia siapa yang mengganti baju dia.”

“Kenapa Tuan?” tanya Bu Siti polos.

“Percobaan bunuh diri yang dilakukan Bella karena berpikir kalau aku menodainya. Heran, apa tidak bisa membedakan bagaimana tersentuh sama tidak. Mati konyol namanya kalau aku tidak menyelamatkan kamu.”

“Ini maksudnya apa ya? Bu Siti ini siapa?”

“Saya asisten rumah tangga Tuan El. Semalaman Tuan El yang meminta saya untuk mengganti baju Nona Bella. Jadi, tidak ada yang terjadi setelah itu. Lagi pula, Tuan El tidak mungkin sejahat itu,” ujar Bu Siti.

“Dengar itu?”

Bella masih merasa tidak percaya dengan semua itu. Ia menatap ragu pada pria dengan jas navy itu.

“Masih enggak percaya? Tes keperawanan saja, itu juga kalau kamu masih perawan,” ujar Tuan El.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status